JAKARTA, KOMPAS — Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti hadir di acara hari bebas kendaraan bermotor di Jalan Jenderal Sudirman depan Menara BCA, Jakarta, Minggu (15/7/2018). Ia bersama figur publik lainnya mengajak masyarakat menjaga laut melalui organisasi Pandu Laut Nusantara.
Pandu Laut Nusantara dibentuk sebagai upaya menyatukan komunitas-komunitas pencinta laut. Mereka diharap ikut menjaga laut yang merupakan 71 persen dari wilayah Indonesia.
”Kita meresmikan organisasi ini sebagai kumpulan pelayan-pelayan dari lautan Indonesia. Harus kita ketahui bahwa bangsa yang menguasai lautan adalah bangsa yang akan menguasai dunia,” kata Susi setelah Akhadi Wira Satriaji (Kaka), vokalis Slank, meniupkan trompet tanda dimulainya organisasi ini.
Bangsa yang menguasai lautan adalah bangsa yang akan menguasai dunia.
Susi juga mengatakan bahwa organisasi ini akan aktif melakukan berbagai kegiatan, seperti pendidikan berenang, menyelam, menjaga, dan merawat laut. Mereka akan mengajak masyarakat turut mencintai laut. Organisasi ini tidak hanya di Jakarta, dalam waktu dekat akan dibuka perwakilan di seluruh kota di Indonesia.
Susi meresmikan Pandu Laut Nusantara bersama Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Brahmantya Satyamurti Poerwadi dan Bustar Maitar seorang aktivis lingkungan. Hadir pula musisi yang juga aktivis lingkungan, seperti Mohammad Ridho Hafiedz, gitaris Slank; dan Kaka. Ada juga artis yang mengikuti istrinya menjadi penyelam, Marcell Siahaan.
Dalam acara hari bebas kendaraan bermotor ini, panitia membagikan buku-buku yang mengajak masyarakat mencintai dan menjaga laut. Judul-judul buku yang dibagikan antara lain Bersama untuk Singkirkan dan Urusi Sampah Plastik (Bususi), Sampah Plastik, Ancaman Kehidupan Biota Laut, serta Pencemaran, Sumber Daya Pesisir dan Lautan Serta Upaya Penanggulangannya”.
Aksi pertama
Aksi pertama organisasi Pandu Laut Nusantara akan dilakukan pada 18 Agustus 2018, sehari setelah Hari Kemerdekaan. Susi meminta seluruh warga berdiri di sepanjang pantai di daerah masing-masing. Mereka diajak memungut sampah-sampah yang mencemari laut.
”Kita mulai memungut sampah pukul 16.00. Seluruh warga dari Sabang sampai Merauke boleh ikut berpartisipasi,” kata Susi di atas panggung.
Aksi pertama memungut sampah di laut dilatarbelakangi bahwa Indonesia masuk dalam negara penyumbang sampah laut terbesar di dunia. Para penyelam yang turut hadir di acara mengatakan bahwa di kedalaman 40 meter laut masih terdapat sampah plastik.
Ikan-ikan laut ikut memakan sampah laut. Ini bisa membuat ikan memiliki kandungan merkuri yang berbahaya jika dikonsumsi.
”Membersihkan sampah bukan hanya untuk menyelam, melainkan untuk makanan kita. Laut sehat, manusianya juga sehat,” kata Susi.
Laut sehat, manusianya juga sehat.
Selain permasalahan sampah, keberagaman laut Indonesia masih terancam. Saat ini, Indonesia masih menjadi pengekspor terbesar sirip ikan hiu di dunia.
Perilaku nelayan juga menjadi permasalahan kelestarian laut. Masih banyak nelayan yang menggunakan bom ikan. Mereka hanya ingin mengambil satu atau dua jenis ikan, tetapi dengan bom, semua jenis ikan yang ada di area pengeboman akan mati, termasuk terumbu karang ikut rusak.
Nelayan juga masih menggunakan zat beracun sianida. Satu gram sianida dapat merusak 6 meter persegi kehidupan laut. Pada operasi kementerian sering kali ditemukan nelayan membawa 10 liter sianida.
Kementerian Kelautan dan Perikanan juga telah menegaskan sikap pada kapal ikan asing yang masuk ke wilayah Indonesia. Sebanyak 363 kapal pencuri ikan telah dienggelamkan. Namun, ini tidak cukup jika warga negara Indonesia sendiri tidak menjaga laut. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH)