JAKARTA, KOMPAS - Belajar budaya tidak cukup hanya di ruang-ruang akademik, tetapi harus dipraktikkan langsung, salah satunya dalam pentas budaya. Itulah yang dilakukan mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Musik Universitas Negeri Jakarta yang menggelar pentas budaya Betawi di Pasar Seni Ancol, Jakarta Utara, Minggu (15/7/2018). Mereka mementaskan tradisi “palang pintu” dan musik gambang kromong.
“Palang Pintu” merupakan salah satu tradisi dalam perkawinan Betawi. Laki-laki beserta rombongan keluarganya membawa seserahan dan jawara silat ke rumah perempuan. Di sana perempuan beserta rombongan keluarganya dan jawara silat telah menanti kedatangan lelaki.
“Jawara silat ini akan beradu pantun dan kemampuan silat. Dari pihak lelaki (jawara silat) harus menang agar dibukakan pintu. Berarti lamarannya diterima,” ucap Tuti Tarwiyah Adi, Ketua Pusat Kajian dan Budaya Betawi Universitas Negeri Jakarta.
Jawara silat ini akan beradu pantun dan kemampuan silat. Dari pihak lelaki (jawara silat) harus menang agar dibukakan pintu. Berarti lamarannya diterima
Di Wall of Frame Betawi Nas, Ancol, rombongan mahasiswa terbagi jadi dua kelompok. Satu kelompok menjadi keluarga lelaki dan sisanya menjadi keluarga perempuan. Mereka mengenakan pakaian tradisional Betawi.
Jawara Silat dari kedua keluarga ini beradu pantun. Mereka saling sahut-menyahut kemudian berduel. Mereka saling serang menggunakan teknik silat.
“Ini bagian dari mata kuliah pendidikan seni musik. UNJ punya kurikulum musik dan budaya Betawi,” ujar Tuti
Setelah selesai dengan tradisi “palang pintu”, acara dilanjutkan dengan hiburan musik gambang kromo. Mereka memainkan lagu Si Jali-Jali, Kondangan, Hujan Gerimis dan lagu lainnya.
Pelestarian budaya
Selain sebagai bagian dari kurikulum, kegiatan ini juga dilakukan agar mahasiswa dan masyarakat semakin mengenal dan tahu keanekaragaman budaya Betawi.
Anneta Ero (21) mahasiswi UNJ mengatakan, pentas budaya Betawi merupakan praktik wajib dalam pendidikan seni musik. Melalui kegiatan ini mereka lebih mengenal budaya Betawi.
“Belajar budaya tidak hanya di ruang-ruang akademik. Pentas langsung bermanfaat untuk kami melatih apa yang telah dipelajari dan dilihat langsung oleh masyarakat,” ujar Annita.
Belajar budaya tidak hanya di ruang-ruang akademik. Pentas langsung bermanfaat untuk kami melatih apa yang telah dipelajari dan dilihat langsung oleh masyarakat
Hal yang sama juga dikatakan Ahmad Rafiq (21), pentas seni budaya membantu mereka untuk tahu sejauh mana pemahaman tentang budaya dan latihan yang telah dilakukan.
“Tidak sekadar belajar secara lisan dalam kelas, tetapi pentas juga. Ada yang dipelajari secara langsung dan melatih mental karena dilihat banyak orang,” kata Rafiq. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY)