Djokovic Menemukan Kenyamanan
LONDON, SABTU-Novak Djokovic menemukan kembali kenyamanan bermain ketika tampil di lapangan rumput. Untuk pertama kalinya sejak 2016, dia berkesempatan kembali meraih gelar juara grand slam.
Dalam semifinal Wimbledon yang berlangsung di All England Club, London, Inggris, Djokovic mengalahkan Rafael Nadal, 6-4, 3-6, 7-6 (9), 3-6, 10-8. Di final, Djokovic akan bertemu Kevin Anderson yang mengalahkan John Isner.
“Sulit digambarkan dengan kata-kata jika mengingat kembali apa yang telah terjadi pada saya. Saya tak membayangkan bisa kembali ke final Wimbledon,” kata Djokovic sambil menahan tangis. Djokovic pun berpeluang menambah gelar juara di Wimbledon setelah 2011, 2014, dan 2015.
Laga Djokovic melawan Nadal harus diselesaikan dalam dua hari, Jumat dan Sabtu (14/7/2018), dengan total waktu 5 jam 15 menit. Ini karena Pertemuan Anderson dan Isner, Jumat, berlangsung hingga 6 jam 36 menit. Djokovic dan Nadal pun hanya memiliki waktu sekitar tiga jam, hingga pukul 23.00 waktu setempat, untuk menyelesaikan pertandingan. Saat pertandingan dihentikan usai set ketiga, Jumat pukul 23.02, Djokovic unggul.
Dalam pertemuan dengan Nadal, Djokovic "lama" telah kembali. Servis tajam, backhand silang, serta kombinasi pukulan datar dan dropshot membuat persaingan dengan Nadal untuk yang ke-52 kalinya itu berjalan sengit. Dia juga sabar ketika Nadal mengajaknya bermain reli hingga Nadal membuat kesalahan.
Sebelum lolos ke final Wimbledon, Djokovic juga mencapai babak yang sama pada turnamen pemanasan di Queen\'s Club, London. Itu menjadi titik balik penampilannya pada 2018 setelah melalui masa sulit usai didera cedera siku kanan pada setengah musim terakhir 2017. Temannya sesama petenis Serbia, Nenad Zemonjic, bercerita, Djokovic mengalami masa berat saat kembali ke kompetisi awal musim ini.
Perancis Terbuka 2016 menjadi grand slam terakhir yang dijuarai Djokovic. Dia mencapai final AS Terbuka pada musim yang sama namun dikalahkan Stan Wawrinka. Setelah itu, Djokovic kehilangan motivasi karena telah menjuarai semua grand slam dan didera cedera.
Usul tiebreak
Peraturan advantage set dalam turnamen tenis grand slam kembali melahirkan rekor pertandingan dalam durasi panjang. Ide mengubah peraturan tersebut kembali muncul.
Saat melihat pertandingannya melawan Anderson dalam semifinal, Jumat, bagai tiada akhir, petenis AS, Isner, duduk lunglai di kursi. Dia memohon pada wasit Marija Cicak saat akan memasuki set kelima, “Bisakah kita bermain dengan tiebreak?”
Tiebreak adalah format yang digunakan untuk menentukan pemenang set ketika skor 6-6, termasuk pada set penentuan. Petenis yang meraih tujuh poin terlebih dulu atau berselisih dua saat poin 6-6 adalah pemenang. Aturan ini lazim digunakan dalam turnamen tenis di bawah kelola Asosiasi Tenis Profesional (ATP) dan Asosiasi Tenis Putri (WTA).
Namun, dalam level grand slam, hanya AS Terbuka yang menggunakan tiebreak pada set penentuan (set kelima untuk putra dan ketiga untuk putri). Australia Terbuka, Perancis Terbuka, termasuk Wimbledon memakai advantage set. Dengan aturan ini, pemenang harus unggul dua gim atas lawan jika skor pada set terakhir adalah 6-6. Tak seperti pada bulu tangkis, yang menentukan batas maksimal hingga skor 30, tenis belum memiliki batas itu.
Maka, Isner dan Anderson pun harus bermain selama 6 jam 36 menit. Semifinal terlama di Wimbledon itu berakhir untuk kemenangan Anderson, 7-6 (8), 6-7 (5), 6-7 (9), 6-4, 26-24. Dua hari sebelumnya, Anderson menumbangkan juara bertahan, Roger Federer, 2-6, 6-7 (5), 7-5, 6-4, 13-11, dalam waktu 4 jam 14 menit.
“Telapak kaki saya kaku dan bengkak. Kaki saya sangat lemas, tak bisa digerakkan,” komentar Anderson, petenis Afrika Selatan pertama yang lolos ke final Wimbledon dalam 97 tahun.
Rasa lelah tak terhindarkan saat pertandingan. Nafas Isner terdengar berat. Adapun Anderson terjatuh saat mengembalikan bola dari baseline pada set kelima, meski memaksakan diri untuk bangkit lagi. Anderson akhirnya meraih poin melalui forehand dengan tangan kiri, meski sebenarnya dia bermain dengan tangan kanan.
Isner, bahkan, punya rekor fenomenal dalam pertandingan di Wimbledon. Sebelum menciptakan pertandingan kedua terlama bersama Anderson, dia dan Nicolas Mahut (Perancis) bermain dalam pertandingan terlama, tak hanya dalam catatan Wimbledon, melainkan dalam sejarah tenis. Isner mengalahkan Mahut dalam babak pertama Wimbledon 2010, 6-4, 3-6, 6-7 (7), 7-6 (3), 70-68, dengan total waktu 11 jam 5 menit. Babak itu berlangsung dalam tiga hari setelah beberapa kali tertunda karena hujan dan terlalu malam.
Rekor-rekor pertandingan terlama itu, bahkan menjadi bahan lelucon dalam media sosial. “Mei 2039, Djokovic mengumumkan telah menjadi seorang kakek. Federer membuka cabang bistro Pineapple Pizza, Andy Murray akan menjadi anggota parlemen. Dan, Isner akhirnya mematahkan servis Anderson untuk unggul 5.588-5.587,” kata seorang penggemar tenis dalam Twitter.
Usul mengubah peraturan pun mengemuka. “Mungkin ada jalan tengah. Tiebreak bisa dilakukan, misalnya setelah skor 12-12 pada set penentuan. Perubahan peraturan itu bisa dilakukan untuk melindungi kesehatan atlet. Bermain dalam waktu panjang seperti itu bisa merusak kondisi fisik kami,” kata Anderson.
Isner juga mengusulkan ide yang sama. “Saat seseorang sudah mendapat skor 12, tak perlu diteruskan. Ini sudah lama dibiarkan. Peraturannya harus berubah,” katanya.
Suara juga muncul dari mantan-mantan petenis. “Sebagai mantan atlet, saya sangat respek pada mereka dengan penampilan seperti itu, tetapi itu pertandingan yang absurd,” kata John McEnroe.
“Saat melihat jadwal Isner bermain, saya tak menduga akan melihat hal yang sama seperti delapan tahun lalu. Ini akan menjadi tantangan bagi Kevin Anderson untuk tampil di final. Saya pikir, ini harus menjadi agenda diskusi bagi Wimbledon setelah kejuaraan,” kata Tim Henman dalam BBC.
Tak hanya merugikan Anderson dan Isner, laga panjang juga merugikan penonton dan berdampak pada petenis berikutnya yang tampil. Penonton di Lapangan Utama seharusnya bisa menyaksikan dua pertandingan semifinal tunggal putra, namun akhirnya hanya bisa melihat satu laga yang selesai. (REUTERS)