JAKARTA, KOMPAS – Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono berharap kader terbaik Demokrat saat ini, bisa menjadi calon wakil presiden di Pemilu Presiden 2019. Ini menjadi satu dari dua kerangka berpikir yang akan digunakan Demokrat dalam memutuskan sikap partai untuk 2019.
Hal tersebut disampaikan oleh Yudhoyono dalam video berdurasi sekitar 14 menit yang diunggah Suara Demokrat, saluran resmi komunikasi Demokrat, di youtube, Kamis (12/7) malam.
Yudhoyono didampingi Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan dan Ketua Dewan Kehormatan Demokrat Amir Syamsuddin. Pidato yang disampaikannya merupakan hasil sidang Majelis Tinggi Partai Demokrat, 9 Juli lalu, yang diantaranya membahas kriteria dan mekanisme capres/cawapres yang akan diusung Demokrat.
“Ini sama dengan kepentingan partai manapun, capres/cawapres yang kami usung juga memberikan manfaat ke Demokrat, misalnya memberi manfaat ke pileg (Pemilu Legislatif), pada kader-kader Demokrat di pileg mendatang, juga terus terang karena Demokrat memiliki kader unggulan yang saat ini memiliki elektabilitas yang tinggi untuk menjadi cawapres, maka tidak berlebihan jika kader Demokrat berharap salah satu kader terbaiknya bisa menjadi cawapres,” jelasnya.
Dia melanjutkan, meskipun hal itu bukan harga mati tetapi dirinya mengetahui seluruh kader Demokrat memiliki harapan tinggi agar cawapresnya berasal dari kader terbaik Demokrat.
Namun dalam pidatonya itu, dia tidak menyebutkan siapa yang dimaksud oleh kader terbaik Demokrat. Namun selama ini sejumlah elit Demokrat mendorong putera SBY, Agus Harimurti Yudhoyono, menjadi pemimpin nasional berikutnya.
Majelis Tinggi Partai Demokrat sepakat tiga opsi, yaitu mendukung Presiden Joko Widodo, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto atau membentuk poros koalisi ketiga dan mengusung capres di luar Jokowi dan Prabowo
Selain cawapres, kerangka berpikir lain yang dijadikan patokan oleh Demokrat dalam bersikap untuk 2019 adalah visi, misi, dan kebijakan capres/cawapres jika terpilih yang harus selaras dengan kepentingan dan harapan rakyat.
Dalam pidatonya, dia pun memaparkan komunikasi politik telah dilakukan dengan mereka yang berpotensi menjadi capres, juga dengan partai-partai yang kemungkinan bisa berkoalisi.
Hasilnya, Majelis Tinggi Partai Demokrat sepakat tiga opsi, yaitu mendukung Presiden Joko Widodo, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto atau membentuk poros koalisi ketiga dan mengusung capres di luar Jokowi dan Prabowo.
Jika kelak komunikasi politik tersebut sudah hampir final, SBY melanjutkan, Demokrat akan meminta kesediaan capres/cawapres yang Demokrat usung untuk menandatangani kontrak politik. Kontrak yang harus dipenuhi jika capres/cawapres terpilih itu, berisi lima elemen utama yang bersumber dari harapan dan tuntutan masyarakat yang disebut telah diserap oleh Demokrat dari seluruh daerah di Indonesia.
Kelima elemen itu, presiden/wapres mendukung dan mengamalkan penuh Pancasila dan tidak membuka ruang tumbuhnya ideologi atau paham yang bertentangan dengan pancasila.
Kedua, mengatasi persoalan di bidang ekonomi seperti lapangan pekerjaan, hambatan di dunia usaha dan ivnestasi, dan menurunkan angka kemiskinan, juga menciptakan keseimbangan antara pembangunan infrastruktur dan manusianya.
Ketiga, penegakan hukum yang adil, pemberantasan korupsi yang tak tebang pilih, dan negara tidak melakukan intervensi, dan hukum tidak boleh menjadi alat atau kekuatan politik.
Keempat, pemimpin ke depan mentaati konstitusi dan menjaga stabilitas politik, kebebasan berbicara dan pers, juga menjaga neteralitas aparat dan negara. Terakhir, menjaga persatuan dan kerukunan sosial.