Menengok Ruang Kerja Terbuka Grab di Singapura
Sebagai tempat memproduksi ide-ide kreatif, ruang kerja tak cukup hanya menjadi tempat bekerja. Dengan menempati 2 lantai di Gedung Marina One, Singapura, Grab menciptakan ruang kerja dengan konsep terbuka yang diyakini mampu menumbuhkan ide-ide kreatif, membangun budaya diskusi, hingga toleransi terhadap keberagaman. Namun tak melupakan ruang privasi bagi karyawannya.
Tepatnya di lantai 22 dan 23 Marina One, gedung perkantoran yang pembangunannya hasil kerja sama Singapura dan Malaysia, ini kantor pusat Grab berada. Kedua lantai ini langsung menghadap kawasan dermaga Marina dengan dilatari pemandangan laut yang membentang luas.
Memasuki ruangan bagian depan, di lantai 23, akan ditemukan ruangan terbuka berisi meja dan kursi panjang yang dijejer berderet layaknya di kantin. Di bagian belakang terdapat area dapur lengkap dengan lemari pendingin berisi minuman dan es krim, mesin pembuat kopi, dan kardus serta kaleng berisi biscuit maupun keripik.
“Silahkan diambil, makanan dan minuman di sini disediakan untuk karyawan. Free (gratis),” kata salah seorang karyawan Grab menawarkan rombongan wartawan dari beberapa negara di Asia Tenggara yang mengunjungi kantor itu, pada Rabu (11/7/2018).
Ruangan terbuka yang menyerupai kantin ini tak hanya digunakan untuk makan dan minum, tetapi juga digunakan untuk bekerja dengan menggunakan komputer jinjing, dan diskusi santai. Apalagi ruangan ini langsung menghadap dinding kaca dengan suguhan pemandangan dermaga Marina dan lautnya, sehingga memberikan suasana yang menyegarkan.
Di sekitar ruangan terbuka ini juga terdapat deretan ruangan rapat yang antar-ruangannya disekat dengan dinding kaca. Setiap ruangan diberi nama menurut nama-nama tempat dan kota di 8 negara Asia Tenggara tempat Grab mengoperasikan usahanya, seperti Penang (Malaysia), Manado (Indonesia), dan juga Joo Koon (Singapura).
Penggunaan nama-nama itu merefleksikan Grab yang hadir di 217 kota di 8 negara Asia Tenggara, yakni Singapura, Malaysia, Indonesia, Kamboja, Thailand, Vietnam, Myanmar, dan Filipina.
Nuansa keberagaman tak hanya ditemukan pada penggunaan nama-nama kota di Asia Tenggara. Namun nafas keberagaman itu juga ditemukan pada para Grabber, demikian sebutan yang disandang para karyawan Grab yang bertugas di kantor pusat Grab di Singapura maupun di kantor-kantor perwakilannya di 7 negara Asia Tenggara. Mereka datang dari berbagai ras dan juga bangsa.
Sementara di seluruh Asia Tenggara, total jumlah Grabber ada 3.000 orang. Mereka berasal setidaknya dari 40 bangsa di dunia, tak terbatas Asia.
Sebagai pekerja yang lebih banyak beraktifitas di kantor, tak tampak keseragaman pada pakaian mereka. Masing-masing Grabber itu memiliki ciri berpakaian yang berbeda satu sama lain. Ada yang mengenakan rok jins yang dipadu dengan kaos dan sepatu olahraga, kaos dengan jaket olahraga, hingga kemeja panjang lengkap dengan kopiah.
Head of People Operations Grab, Chin Yin Ong mengatakan, sejak awal didirikan pada 2012, Grab ingin menjadi tempat meleburnya berbagai talenta dari berbagai latar belakang disiplin ilmu. Tempat bagi orang-orang yang mampu memberikan pelayanan bagi masyarakat.
“Kami pun mau mereka (para Grabber) datang bekerja dengan apa adanya mereka, membawa keunikannya. Jika suka pakai sneaker (sepatu olahraga), pakai sneaker. Kami dukung keberagaman,” jelasnya.
Chin pun berkisah, beberapa tahun lalu pihaknya membuka lowongan pekerjaan untuk posisi manajer, dan memperoleh satu kandidat dengan latar belakang pendidikan cukup tinggi dan pengalaman bekerja di sejumlah posisi yang cukup strategis. Namun, lanjutnya, CEO Grab Anthony Tan mempertimbangkan untuk tidak merekrut orang tersebut dengan alasan orang tersebut tampak angkuh.
