Bus bertingkat (double decker) datang ke Indonesia dalam wujud CKD (completely knocked down) yang terbagi atas 15 peti. Diangkut dengan kapal Adrastus dari Australia dan tiba di Tanjung Priok pada 10 Juli 1968. Bus diresmikan penggunaannya pada Senin, 30 September 1968. Suku cadangnya disiapkan untuk dua tahun seharga 1.500 dollar AS. Perakitan bus ini butuh waktu 38 hari.
Rute yang dilayani Blok M-Lapangan Banteng. Ada 26 bus yang disiapkan untuk melayani rute itu. Namun, karena untuk menjadi sopir seleksinya sangat ketat, saat pertama dioperasikan baru ada tiga sopir yang lolos seleksi.
Jumlah bus tingkat yang hanya satu, di antara 1.400 bus yang lalu lalang di Jakarta, menyebabkan bus tingkat berwarna merah ini menjadi daya tarik warga. Warga harus sabar untuk bisa menaiki ”Si Jangkung Merah” ini.
Dalam sehari, bus yang memiliki 83 tempat duduk ini dapat mengangkut 1.500 penumpang yang didapatnya dari 12 rit perjalanan Blok M-Lapangan Banteng. Setelah beroperasi 17 bulan, hasil yang diperoleh telah cukup untuk melunasi pembelian bus. (Kompas, Sabtu, 21/2/1970)
Pertengahan Juli 1980, Menteri Perhubungan Roesmin Nurjadin menyerahkan delapan bus bertingkat yang baru kepada PN PPD. Kedelapan bus tersebut adalah bagian dari tahap pertama bantuan Pemerintah Kerajaan Inggris kepada Pemerintah Indonesia senilai Rp 950 juta yang ditandatangani tahun 1979. Rute yang dilayani oleh bus baru itu adalah Blok M-Lapangan Banteng, sama seperti rute bus bertingkat pertama yang lalu.
Di Surabaya 10 bus bertingkat beroperasi mulai Februari 1981. Pemerintah Kota Surabaya membongkar dan menaikkan enam jembatan penyeberangan agar jalan di bawahnya bisa dilintasi bus bertingkat. Tinggi jembatan dinaikkan menjadi 5,5 meter. Kabel-kabel listrik, telepon, dan kabel PJKA yang diperkirakan mengganggu jalannya bus bertingkat itu ditata ulang.
Kota berikutnya yang mengoperasikan bus bertingkat adalah Medan, Semarang, dan Ujungpandang.
Kalau di Jakarta ada bus bertingkat, di Jawa Tengah ada bus raksasa yang bentuknya memanjang dan memiliki 120 tempat duduk. (Kompas, 29/10/1971). (JPE)