JAKARTA, KOMPAS — Guna memperbaiki kondisi sungai, Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane bekerja sama dengan Komando Militer Jaya/Jayakarta dalam pemeliharaan rutin sungai dan situ. Kerja sama tersebut diharapkan dapat membuat sungai kembali berfungsi sebagai pengendali banjir.
Pada Jumat (13/7/2018) pukul 13.30, bertempat di kantor Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BWSCC), Jakarta Timur, diadakan penandatanganan perjanjian kerja sama pemeliharaan rutin sungai dan situ yang berada di wilayah kerja BWSCC. Pihak yang menandatangani ialah Kepala BWSCC Jarot Widyoko dan Panglima Komando Militer Jaya/Jayakarta Mayor Jenderal Joni Supriyanto.
Perjanjian kerja sama tersebut dilatarbelakangi oleh buruknya kondisi sungai yang berada di bawah pengelolaan BWSCC. Pada sungai-sungai tersebut ditemui penumpukan sampah akibat ulah masyarakat dan penyempitan aliran sungai akibat rumah-rumah yang dibangun di bantaran sungai.
Kondisi tersebut membuat daya tampung sungai terhadap air hujan berkurang sehingga menyebabkan banjir.
Mengurangi dampak musim hujan
Kerja sama pemeliharaan rutin sungai dan situ antara BWSCC dan Komando Militer (Kodam) Jaya/ Jayakarta meliputi empat sungai dan sembilan situ. Keempat sungai tersebut ialah Sungai Krukut, Grogol, Sunter, dan Mookervart. Sementara beberapa situnya ialah Situ Leungsir, Bekasi; Situ Taman, Bekasi; Situ Sidomukti, Depok; dan Situ Bahar, Depok.
Pemeliharaan tersebut berlangsung selama lebih kurang tiga bulan, yakni 16 Juli-26 Oktober. Diharapkan, ketika memasuki musim hujan, dampak dari kegiatan tersebut sudah dapat dirasakan. ”Sebelum masuk musim hujan, kita harapkan sungai dan situ bisa menampung air dengan baik sehingga bisa mengurangi dampak dari musim hujan,” kata Joni saat memberi keterangan pers.
Beberapa kegiatan dalam pemeliharaan tersebut ialah perbaikan tebing yang terkikis, pembersihan semak, pengerukan sedimen, dan pembersihan sampah. Terkait dengan sampah, Joni mengatakan bahwa selain membersihkan sampah, tim juga akan mengedukasi masyarakat sekitar agar tidak membuang sampah sembarangan.
Tujuan yang hendak dicapai melalui kerja sama pemeliharaan ini, misalnya, program pengelolaan sungai dan situ berjalan secara terpadu serta sungai dan situ terjaga dari gangguan alam maupun ulah manusia.
Apresiasi
Jarot mengapresiasi Panglima Kodam Jaya/Jayakarta beserta jajarannya yang bersedia membantu dalam pemeliharaan sungai. ”TNI sangat luar biasa. Ini adalah bentuk atensi mereka untuk mewariskan mata air untuk anak cucu,” kata Jarot.
Keterlibatan TNI dalam pemeliharaan rutin sungai sesuai dengan Pasal 7 Ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tugas Pokok TNI. TNI wajib membantu pemerintah daerah dalam rangka peningkatan pembangunan dan kesejahteraan rakyat, misalnya, melalui pengerukan sedimentasi, pembersihan sungai untuk mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, dan bebas banjir.
Kerja sama antara BWSCC dan Kodam Jaya/Jayakarta dalam pemeliharaan rutin sungai dan situ ini merupakan kegiatan yang diselenggarakan tiap tahun.
”Siapa pun panglimanya (Pangdam Jaya/Jayakarta), selama Kodam masih ada, selama balai (BBWSCC) masih ada, kerja sama itu harus,” ujar Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Agung Djuharmanto dalam sambutannya.
Normalisasi Ciliwung
Sementara itu, ketika ditanya mengenai kelanjutan kabar normalisasi Sungai Ciliwung, Jarot mengatakan bahwa ia sudah berkomunikasi secara nonformal dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta pada Kamis (12/7/2018). Ia masih mencari waktu yang tepat untuk bisa bertemu dan berdiskusi dengan pemprov. ”Semoga minggu depan bisa bertemu” kata Jarot.
Pada 2018, normalisasi Sungai Ciliwung dihentikan karena Pemprov DKI Jakarta tak kunjung memberi penjelasan soal lahan yang dibebaskan dan siap dinormalisasi. (Laras Prameswari)