Kami membutuhkan orang-orang yang mau belajar hal baru, dan berbagi ilmu, karena tujuan kami adalah memberikan pelayanan
“Dia (Anthony) berpendapat orang itu terlalu angkuh. Sementara kami membutuhkan orang-orang yang mau belajar hal baru, dan berbagi ilmu, karena tujuan kami adalah memberikan pelayanan,” jelas Chin.
Head of Business Data Platform Grab, Ainun Najib, ini contohnya tampak seperti anomali. Praktisi yang ahli di bidang mahadata (big data), asal Jawa Timur, ini menjadi satu-satunya Grabber di kantor pusat Grab di Singapura itu yang mengenakan peci, layaknya santri di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Keahlian Ainun di bidang mahadata ini memang tak diragukan. Sebelum bergabung dengan Grab, Ainun merupakan penggagas Kawal Pemilu pada Pemilihan Presiden RI pada 2014 lalu. Kawal Pemilu menjadi salah satu pemantau yang dapat mempublikasikan hasil hitung cepat perolehan suara Pilpres saat itu, dan hasilnya terkonfirmasi dengan perhitungan Komisi Pemilihan Umum.
Sebelum bergabung dengan Grab, Ainun merupakan penggagas Kawal Pemilu pada Pemilihan Presiden RI pada 2014 lalu.
Dengan posisinya saat ini sebagai pengelola data bisnis di Grab, Ainun mengaku, tak hanya memenuhi hasratnya di bidang informatika, tetapi Grab juga memberikan kesempatan bagi dirinya untuk sama-sama memajukan wirausaha kecil. Karena dengan keahliannya, Ainun mengelola seluruh data wirausaha kecil maupun pengemudi yang bermitra dengan Grab.
“Perusahaan ini juga memiliki misi sosial untuk memajukan wirausaha kecil. Karena itu saya ikut bergabung. Karena dalam berkarya, kita juga harus memberikan dampak kepada masyarakat secara luas,” jelasnya.
Sementara di lantai 22, kembali dijumpai ruangan terbuka seperti di lantai 23. Namun di lantai ini, terdapat ruang kerja yang menjadi penggerak Grab di 8 negara di Asia Tenggara. Ruangan kerja ini hanya dapat dimasuki oleh para Grabber.
Namun wartawan yang diundang Grab untuk berkunjung di kantornya, diberikan kesempatan untuk menyaksikan aktivitas di dalamnya. Dibandingkan dengan ruangan kerja perusahaan swasta pada umumnya, suasana ruang kerja Grab ini tak jauh berbeda. Meja-meja kerja disusun berjejer dengan perangkat komputer di atasnya.
Yang agak membedakan dengan desain tempat kerja di perusahaan lain, meja kerja di kantor Grab ini tak dilengkapi kubikel atau sekat yang digunakan untuk memisahkan antar-meja kerja. Namun dengan tak adanya penyekat, para pekerja di ruangan itu dapat saling berinteraksi dan diskusi dengan bebas.
Di tengah ruang kerja yang lumayan luas itu berdiri ruang-ruang rapat berdinding kaca sehingga setiap aktivitas di dalam ruangan itu dapat disaksikan dari luar. Namun, privasi di dalam ruang rapat itu pun tetap terjaga karena dinding kaca ruangan itu tetap diberi dekorasi gambar gedung-gedung pencakar langit.
Namun, privasi di dalam ruang rapat itu pun tetap terjaga.
Uniknya lagi, di setiap sisi ruangan kerja itu disediakan sofa dan meja yang dapat digunakan para Grabber untuk duduk merenung atau menyelesaikan pekerjaannya dengan komputer jinjing.
Jika ingin sama sekali tak terganggu, disediakan pula bilik menyerupai bilik telepon umum yang dapat digunakan untuk bekerja maupun menerima telepon. Bilik itu pun digunakan Ainun saat memproses data dengan komputer jinjingnya.
“Ada kalanya kami membutuhkan privasi, tak diganggu oleh siapa pun, maka kami bisa menggunakan bilik yang ada,” jelas Wai Hong, salah seorang Grabber.
Seperti diungkapkan Chin Yin Ong, Grab ingin membangun kreativitas. Kreativitas itu hanya dapat dibangun dari keberagaman. Sebab, ada banyak hal yang harus dilayani Grab, baik pelanggan maupun mitra usaha. Contohnya, mitra pengemudi yang bergabung dengan Grab di seluruh Asia Tenggara kini jumlahnya mencapai 7,1 juta orang.
“Kami sangat ingin bekerjasama dengan komunitas (wirausaha). Makanya kami buat maping yang lengkap karena ini melibatkan sejumlah komunitas di beberapa negara. Oleh karena itu, banyak talenta yang dibutuhkan untuk mengelola ini semua, agar tujuan kami memberikan pelayanan kepada konsumen itu tercapai,” jelas Chin Yi.