PADANG, KOMPAS – Sebanyak 936 pesilat dari dalam dan luar negeri bertemu dalam Festival Silat Internasional 2018 di Kota Padang, Sumatera Barat. Festival menjadi ajang silaturahmi pesilat sekaligus memperkenalkan olahraga tradisional itu ke dunia internasional.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Padang sekaligus Ketua Pelaksana Festival Silat Internasional 2018 Azwin saat acara pembukaan festival tersebut di Padang, Kamis (12/7/2018) mengatakan, selain dari berbagai provinsi di Indonesia termasuk Sumatera Barat (Sumbar), pesilat juga berasal dari sejumlah negara seperti Suriname, Singapura, dan Malaysia.
“Ada 10 tim dari enam provinsi di luar Sumbar dengan total pesilat sebanyak 300 orang. Adapun dari Sumbar, ada 558 pesilat dari 18 kabupaten kota. Sedangkan dari luar negeri ada enam tim dengan jumlah pesilat sebanyak 78 orang,” kata Azwin. Festival berlangsung selama lima hari sejak Rabu, (11/7/2018) hingga Minggu, (15/7/2018).
Azwin menambahkan, selain ajang silaturahmi antarpesilat dan memperkenalkan silat ke masyarakat dunia, festival dengan total hadiah uang pembinaan sebesar Rp 110 juta itu, sekaligus juga menjadi upaya peningkatan kualitas pesilat Sumbar dan Indonesia. “Festival ini juga memberikan pengalaman tanding bagi pesilat untuk mengukur kemampuan mereka,” kata Azwin.
Dalam acara pembukaan itu, turut hadir Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Sumbar Fauzi Bahar dan Sekretaris Umum Pengurus Besar IPSI (PB-IPSI) Erizal Chaniago.
Menurut Fauzi Bahar, melalui even ini akan lahir pendekar (sebutan lain untuk pesilat) baru yang selanjutnya bisa mengambil bagian dalam perkembangan silat, misalnya menjadi guru atau pelatih. Apalagi jika silat bisa menjadi ekstrakurikuler wajib misalnya di tingkat sekolah dasar.
“Festival ini membuka kesempatan untuk menggali dan memperkenalkan silat-silat aliran murni, misalnya aliran dari Minangkabau. Dengan begitu, aliran-aliran itu tidak akan punah. PB-IPSI sendiri akan terus secara rutin menggelar festival serupa baik tingkat nasional maupun internasional,” kata Erizal.
Erizal menambahkan, mengadakan festival bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, menurut dia, Padang bisa menjadi contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia sebagai daerah yang bisa menjadi penyelenggara festival silat.
Presiden Asosiasi Pencak Silat Suriname Florence Jamin (45) mengatakan, ia datang jauh dari Suriname karena ingin mengembangkan silat di sana. Apalagi di Suriname, sedikitnya ada 5.000 warga Indonesia keturunan Jawa.
Saat ini, ada 15 perguruan silat di sana. “Saya sedih kalau sampai silat dilupakan. Oleh karena itu, saya datang untuk menjalin komunikasi dan membangun relasi dengan harapan orang Indonesia membantu perjuangan kami menjaga silat ini di Suriname,” kata Florence.
Pengembangan wisata
Asisten Sekretaris Daerah Kota Padang Didi Ariadi dalam sambutannya mengatakan Festival Silat Internasional 2018 yang dipusatkan di Ball Room Puti Bungsu Hotel Kyriad Bumi Minang Padang ini menjadi salah satu even penting karena Padang saat ini tengah mengembangkan sektor pariwisata.
“Seluruh sektor kami kemas agar mendukung pariwisata. Termasuk festival ini. Kami berharap festival seperti ini bisa rutin diadakan. Selain mempromosikan pariwisata di Padang, ini sekaligus menyampaikan ke dunia bahwa pencak silat itu berasal dari Sumbar,” kata Didi.