BEIJING, JUMAT -- Data perdagangan China pada Juni tahun ini terhadap Amerika Serikat tercatat surplus. Di tengah-tengah ambisi menggebu penerapan tarif oleh Washington terhadap Beijing, data terbaru itu dinilai bisa membuat Pemerintah AS semakin meradang.
Beijing mengatakan, surplus China dengan AS mencapai rekor tertinggi senilai 28,97 miliar dollar AS pada bulan lalu, sementara ekspor China ke negara itu juga mencapai rekor senilai 42,62 miliar dollar AS. Selama enam bulan pertama tahun ini, surplus China juga naik menjadi 133,8 miliar dollar AS, menanjak sekitar 13,8 persen dari tahun lalu. Total ekspor China naik 11,3 persen secara tahunan di bulan Juni, melebihi perkiraan Bloomberg News sebesar 9,5 persen. Sedangkan impor China meningkat 14,1 persen, di bawah perkiraan sebelumnya di angka 21,3 persen.
Baru pada Selasa (10/7/2018) malam, Gedung Putih memutuskan mengeluarkan daftar 6.000 produk senilai 200 miliar dollar AS yang diusulkan dikenai tarif 10 persen. Barang-barang itu termasuk barang konsumen mulai dari sarung tangan bisbol hingga makanan laut, penyedot debu, kertas toilet, dan alarm pencuri. Trump berdalih, pemberlakuan tarif itu adalah balasan terhadap Beijing yang menerapkan tarif bagi barang-barang AS senilai 34 miliar dollar AS pada akhir pekan lalu.
Dalam beberapa kesempatan, Trump menyatakan, ketidakseimbangan menjadi dalih kemarahannya pada Beijing. Trump menilai, Beijing telah melakukan praktik perdagangan yang tidak adil. Perusahaan-perusahan AS telah dirugikan, demikian menurut Trump, dan lapangan kerja di negerinya pun rawan tergerus.
Namun, dalam sebuah pernyataannya, Kementerian Perdagangan China di Beijing, Kamis (12/7/2018), mengatakan sumber kesalahan itu ada padaAS sendiri. Menurut Beijing, pernyataan Washington soal ketidakseimbangan itu adalah sesuatu yang berlebihan. Masalah itu ada di diri AS sendiri, tepatnya di masalah struktural domestik, demikian menurut Beijing.
Beijing pun mengingatkan bahwa kondisi perang dagang ini dapat membahayakan perekonomian global. "Sengketa perdagangan ini pasti akan berdampak pada perdagangan China-AS dan akan memiliki dampak yang sangat negatif terhadap perdagangan global," kata juru bicara administrasi bea cukai Huang Songping, Jumat kemarin.
Kementerian Perdagangan China telah mengatakan, kedua pihak tidak berencana memulai kembali perundingan perdagangan, sekaligus siap melakukan aksi balasan atas langkah pengenaan tarif-tarif oleh Washington terhadap Beijing. Situasi ini membuat pasar global terancam, terutama terkait munculnya kekhawatiran bahwa keputusan Trump untuk memberlakukan tarif tarhadap sejumlah mitra utama lain, seperti Kanada dan Uni Eropa, dapat memicu perang perdagangan global habis-habisan.
Pada analis telah mengingatkan dampak perang dagang mulai terasa, antara lain terlihat dari perekonomian China yang melambat. China pada saat yang sama juga berjuang untuk meredam tekanan dari tingkat utang yang menggunung.
"Pertumbuhan ekspor China dalam beberapa bulan mendatang bisa tertekan karena tarif AS yang lebih luas,” kata Julian Evans-Pritchard dari Capital Economics. (AFP/AP)