YOGYAKARTA, KOMPAS - Meski dinyatakan selesai 7 Juli lalu, penerimaan peserta didik baru tingkat SMP di Kota Yogyakarta masih menyisakan masalah. Ada sejumlah calon peserta didik tidak diterima di semua SMP negeri karena tinggal di wilayah blank spot (titik kosong).
”Kami berharap ada solusi untuk anak-anak yang tidak bisa diterima di SMP negeri,” ujar Septiana Dewi (48), orangtua siswa korban blank spot, Sabtu (14/7/2018), di Yogyakarta.
Secara sederhana, blank spot adalah wilayah di mana mereka yang tinggal di sana tidak akan bisa diterima di semua SMP negeri melalui jalur zonasi. Kemunculan blank spot kombinasi sejumlah faktor, misalnya daya tampung SMP jauh lebih sedikit ketimbang jumlah lulusan SD, persebaran SMP tak merata, dan sistem zonasi PPDB SMP di Kota Yogyakarta yang memprioritaskan siswa dekat sekolah.
Menurut Septiana, dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMP di Kota Yogyakarta pada 25 Juni-7 Juli 2018, anaknya, Banyubening Putra (12), mendaftar ke enam SMP melalui jalur zonasi, yakni, SMPN 5, SMPN 8, SMPN 1, SMPN 9, SMPN 2, dan SMPN 4.
Awalnya, ia optimistis anaknya diterima di salah satu SMP negeri. Nilainya 255,900 (rata-rata nilai 85,300). Namun, Banyubening tidak diterima di enam SMP itu karena kalah dari pendaftar lain yang rumahnya lebih dekat sekolah.
Septiana memeriksa PPDB jalur zonasi di semua SMP negeri sebanyak 16 sekolah. Seandainya Banyubening mendaftar ke 16 SMP negeri itu sekaligus, tetap dia tak diterima karena kalah dari pendaftar yang rumahnya lebih dekat. Rumahnya di RW 002, Kelurahan Pandeyan, Umbulharjo, masuk wilayah blank spot.
Warga RW 012 Pandeyan, Rina Rahmawati (34), mengatakan, anaknya juga jadi korban blank spot. Cikal Manika Nareswari (13) tak bisa diterima di SMP negeri meski nilainya tergolong tinggi, 260,00. ”Saya berharap anak-anak di wilayah blank spot ini diperhatikan dan diberi solusi,” katanya.
Jalur prestasi
Menanggapi itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana mengatakan, selain jalur zonasi, para lulusan SD di Kota Yogyakarta sebenarnya bisa mendaftar ke SMP negeri lewat jalur prestasi yang memprioritaskan nilai.
Kuota jalur prestasi untuk siswa asal dalam kota adalah 15 persen dari daya tampung. ”Mereka yang nilainya tinggi-tinggi justru mendaftar di jalur zonasi. Ini disayangkan, tetapi ini telanjur sehingga masyarakat harus legowo,” ujar Edy. (HRS)