Perbankan Berkompetisi Menjawab Tantangan Disrupsi Digital
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perbankan merupakan salah satu sektor yang cukup terdampak oleh disrupsi teknologi digital. Saat ini, pelaku industrinya berlomba-lomba menciptakan inovasi untuk menjawab tantangan disrupsi digital.
Transformasi digital di industri perbankan Indonesia sedang dalam tahap perkembangan. Untuk sampai ke fase maju, hal itu tergantung dari visi atau karakteristik setiap bank.
CEO Citibank Indonesi Batara Sianturi, Jumat (13/7/2018), di Jakarta, berusaha memberikan gambaran melalui pengalaman Citibank. Sebagai perbankan internasional dan beroperasi di lebih dari 90 negara, adopsi teknologi digital dikedepankan.
Di bagian consumer banking, misalnya, Batara menyebut aplikasi Citi Mobile. Aplikasi ini melayani berbagai jenis layanan produk Citibank. Satu akun dapat dipakai mengakses serta bertransaksi mulai dari tabungan, deposito, reksa dana, hingga jasa keuangan lainnya yang menggunakan rekening Citibank sebagai perantara. Untuk keamanan data, Citibank menerapkan double authentification dan sidik jari.
Masih di bagian consumer banking, Citibank memiliki kartu kredit virtual dan fitur kalkulasi nilai tukar digital yang terpasang di mitra agen perjalanan daring. Semuanya bertujuan menjawab kebutuhan nasabah yang menyukai berwisata mancanegara.
Sementara di bagian institusi, Citibank telah memiliki aplikasi Citi Direct. Nasabah segmen perusahaan dapat menggunakannya untuk bertransaksi sehari-hari.
”Kami menyadari bahwa digital amat memengaruhi perilaku sehari-hari. Pada jangka panjang, barangkali perbankan cukup dalam genggaman alias mobile. Maka dari itu, kami berusaha selalu mengikuti tren,” ujar Batara.
Dua hari lalu, Bank DBS menerima pengakuan global sebagai World’s Best Digital Bank dan World’s Best SME Bank. Pengakuan ini diberikan oleh Euromoney dalam Awards for Excellence 2018.
Untuk penghargaan World’s Best Digital Bank, Bank DBS mengalahkan kompetitor dunia kelas atas, seperti Bank of America dan HSBC. Ini kedua kali Bank DBS memperoleh pengakuan World’s Best Digital Bank dari Euromoney. Pengakuan sebelumnya diterima pada tahun 2016.
Pengakuan World’s Best SME Bank diterima Bank DBS karena bank ini dinilai berhasil mendukung UKM di Asia melalui konektivitas regional dan inovasi digital.
Dalam siaran pers 12 Juli 2018, Euromoney mengatakan sangat jarang menemukan bank yang menawarkan layanan komprehensif untuk UKM lintas batas. Meski Singapura adalah pengecualian, Bank DBS aktif melayani UKM Hong Kong, India, China, dan Indonesia.
Transformasi digital Bank DBS telah menunjukkan hasil. Sebagai gambaran, rasio biaya pendapatan Bank DBS meningkat dari 45,4 persen pada 2015 menjadi 43 persen pada 2017. Pendapatan juga meningkat sekitar 10,4 persen selama kurun waktu bersamaan.
CEO Bank DBS Piyush Gupta mengemukakan, sejak lima tahun lalu, tim internal sudah memperkirakan tren digital akan berkembang sangat cepat. Perubahan perilaku dan layanan adalah keniscayaan. Oleh karena itu, tim internal secara proaktif berinovasi.
Laporan PwC ”Survei Perbankan Digital terhadap Bank-bank di Indonesia” (Juli 2018) menyebutkan, 66 persen responden menyebut bank-bank di Indonesia terindikasi telah mengembangkan strategi digital sebagai bagian strategi korporat. Sekitar 12 persen responden terindikasi memasukkan strategi digital sebatas bagian strategi di bagian teknologi informasi dan 16 persen menjejalkan strategi digital ke dalam bagian strategi divisi produk dan konsumen. Hanya 4 persen yang menjadikan digital sebagai strategi terpisah atau berdiri sendiri.
Dalam survei itu, PwC mengumpulkan dan merangkum pandangan dari para bankir eksekutif senior dari sejumlah lembaga perbankan di Indonesia. Survei juga menceritakan respons 52 responden dari 43 bank di Indonesia.