WONOSARI, KOMPAS — Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, belum bisa lepas dari problem bunuh diri. Sampai dengan Juni 2018, tercatat sudah 14 orang bunuh diri. Tahun lalu angkanya mencapai 30 orang. Hal utama yang memengaruhi terjadinya tindakan tersebut adalah ketahanan jiwa warga yang lemah.
Berdasarkan data dari Polres Gunung Kidul, ke-14 orang itu mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Pada 2017, angka bunuh diri mencapai 30 orang. Pada 2015 dan 2016, masing-masing tercatat 33 orang bunuh diri.
Sementara itu, Yayasan Inti Mata Jiwa (Imaji) mencatat, selama 2001-2016, telah ada 458 kejadian bunuh diri. Apabila dihitung rata-ratanya, sedikitnya ada sekitar 30 kejadian bunuh diri setiap tahun.
Ketua II Yayasan Imaji Sigit Wage Dhaksinarga mengatakan, pokok permasalahan bunuh diri adalah rendahnya ketahanan jiwa seseorang. Penekannya bisa berbagai hal, mulai dari ekonomi hingga penyakit yang tak kunjung dapat disembuhkan.
”Penyebab itu semua sebenarnya karena gangguan jiwa. Supresornya bisa macam-macam. Bisa karena ekonomi atau sakit yang tidak sembuh-sembuh, yang membuat mereka depresi. Intinya semua ini adalah ketahanan jiwa seseorang untuk menghadapi masalah,” tutur Wage saat dihubungi pada Jumat (13/7/2018).
Intinya semua ini adalah ketahanan jiwa seseorang untuk menghadapi masalah.
Menurut data yang dihimpun Yayasan Imaji, berdasarkan kejadian 2015-2017, kaum lansia mendominasi sebagai pelaku bunuh diri dengan persentase 44 persen. Kelompok usia selanjutnya adalah 46-60 tahun sebesar 31 persen. Mereka yang berusia 18-45 tahun sebanyak 24 persen dan usia di bawah 18 tahun ada 1 persen.
Kejadian bunuh diri terkini dilakukan PTR (80), warga Desa Bejiharjo, pada Senin (9/7/2018). Ia ditemukan menggantung dirinya di kamar mandi rumahnya. Kepala Subbagian Humas Polres Gunung Kidul Inspektur Satu Ngadino menyampaikan, PTR diduga mengalami depresi berat karena tidak bisa menyembuhkan penyakitnya sehingga memilih untuk mengakhiri hidup.
”Sakit yang diderita pelaku itu sudah menahun. Pelaku mengeluhkan sakit napas selama bertahun-tahun, tetapi tak kunjung sembuh. Ia jadi depresi terhadap penyakitnya itu dan menjadi pemicu untuk melakukan tindakan tersebut,” ujar Ngadino.
Hal itu dijelaskan pula melalui temuan Yayasan Imaji dari catatan kepolisian dan medis yang melakukan visum et repertum pada kejadian bunuh diri di Kabupaten Gunung Kidul. Sebanyak 43 persen faktor pencetus utamanya adalah depresi. Sakit fisik menahun sebesar 26 persen. Yang terkecil adalah persoalan ekonomi, yaitu 5 persen, dan masalah keluarga sebesar 4 persen.
Kesepian
Ditemui secara terpisah, Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan Wahyudi mengatakan, pelaku bunuh diri biasanya terjadi pada warga lansia yang merasa kesepian. Faktor ekonomi, lanjutnya, tidak menjadi faktor utama seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri.
”Hubungannya bunuh diri dan ekonomi itu persentasenya paling kecil. Paling tinggi adalah kesepian. Mereka biasanya, kan, aktif di masyarakat. Begitu mereka tua atau sakit, lalu merasa tidak berguna, maka melakukan hal itu,” tutur Immawan.
Ia telah melakukan berbagai hal untuk menanggulangi hal tersebut. Ada berbagai program pendampingan untuk masyarakat yang telah dibuat demi mencegah terjadinya bunuh diri.
Sementara itu, Wage mengatakan, pemerintah perlu meningkatkan pelayanan untuk masalah kejiwaan di pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Ia menyebutkan, belum semua puskesmas melayani pasien yang ingin berkonsultasi untuk masalah kejiwaannya.
Pemerintah perlu meningkatkan pelayanan untuk masalah kejiwaan di pusat kesehatan masyarakat.
”Peningkatan pelayanan kejiwaan ini seharusnya menjadi instrumen pemerintah untuk menangani persoalan itu,” lanjutnya.
Selain itu, Wage beranggapan, stigma masyarakat terhadap orang yang berkonsultasi ke psikiater atau psikolog untuk mengobati persoalan kejiwaannya juga seharusnya diubah. Hal itu membuat orang enggan mengonsultasikan masalah kejiwaannya karena khawatir dipandang negatif.
”Hari ini orang masih melihat bahwa berkonsultasi ke psikiater memalukan. Padahal, hal itu diperlukan jika memang seseorang butuh untuk konsultasi. Sebab, inti dari tindakan bunuh diri ini adalah depresi dan persoalan kejiwaan,” kata Wage.