LONDON, KAMIS - September 2017, Serena Williams berada di antara hidup dan mati kala melahirkan putri pertamanya. Serangkaian operasi dijalani karena pendarahan di paru-paru. Sepuluh bulan kemudian, hanya dalam turnamen keempatnya setelah melahirkan, Serena tinggal selangkah lagi menjadi “ratu” di Wimbledon.
Dalam final tunggal putri yang akan berlangsung di Lapangan Utama All England Club, London, Inggris, Sabtu (14/7/2018), Serena akan berhadapan dengan Angelique Kerber, petenis Jerman yang dikalahkannya dalam final Wimbledon 2016. Final yang rencananya disaksikan Duchess of Sussex Meghan Markle, di tribun Royal Box, akan menjadi ajang pembuktian, siapa yang lebih baik setelah mengalami masa sulit dalam hidup dan karier.
“Setelah melahirkan, saya harus menjalani operasi. Setiap hari, ada operasi baru yang harus dilakukan. Setelah itu, saya, bahkan, tak bisa berjalan untuk mengambil surat di kotak surat. Jadi, rasanya tak normal ketika saya bisa tampil di final Wimbledon. Saya tak menduga bisa tampil dengan baik dalam turnamen keempat saya dalam 16 bulan terakhir,” kata Serena yang mengalahkan Julia Goerges, 6-2, 6-4, pada semifinal, Kamis.
Kembali ke arena kompetisi pada Maret 2018, Serena tampil pada WTA Premier Indian Wells, Miami, dan Grand Slam Perancis Terbuka. Hasil terbaiknya adalah babak keempat Perancis Terbuka, babak ketika dia batal tampil melawan Maria Sharapova karena cedera.
Serena, yang menjuarai Australia Terbuka 2017 pada awal kehamilannya, mengatakan, hanya perasaan tanpa beban yang bisa membuatnya menikmati pertandingan. “Ketika saya tak memiliki beban apa-apa, saya bisa bermain dengan nyaman. Hanya itu yang saya lakukan,” katanya.
Jika bisa mengalahkan Kerber, Serena akan menyamai Evonne Goolagong, petenis putri pertama yang menjuarai Wimbledon, pada 1980, setelah menjadi ibu. Selain itu, ada Kim Cljisters yang meraih tiga dari empat gelar grand slam, juga, setelah menjadi ibu. Clijsters menjuarai AS Terbuka 2009, 2010, dan Australia Terbuka 2011 setelah melahirkan anak pertamanya pada 2008.
Sepanjang pertandingan selama 1 jam 10 menit melawan Goerges, Serena memperlihatkan bahwa pengalaman melahirkan anak, 10 bulan lalu, tak menjadi kendala untuk tampil fenomenal. Goerges, yang tampil pada semifinal pertamanya di arena grand slam, tiba di Lapangan Utama dengan statistik terbaik dibandingkan tunggal putri lainnya.
Dia membuat 199 winners, 22 as, dan 113 servis yang tak bisa dikembalikan dengan sempurna oleh lawan. Tetapi, statistik itu tak berarti kala berhadapan dengan Serena yang tak hanya tampil dengan servis dan pukulan keras, tetapi juga dalam kemampuannya dalam mengatur irama permainan.
“Serena adalah petenis yang ingin saya hadapi agar saya mendapat pengalaman berharga darinya. Dia punya banyak pengalaman tampil dalam panggung seperti ini,” kata Goerges yang selalu kalah pada babak pertama dalam lima Wimbledon sebelumnya.
Kerber, yang enam kali dikalahkan Serena dalam delapan pertemuan sebelumnya, juga berusaha membuktikan kebangkitannya setelah mengalami masa sulit pada 2017. Petenis yang mengalahkan Jelena Ostapenko, 6-3, 6-3, pada semifinal ini menjuarai Australia dan AS Terbuka 2016, serta menjadi petenis nomor satu dunia pada tahun yang sama.
Setahun kemudian, peringkat dunianya merosot menjadi ke urutan ke-21. Dia gagal mempertahankan gelar juara Australia Terbuka setelah tersingkir pada babak keempat. Kerber, bahkan, tersingkir pada babak pertama AS Terbuka.
Dia pun memutus hubungan kerja sama dengan Torben Beltz, pelatihnya sejak 2003, dan memilih Wim Fissette yang pernah melatih Clijsters, Simona Halep, dan Victoria Azarenka. Momen bangkitnya Kerber ditandai dengan tampilnya dia pada semifinal Australia Terbuka musim ini hingga lolos ke final Wimbledon untuk kedua kalinya dalam tiga musim terakhir.
“Pertandingan nanti adalah pertandingan baru bagi kami. Serena kembali setelah melahirkan, saya juga kembali setelah melalui masa sulit pada 2017,” kata Kerber.
“Saat memulai musim ini, saya bertekad untuk tampil baik di grand slam, bisa tampil di final lagi. Sekarang saya bisa mencapainya, sangat menyenangkan,” lanjutnya.
Semifinal tunggal putra yang berlangsung Jumat malam mempertemukan John Isner dan Kevin Anderson, serta Rafael Nadal melawan Novak Djokovic. Nadal dan Djokovic menjadi pertemuan petenis yang berpengalaman menjuarai grand slam, termasuk Wimbledon. Sebaliknya, Isner dan Anderson akan menjalani semifinal pertama dalam grand slam klasik di lapangan rumput ini. Bagi Isner, ini, bahkan, menjadi semifinal pertamanya dalam grand slam. (Reuters)