Pontianak Mulai Berselimut Asap di Malam Hari
PONTIANAK, KOMPAS — Kota Pontianak, Kalimantan Barat, dan sekitarnya mulai berselimut asap pekat pada Sabtu (14/7/2018). Kabut asap itu dipicu kebakaran lahan gambut yang mulai terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Dari pantauan Kompas, Sabtu (14/7/2018), Kota Pontianak mulai berselimut asap sejak pukul 18.00. Memasuki pukul 19.00, kebut asap kian tebal sehingga mengeluarkan bau yang sangat tajam. Kabut asap masih bertahan hingga pukul 20.24. Meskipun demikian, jarak pandang masih normal.
Warga ada yang sudah menggunakan masker saat keluar rumah pada malam hari. Apalagi, aroma asap bahkan masih tercium meskipun berada di dalam rumah. Asap masuk ke rumah melalui ventilasi rumah.
Titik panas di Kalbar memang mulai bertambah dalam beberapa hari terakhir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kalbar dan Manggala Agni intensif berpatroli agar api tidak meluas.
Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandara Supadio Pontianak, titik panas mulai bertambah berdasarkan citra satelit. Berdasarkan pantauan pada Selasa (10/7/2018) pukul 07.00 hingga Rabu (11/7/2018) pukul 07.00, terdapat delapan titik panas yang tersebar di Kabupaten Sintang (4), Kapuas Hulu (2), Bengkayang (1), dan Kubu Raya (1).
Sementara pemantauan pada Kamis (12/7/2018) pukul 07.00 hingga Jumat (13/7/2018) pukul 07.00, titik panas bertambah menjadi 19 titik. Titik panas itu tersebar di Kabupaten Sambas (3), Sanggau (3), Ketapang (1), Sintang (2), Bengkayang (3), Sekadau (3), Kayong Utara (3), dan Melawi (1).
Kemudian, berdasarkan pantauan satelit sejak Jumat (13/7/2018) pukul 07.00 hingga Sabtu (14/7/2018) pukul 07.00, terpantau ada 11 titik panas. Titik panas itu tersebar di Kabupten Sambas (4), Ketapang (1), Sintang (3), Bengkayang (1), dan Kubu Raya (2).
Kepala Daerah Operasi Manggala Agni Pontianak Sahat Irawan Manik, Sabtu, mengatakan, kebakaran lahan memang sudah terjadi di sejumlah wilayah, antara lain Kabupaten Sintang, Ketapang, Landak, dan Kota Pontianak. ”Kebakaran rata-rata sekitar 1 hektar. Namun, petugas langsung memadamkannya sehingga api tidak meluas,” ujar Sahat.
Patroli gabungan Manggala Agni, TNI, Polri, dan masyarakat sudah dilakukan sejak Maret. Sebab, pencegahan sangat penting agar api tidak membesar. Jika sudah membesar, api akan sulit dipadamkan.
Tak hanya melalui darat, patroli udara juga diintensifkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalbar. Kepala BPBD Kalbar TTA Nyarong mengatakan, BPBD sudah mulai berpatroli dengan helikopter untuk memantau kondisi titik panas. Ada empat helikopter yang sudah ada di Kalbar. Tiga heli khusus untuk pemadaman dari udara jika memang diperlukan pemadaman dan satu heli untuk keperluan berpatroli.
”BPBD Kalbar juga sudah mengusulkan agar ada tambahan helikopter. Pada Juli, akan datang lagi bantuan helikopter dari pusat sebanyak dua helikopter untuk keperluan patroli dan pemadaman api dari udara. Helikopter itu diperlukan untuk langkah pencegahan,” tutur Nyarong.
Ia juga menilai pencegahan sangat penting. Langkah pencegahan perlu diutamakan. Sebab, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, jika telanjur membesar, api akan sulit dikendalikan. Kebakaran di Kalbar banyak terjadi di lahan gambut yang dalam sehingga memadamkannya tidak mudah.
Tak hanya itu, upaya restorasi gambut oleh Badan Restorasi Gambut (BRG) juga terus dilakukan, salah satunya untuk mencegah kebakaran di lahan gambut. Dinamisator BRG Provinsi Kalbar, Hermawansyah, menuturkan, proses restorasi gambut terus dilakukan.
Pada 2018, BRG melalui program Desa Peduli Gambut (DPG) mendampingi 27 desa, yakni 11 desa di Kabupaten Kubu Raya, 10 desa di Kabupaten Kayong Utara, dan 6 desa di Kabupaten Sambas. Program DPG sasaran utamanya pada pelibatan masyarakat dalam upaya restorasi.
Ada skema bantuan ekonomi produktif, pendampingan mini-demplot pengolahan lahan tanpa bakar, penguatan kelembagaan, dan kebijakan desa. Oleh karena itu, BRG di bawah Kedeputian III, bidang edukasi, sosialisasi, partisipasi, dan kemitraan, menempatkan 27 fasilitator desa di tiga kabupaten tersebut.
Fasilitator desa secara intensif mendampingi masyarakat dan mendorong agenda restorasi gambut agar masuk kebijakan pembangunan desa, seperti rencana pembangunan jangka menengah desa dan peraturan desa. Selain kegiatan DPG, BRG di bawah koordinasi Kedeputian II, bidang konstruksi, operasi, dan pengendalian, melalui skema pendanaan tugas pembantuan di Kalbar melaksanakan pembangunan infrastruktur pembasahan (sekat kanal dan sumur bor) di lokasi desa-desa terpilih.
Di samping pembasahan gambut, juga dilakukan kegiatan terkait revitalisasi ekonomi masyarakat. Secara keseluruhan, hingga 2020 target restorasi lahan gambut di Kalbar akan mencapai 119.634 hektar.