JAKARTA, KOMPAS — Pengembang gim di Indonesia punya potensi besar untuk ekspansi ke luar negeri. Hanya saja, pengembang masih harus mempertajam konsep gim yang mereka buat. Kekayaan budaya lokal bisa dimanfaatkan untuk mempertajam konsep sekaligus diplomasi budaya.
Nilai pasar industri gim di Indonesia pada 2016 tercatat 480 juta dollar AS dan meningkat menjadi 800 juta dollar AS pada 2017. Tahun ini diperkirakan terjadi peningkatan hingga 25 persen. Hal itu seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna gawai dan makin terjangkaunya harga komputer.
Akan tetapi, potensi ekonomi digital tersebut masih belum dimanfaatkan pengembang (developer) lokal. Data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menyebutkan, peran pengembang gim dari dalam negeri hanya 1 persen terhadap produk domestik bruto ekonomi kreatif pada 2015. Kue yang besar itu mayoritas dinikmati pengembang asing.
Persoalan bagi pengembang gim lokal mencakup pendanaan investor, konsep, orisinalitas, dan kemampuan berbisnis. Dari sisi konsep, Deputi Pemasaran Bekraf Joshua Simanjuntak, Sabtu (14/7/2018), mengatakan, kebanyakan pengembang gim di Indonesia masih mengikuti arus atau permintaan pasar. Padahal, Indonesia memiliki beragam kekayaan budaya yang bisa digunakan untuk memperkaya konsep gim.
Ia mencontohkan kedigdayaan Jepang dalam mengangkat kebudayaan lokal untuk dikenal penduduk negara lain. Menurut Joshua, Jepang sukses mengakomodasi kekayaan budaya mereka menjadi beragam produk ekonomi kreatif. Langkah tersebut juga dipandang sebagai diplomasi budaya. Jika sebuah gim berbasiskan kekayaan lokal bisa sukses di pasaran, hal itu akan menciptakan basis penggemar dengan sendirinya.
”Tidak berhenti hanya di produk gim, tetapi juga intellectual property seperti komik dan pernak-pernik. Ini mengandung potensi bisnis yang besar,” ujar Joshua dalam bincang sore bersama media di Jakarta.
Tidak berhenti hanya di produk gim saja, tetapi juga intellectual property seperti komik dan pernak-pernik. Ini mengandung potensi bisnis yang besar.
Lentera Nusantara, pengembang gim asal Bandung, Jawa Barat, menjadi salah satu pengembang gim yang digaet publisher internasional karena mengangkat konten kebudayaan lokal. Melalui gim Ghost Parade, publisher gim kelas dunia Aksys meminang produk Lentera Nusantara untuk dirilis dalam berbagai platform.
Chief Executive Officer Lentera Nusantara Azizah Assatari mengatakan, kunci keberhasilan mereka menembus pasar gim internasional adalah mengangkat konten kebudayaan lokal di dalam gim. Hantu-hantu di Indonesia ditampilkan di dalam gim Ghost Parade. Latar musiknya pun menggunakan instrumen gamelan. Sementara itu, pada lokasi-lokasi permainan ada sejumlah tempat-tempat yang kental suasana lokal, seperti pura di Bali.
Azizah menuturkan, untuk bisa menembus pasar gim dunia, pengembang sebaiknya mengembangkan gim yang sesuai dengan minat mereka. Ia tidak menganjurkan pengembang mengikuti arus pasar dengan membuat gim-gim yang telah banal diproduksi.
Kunci keberhasilan mereka menembus pasar gim internasional adalah mengangkat konten kebudayaan lokal di dalam gim.
Gim yang baik, katanya, haruslah unik. Setelah menemukan konsep yang unik, penting bagi pengembang gim untuk mempelajari pasar.
”Kalau terlalu mengikuti arus pasar, misalnya bikin gim yang sudah banyak beredar, ya, orang juga bosan. Harus ada ciri khas yang bisa diangkat. Kebudayaan di Indonesia bisa diakomodasi jadi konsep,” ucapnya.
Menggaet investor
Selain kendala konsep, pengembang gim lokal saat ini juga merasa kesulitan memperoleh calon investor.
Joshua mengakui, Bekraf belum memiliki program yang mempertemukan pengembang gim lokal dengan calon investor. Hingga saat ini, Bekraf baru sebatas membuka pendaftaran bagi pengembang gim lokal untuk diikutsertakan dalam acara-acara luar negeri. Berawal dari sana, pengembang lokal bisa dilirik investor ataupun publisher gim.
Dalam waktu dekat, Bekraf akan membuka open calling bagi pegiat industri board game Indonesia untuk Essen Spiel 2018 di Jerman. Nantinya, pengembang gim akan dikurasi dan dipilih yang terbaik untuk mewakili Indonesia.
Melalui mekanisme open calling inilah, Lentera Nusantara mendapatkan akses untuk menghadiri Game Connection America 2018 di San Francisco, Amerika Serikat, pada Maret silam.
”Bekraf membuka open call bagi pengembang gim. Kami melihat, masih ada pasar-pasar gim potensial di Asia Tenggara dan Eropa yang bisa dieksplorasi,” kata Joshua.