Keriaan dari Pinggiran Paris
Paris pada awal Juni tidak sebatas udara hangat dan cuaca cerah di seluruh kota. Keriaan awal musim panas juga datang dari pinggiran kota di arena tenis, Stade Roland Garros. Di sinilah pencinta tenis menikmati pertandingan seru para petenis kelas dunia dalam turnamen Grand Slam Perancis Terbuka.
Berbekal tiket seharga 20 euro, sekitar Rp 320.000, yang dibeli secara daring dari Jakarta, perjalanan menuju Stade Roland Garros di Bois de Boulogne, arrondissement (wilayah) ke-16 Paris, dimulai. Dari hotel, kami naik metro menuju Stasiun Porte d’Auteuil, stasiun terdekat dari kompleks stadion.
Rasanya banyak orang punya tujuan yang sama. Menjelang siang, langit agak mendung dengan suhu berkisar 19 derajat celsius. Dari stasiun, pengunjung harus berjalan kaki sekitar 10 menit dan melewati tiga lapis pemeriksaan sebelum bisa masuk arena Roland Garros.
Kemeriahan langsung menyergap pancaindera begitu kaki menginjak kompleks stadion. Terlihat orang mengantre berfoto dengan latar belakang logo Roland Garros di dinding berwarna coklat tanah liat, sesuai karakter lapangan tempat turnamen berlangsung. Meski tak saling kenal, mereka tak sungkan saling meminta tolong untuk difoto.
”No problem, let me take your picture,” ujar seorang gadis berambut pirang sembari tersenyum ramah. Tak jauh dari pintu masuk terpampang papan besar berisi skema laga untuk tunggal putra dan tunggal putri.
Di dekat lapangan Court No 1 tersedia kursi-kursi santai menghadap sebuah layar lebar. Penonton yang tidak memiliki tiket untuk pertandingan di lapangan utama tetap bisa ikut menikmati keseruannya lewat layar ini. Karena tak banyak kursi tersedia, kita harus jeli melihat siapa yang berdiri meninggalkan kursi dan sigap menempatinya.
Tiket seharga 20 euro hanya memberikan akses untuk pertandingan di Court No 1-10, tidak di dua lapangan utama tempat para bintang tenis dunia berlaga, yakni Court Suzanne Lenglen dan Court Philippe Chatrier. Pada hari itu, 6 Juni 2018, tiket untuk lapangan Suzanne Lenglen harganya 80 euro (Rp 1,28 juta) hingga 270 euro (Rp 4,32 juta). Adapun tiket untuk lapangan Philippe Chatrier mencapai 100 euro (Rp 1,6 juta) hingga 195 euro (Rp 3,12 juta).
Siang itu, layar lebar tengah menampilkan pertandingan perempat final tunggal putra antara Alexander Zverev (Jerman) dan Dominic Thiem (Austria) di lapangan Philippe Chatrier. Gemuruh tepuk tangan di luar lapangan sepertinya tak kalah dengan yang di dalam lapangan, berpadu siulan dan seruan pemberi semangat. Tiap-tiap penonton memiliki jago sendiri.
Penerbang
Jika tidak sedang digelar turnamen, Stade Roland Garros relatif sepi. Lokasinya dikelilingi taman-taman kota nan hijau. Pohon-pohon rindang menaungi sepanjang jalan menuju stadion.
Kompleks lapangan tenis ini setiap tahun menjadi tempat diselenggarakannya turnamen Perancis Terbuka, salah satu Grand Slam selain Australia Terbuka, Wimbledon, dan Amerika Serikat Terbuka. Tahun ini, Perancis Terbuka digelar pada 27 Mei-10 Juni. Nama Roland Garros diambil dari nama pionir penerbang yang pertama kali menyelesaikan penerbangan solo melintasi Laut Mediterania. Dia juga pahlawan Perang Dunia I yang gugur dalam pertempuran udara.
Kompleks Roland Garros dibangun tahun 1928 dengan luas mencapai 8,5 hektar. Terdapat 20 lapangan, termasuk tiga lapangan berkapasitas besar. Ada pula restoran, bar, area media dan VIP, pusat pelatihan tenis nasional Perancis, dan museum sejarah tenis.
Lapangan di Roland Garros berupa lapangan tanah liat dengan karakter lambat. Petenis Spanyol, Rafael Nadal, menorehkan rekor dunia dengan memenangi 11 gelar juara di turnamen ini.
Puas menonton pertandingan dari layar, saatnya berkeliling melihat-lihat kompleks. Di sekitar lapangan utama, ramai orang berlalu lalang. Mereka bergiliran masuk dan keluar lapangan. Beberapa di antaranya tampak mengenakan kostum tenis klasik lengkap dengan raketnya.
Di banyak titik terdapat toko-toko suvenir yang diserbu pengunjung. Mulai dari pernik-pernik, seperti gantungan kunci, replika bola tenis, boneka, mug, hingga payung, kaus, topi, dan tote-bag bergambar logo atau bertuliskan Roland Garros sungguh sayang untuk dilewatkan. Mereka yang berkesempatan menonton di dalam lapangan sering meminta tanda tangan dari petenis di atas suvenir-suvenir itu seusai pertandingan berlangsung.
Toko-toko yang khusus menyediakan perlengkapan tenis pun tersedia. Mereka menjual kostum, sepatu, raket, dan bola tenis.
Waffle dan kopi
Di depan toko-toko sering kali para pramuniaga menggelar ”pertunjukan” kecil untuk menarik pengunjung. Mereka memainkan replika bola tenis berukuran besar dengan cara juggling atau menari dan menyanyi bersama-sama.
Daniel, penonton asal Jakarta, tengah memilih-milih kaus dan gantungan kunci. ”Kebetulan sedang ada acara di Paris dan hari ini kosong, jadi saya menyempatkan diri ke sini,” ujar penggemar tenis yang baru pertama kali ke Roland Garros itu.
Dia masuk ke beberapa lapangan kecil untuk menonton petenis berlatih. Dia agak kecewa karena melewatkan sesi latihan Nadal, yang menjadi unggulan pertama Perancis Terbuka tahun ini dan akhirnya juara.
Daniel juga sempat menyaksikan pertandingan level yunior. ”Memang beda menonton pertandingan di televisi dengan di lapangan seperti ini. Atmosfernya terasa banget,” ujarnya penuh sukacita.
Jeda antar-pertandingan menjadi waktu bagi pengunjung untuk melepas lelah dan lapar. Di berbagai sudut terdapat gerai yang menjual aneka makanan dan minuman. Kita bisa memesan sandwich, salad, waffle, hot dog, pizza, burger, dengan minuman bersoda, bir, atau kopi.
Secangkir kopi dan sepotong waffle dengan lelehan cokelat di atasnya membantu menghangatkan hari yang mulai dingin. Meskipun matahari mulai malu-malu menampakkan diri menjelang sore, suhu semakin turun ditambah sedikit embusan angin.
Namun, cuaca tidak menyurutkan niat melangkahkan kaki kembali berkeliling Stade Roland Garros. Masih ada sudut-sudut yang ingin dijelajahi. Masih ada pertandingan yang ingin disaksikan. Sampai kaki sudah demikian payah, waktunya pulang. Menonton tenis dari televisi lagi.