Presiden Jokowi mengingatkan masih adanya terorisme di negeri ini. Pasca penembakan tiga terduga teroris pekan lalu, polisi meringkus dua terduga teroris lain yang akan menyerang markas Polres Indramayu.
BOYOLALI, KOMPAS- Presiden Joko Widodo mengingatkan, ancaman terorisme masih mengintai di negeri ini. Untuk itu, aparat keamanan bekerja sama dengan semua elemen masyarakat diharapkan dapat menyelesaikan persoalan terorisme.
”Kita harus sadar semuanya bahwa yang namanya terorisme masih ada di negara kita,” kata Presiden Jokowi seusai meresmikan jalan tol ruas Kartasura-Sragen, Jawa Tengah, di Gerbang Tol Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (15/7/2018).
Menurut Presiden, pemerintah telah melakukan pendekatan keras ataupun lunak dalam upaya pemberantasan terorisme. Masyarakat pun diminta turut bekerja sama dengan aparat untuk menyelesaikan masalah terorisme ini.
Pada Sabtu (14/7) petang, tim Detasemen Khusus 88 Antiteror mengambil tindakan tegas terhadap tiga terduga teroris di Jalan Kaliurang Kilometer 9, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tindakan itu mengakibatkan tiga terduga teroris tewas dan dua personel kepolisian terluka. Saat ini, tim Densus masih mengejar satu terduga teroris yang kabur (Kompas, 15/7/2018).
Sehari kemudian, Minggu sekitar pukul 02.30, tim Densus 88 menangkap pasangan suami-istri yang merupakan terduga teroris, GL (25) dan N (26), di Indramayu, Jawa Barat. Kedua orang tersebut diduga akan menyerang Markas Kepolisian Resor Indramayu.
”Mereka berusaha menerobos masuk ke polres. Saat diberhentikan, mereka kabur. Petugas piket lalu menembaknya. Panci berisi bahan peledak terjatuh, tetapi tidak meledak,” ujar Kepala Kepolisian Daerah Jabar Inspektur Jenderal Agung Budi Maryoto saat konferensi pers di Polres Indramayu, kemarin sore.
Setelah itu, menurut Agung, tim Densus juga menggeledah rumah kontrakan GL dan N di Blok Pilangsari, Desa Jatibarang, Kecamatan Jatibarang, Indramayu, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari Polres Indramayu. Penggeledahan juga dilakukan di rumah keluarga yang diyakini menjadi tempat pelarian keduanya di Blok Jawit, Desa Tersana, Kecamatan Sukagumiwang. Garis polisi mengelilingi rumah itu. Warga setempat turut memadati di sekitar lokasi penggeledahan.
Dari lokasi penggeladahan, polisi menyita sejumlah barang bukti, seperti panci, bubuk mesiu, sumbu yang terbuat dari benang jagung, sebuah celurit, 12 potongan besi dan paku. Menurut Agung, barang tersebut digunakan membuat bom panci dan akan diledakkan di Polres Indramayu.
”Daya ledak bom ini kecil, seperti bom ikan yang digunakan nelayan. Ada juga beberapa barang yang diduga bom dibuang di sawah dan sungai. Jumlahnya, masih dihitung,” lanjut Kapolda.
Saat ini, kedua terduga teroris sudah dibawa ke Jakarta untuk pemeriksaan lebih lanjut. Aparat kepolisian juga akan mendalami motif keduanya.
Terus dikejar
Menurut Kapolda, penangkapan itu merupakan kelanjutan dari lima terduga teroris yang diringkus sehari sebelumnya. Mereka diduga kuat merupakan jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Para terduga teroris itu diduga memiliki kaitan dengan aksi terorisme di Surabaya, Jawa Timur, dan Mako Brimob, Depok, Jabar.
Sejak pertengahan Mei lalu, sesuai arahan Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian, polisi telah menangkap 25 terduga teroris di Jabar. Lima di antaranya ditembak mati karena melawan petugas.
”Polisi terus mengejar pelaku teroris. Kami belum berhenti. Kami terus mencari semua pelaku teror,” ujar Agung.
Kepala Polres Indramayu Ajun Komisaris Besar Arif Fajarudin mengatakan, pihaknya telah meningkatkan pengamanan di markas Polres Indramayu sehingga teror bom panci itu dapat digagalkan. Selain memeriksa intensif para tamu, Polres Indramayu juga dijaga ketat oleh petugas bersenjata lengkap.
Dirham (39), paman GL, tidak menyangka keponakannya menjadi terduga teroris.