JAKARTA, KOMPAS - Penyelesaian proyek pembangunan jalan Tol Bandara Soekarno Hatta-Kunciran, Kota Tangerang, yang dijadwalkan Desember 2018, bakal mundur dari rencana awal. Jalan tol sepanjang 14,2 kilometer ini seharusnya sudah dapat digunakan pada awal 2019 mendatang.
Namun hingga Kamis (12/7/2018), proses pembebasan lahan yang dimulai sejak tahun 2012 itu baru mencapai 55 persen. Warga yang terkena dampak langsung, sudah siap untuk pindah. Tetapi, dana pengganti tanah dan rumah belum diberikan, sehingga mereka tetap tinggal di rumah.
Kontraktor BUMN PT Wijaya Karya Persero Tbk (Wika) yang membangun proyek tol ini meminta perpanjangan kontrak.
"Perpanjangan kontrak sampai kapan, masih kami bicarakan. Ini dikarenakan pembebasan lahan sampai saat ini juga belum selesai," kata Firdani (26), Kamis. Firdani adalah pelaksana utama Wika pada proyek tol di Cipete, Pinang, Kota Tangerang, yang berbatasan langsung dengan Jalan HR Rasuna Said, Panunggangan Utara, Pinang, Kota Tangerang.
Khusus di Cipete, jalan tol yang dibangun baru sepanjang 200 meter dan itu pun belum rampung. Penyambungan empat tiang utama sehingga menjadi jalan bersambung baru akan dilakukan minggu ini.
Dani mengaku tak terkendala pada pembangunan jalan. Ia hanya menunggu Badan Pertahanan Nasional (BPN) segera menyelesaikan pembebasan lahan milik warga.
Warga siap pindah
Warga Cipete yang rumahnya akan dijadikan jalan tol sudah siap pindah. Namun, beberapa warga mengaku belum diberikan dana pengganti, sehingga mereka masih bertahan di rumahnya. Padahal rumah di sekitar mereka telah rata dengan tanah karena sudah banyak warga menerima uang ganti rugi.
"Sejak Juni 2017, kami sudah siap pindah karena sudah ada kesepakatan harga dengan BPN, tapi sampai sekarang belum dibayar, jadi kami juga tidak bisa pindah. Kami mau beli rumah pake apa," kata Delima Marbul, pemilih rumah di tepi jalan HR Rasuna Said.
Tahun lalu, Delima juga telah berencana membeli rumah di lokasi yang tak jauh dari rumahnya. Mereka telah menyepakati harga. Tetapi karena belum menerima dana ganti rugi dari BPN, ia harus membayar lebih pada tahun ini jika masih menginginkan rumah itu.
"Tiap tahun kan harga tanah naik, kami mau beli rumah baru juga dikasih naik kalau diundur-undur terus. Makanya jika BPN terus menunda berarti harga tanah kami harus dinaikkan juga agar kami tidak menanggung rugi lebih banyak," kata Delima.
Rocky Aloysius Kussoy (34) juga belum pindah dari rumah dinasnya yang berhadapan langsung dengan proyek pembangunan tol. Rumah milik PT Tangerang Matra Real Estate itu masuk dalam wilayah yang akan digunakan sebagai jalan tol.
Rocky belum pindah karena perusahaan tempatnya bekerja belum menerima uang pembelian tanah. Ia belum diperbolehkan pindah. Padahal ia sudah membereskan barang untuk pindah ke rumah milik perusahaan di lokasi lain.
Tanah milik PT Tangerang Matra Real Estate yang akan digunakan seluas 400 meter persegi, sedangkan luas bangunan rumah 200 meter persegi.
Lain halnya dengan Nurbaeti (47). Rumah toko (ruko) terbuat dari kayu yang ia sewa telah dibayar BPN kepada pemilik ruko yang ia sewa. Tetapi ia tetap tinggal di ruko tersebut tanpa membayar lagi uang sewa.
"Kalau tempat ini sudah mau dibangun tol, saya langsung pindah. Saya sudah siap. Tapi kan sekarang yang sebelah sini belum digarap karena masih ada beberapa rumah yang belum diberi ganti rugi," kata Nurbaeti, penjual tas. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH)