Bakamla dan Penjaga Pantai Jepang menggelar latihan bersama operasi laut. Kegiatan ini amat penting untuk mempererat hubungan kedua lembaga.
Komandan kapal Japan Coast Guard Tsugaru PLH-02 Capt Suzuki Hirohisa dan Direktur Latihan Badan Keamanan Laut Eko Jokowiyono tampak berseri-seri seusai latihan bersama operasi laut, Rabu (11/7/2018). Keduanya sama-sama memberikan apresiasi kepada rekannya sambil berharap bahwa latihan yang digelar antara Bakamla dan penjaga pantai Jepang ini bisa terus dilakukan.
”Saya ucapkan terima kasih kepada semua satuan yang terlibat. Luar biasa. Kita sudah berkeringat bersama,” kata Suzuki di tengah dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT)–2 Tanjung Priok, Jakarta, setelah lebih dari tiga jam berlatih bersama. Menurut dia, lewat latihan ini, hubungan instansi maritim kedua negara semakin erat.
Latihan semacam ini adalah implementasi dari diplomasi maritim kontemporer. Skenario latihan dimulai dari formasi komunikasi yang dipimpin JCG Tsugaru PLH-02. Langkah selanjutnya, komando diambil alih KN Tanjung Datu yang memimpin formasi pencarian kapal terduga pembawa narkoba. Formasi pengejaran dan penangkapan dilakukan oleh kapal milik Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai KN Alugra, sementara pemeriksaan oleh KP Jalak milik Polri dan KP Hiu Macan Tutul 02 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan. Di pengujung latihan juga diadakan formasi penyelamatan yang dipimpin KN Basudewa milik Basarnas.
Kompleks
Suzuki dan Eko mengakui bahwa rangkaian latihan itu cukup kompleks. Apalagi dilakukan di perairan yang cukup padat, hanya beberapa kilometer dari pelabuhan Tanjung Priok. Namun, keduanya menyatakan puas dengan latihan bersama ini yang juga menandai 60 tahun hubungan kerja sama Indonesia-Jepang. ”Kita berharap, dengan latihan ini, di kemudian hari bisa dibuat standar operasi bersama,” kata Eko.
Sebelumnya, Eko mengatakan, kerja sama dengan negara-negara asing, seperti Jepang, sangat dibutuhkan Indonesia. Selain menguji standar prosedur operasi, baik dalam institusi Bakamla maupun gabungan dengan institusi maritim lain, kerja sama ini juga agar RI bisa bekerja sama dengan negara lain, seperti Jepang.
Secara umum, latihan berlangsung lancar. Dalam fase pertama, yaitu komunikasi, kapal Tsugaru yang memimpin, mengirimkan sinyal komunikasi ke semua kapal yang terlibat. Dengan kecepatan 10 knot, semua kapal merespons sinyal komunikasi itu. Di ruang operasi di belakang anjungan kapal Tsugaru, kru mencatat langkah-langkah yang dilakukan di papan tulis dan komputer. Latihan komunikasi yang menggunakan radio sampai suara ini berlangsung sekitar 20 menit.
Di fase berikutnya, kapal Basarnas KN Basudewa disimulasikan sebagai kapal pembawa narkoba. Pada titik yang ditentukan, kapal itu melarikan diri dan dikejar dua kapal patroli, KP Jalak dan KP Hiu Macan. Kedua kapal lalu mengapit kapal KN Basudewa dan menangkap kapal tersebut sesuai dengan prosedur yang direncanakan. Dalam perjalanan pulang, digelar latihan SAR di mana helikopter SAR digunakan untuk mengangkat korban yang jatuh di tengah laut.
Secara taktis, tampak beberapa masalah dalam operasi seperti tidak tersedianya helikopter SAR di kapal KN Tanjung Datu. Di kapal Tsugaru bersiap satu helikopter. Namun, sesuai skenario, helikopter yang digunakan untuk SAR, berangkat dari darat. Hal ini membutuhkan waktu yang relatif panjang.
Menurut Eko, ada kebutuhan helikopter untuk reaksi cepat. KN Tanjung Datu yang digunakan adalah kapal terbesar milik Bakamla saat ini dengan panjang 110 meter. Kapal ini ukurannya relatif sama dengan Tsugaru yang panjangnya 105 meter. KN Tanjung Datu untuk pertama kalinya digunakan untuk latihan bersama setelah sebelumnya ikut operasi kemanusiaan ke Papua.
Dalam konteks diplomasi maritim, perlu digarisbawahi sifat maritim yang saling terkoneksi, mengikuti laut. Diplomasi maritim adalah alat yang penting bagi Indonesia untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya, terutama dalam mewujudkan visi Poros Maritim Dunia. Visi ini terus-menerus dihadapkan pada kompleksitas kawasan Asia Pasifik sehingga dibutuhkan strategi yang inovatif dalam diplomasi maritim.
Pernyataan Laksamana Madya (Purn) Hideaki Kaneda dalam seminar kerja sama Maritim Indonesia-Jepang yang diadakan LIPI pada 2017, mewakili kepentingan nasional Jepang. Hedeaki mengatakan, Indonesia dan Jepang sebagai sesama negara Indo-Pasifik perlu bekerja sama untuk mengimbangi China di kawasan Asia Pasifik. Posisi geografi Indonesia sangat strategis dalam situasi geopolitik di Asia Pasifik saat ini.