AS dan Korut Kembali Berunding Soal Pengembalian Jasad Tentara
Oleh
Retno Bintarti
·3 menit baca
SEOUL, MINGGU — Pejabat militer Amerika Serikat dan Korea Utara kembali duduk bersama mendiskusikan rencana pengembalian jasad tentara AS yang tewas dalam perang 1950-1953.
Perundingan yang dilakukan pada Minggu (15/7/2018) itu merupakan kelanjutan dari kesepakatan dalam pertemuan tingkat tinggi antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong Un.
Kantor berita Korsel, Yonhap, mengabarkan tentang persiapan pertemuan yang dilakukan di zona demiliterisasi (DMZ) Panmunjon, yang terletak di perbatasan Korsel dan Korut. Tiga kendaraan angkatan bersenjata AS, bendera PBB, tampak berjalan menuju perbatasan.
Perundingan ini bukan yang pertama dijadwalkan. Sedianya kedua pihak bertemu pada Kamis pekan lalu, tetapi Korut tidak hadir. Pihak Korut kemudian menelepon Komandan PBB lewat sambungan hotline mengabarkan bahwa mereka tak hadir karena tidak siap untuk ambil bagian.
Korut mengusulkan pertemuan untuk membahas soal jasad tentara AS agar dilakukan di tingkat lebih tinggi. Pertemuan sebaiknya tidak digelar di level pelaksana sebagaimana yang diumumkan oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.
Kesepakatan untuk membicarakan jasad tentara AS di Korut ini bisa dikatakan merupakan hasil paling nyata dari kunjungan Pompeo setelah pertemuan puncak Trump-Kim. Pompeo mengklaim kunjungannya mengalami kemajuan. Sebaliknya, Korut menuduh delegasi Menlu Pompeo membuat permintaan ”seperti gangster” terkait dengan perlucutan senjata nuklir.
Kesepakatan untuk membicarakan jasad tentara AS di Korut ini bisa dikatakan merupakan hasil paling nyata dari kunjungan Pompeo setelah pertemuan puncak Trump-Kim.
Departemen Pertahanan AS memperkirakan masih ada 200 jasad tentara AS di Korut saat ini. Dalam pertemuan dua pemimpin 12 Juni lalu di Singapura, masalah yang cukup mengundang emosi ini termasuk yang dibicarakan, di samping isu utama perlucutan senjata nuklir Korut.
Pasukan AS bulan lalu sudah mengirim 100 peti mati ke DMZ untuk membawa jenazah tentara negara yang tewas akibat Perang Korea 1950-1953.
Pernah diupayakan
Pengembalian jenazah ini sebenarnya sudah beberapa kali diupayakan dari tahun 1996 hingga 2005. Namun, hubungan AS dan Korut memburuk karena Pyongyang memacu program nuklir. Pada tahun 2013, bahkan Korut memutus hotline dengan Komandan PBB dan menyatakan gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea batal.
Setelah lebih dari satu bulan pertemuan Trump-Kim, perlucutan senjata belum nyata terwujud. Presiden Trump saat itu mengatakan, perlucutan senjata akan memakan waktu lebih lama dari yang diinginkan orang.
”Namun, saya sudah biasa dengan proses panjang,” kata Trump menjawab pertanyaan dalam jumpa pers bersama dengan Perdana Menteri Inggris Theresa May, Sabtu (14/7/2018). ”Kami belum mencabut sanksi. Semua sanksi itu menyakitkan.”
Menlu Pompeo diharapkan dapat ”mengisi” rincian tentang bagaimana melucuti program nuklir Korut dan bagaimana mengembalikan jasad tentara AS. Pompeo menyatakan sudah membuat progres tentang perlucutan nuklir Korut.
Pompeo relatif belum lama menduduki jabatannya di Kementerian Luar Negeri. Dia menggantikan Rex Tillerson yang diberhentikan pada Maret lalu. Sebelum diberhentikan, Presiden Trump beberapa kali menyatakan ketidakpuasannya terhadap Tillerson dalam menangani isu Korut. Menurut Trump, Tillerson terlalu lambat menyelesaikan masalah tersebut. (AP/REUTERS)