Dua minggu terakhir, setiap Jumat, Polda Metro Jaya menggelar jumpa pers. Jumpa pers di markas Polda Metro Jaya tiap Jumat itu menyampaikan hasil operasi cipta kondisi melawan kejahatan jalanan. Para tersangka yang jumlahnya ratusan juga ditampilkan di depan kamera. Sebagian tersangka berjalan pincang atau dipapah karena kakinya ditembus timah panas.
Dalam beberapa minggu terakhir, kejahatan jalanan mengganas. Seorang perempuan tewas dijambret di Cempaka Putih, Jakarta Pusat pada pagi hari. Kemudian seorang perempuan tewas ditembak pelaku curanmor di Pakojan, Kota Tangerang. Pelakunya belum tertangkap. Sebelumnya penjambretan menimpa pengendara sepeda dan anggota staf Kantor Staf Presiden.
Sebelum jumpa pers dimulai, Jumat (13/7/2018), seorang perwira menengah (pamen) sibuk mencatat jumlah pelaku yang tewas atau yang ditembak kakinya sebagai bahan jumpa pers.
“Berapa meninggal, berapa yang ditembak kakinya?” tanya pamen itu kepada setiap perwakilan Polres yang datang ke markas Polda Metro Jaya.
Hasil operasi kejahatan jalanan yang disebut operasi cipta kondisi itu mengejutkan. Selama dua minggu pelaksanaan operasi sejak 3 Juli 2018, 11 orang meninggal, sementara 41 orang ditembak di bagian kaki. Total 52 orang tersungkur akibat tindakan “tegas terukur” sejak tanggal 3 Juli sampai 12 Juli 2018.
Catatan Kompas, Polda Metro Jaya selama dua tahun terakhir belum pernah menggelar operasi dengan jumlah pelaku kejahatan yang tewas demikian banyak.
Polisi pun menghindari istilah “tembak di tempat”, tapi menggunakan istilah “tindakan tegas terukur”.
“Tidak ada tembak di tempat, yang ada tegas terukur,” ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono.
Argo menjelaskan, tindakan tegas terukur dilakukan terhadap penjahat yang melawan petugas atau membahayakan masyarakat. Sesuai keterangan resmi polisi, para penjahat yang tewas umumnya meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
Argo menampik operasi cipta kondisi sebagai langkah mengamankan ibu kota dan sekitarnya sebelum hajatan akbar Asian Games 2018. Operasi itu merupakan operasi kewilayahan yang digelar semua Polres, bukan karena kejahatan jalanan meningkat.
“Kenyataannya jumlah kejahatan menurun. Datanya kita bandingkan dengan tahun lalu. Jumlah crime total turun dalam enam bulan terakhir dari 1.600 tahun lalu, sekarang jadi 1.200,” kata Argo, Senin (16/7).
Kriminolog Universitas Indonesia (UI) sekaligus anggota Ombudsman RI, Adrianus Meliala, Senin (16/7) menuturkan, operasi begal dan jambret itu sebenarnya untuk menciptakan kondisi agar jalan-jalan di Jakarta aman menjelang Asian Games, sekaligus membuat perasaan masyarakat tenang.
“Jadi wajar kalau polisi melakukan sweeping dan berbagai operasi intelijen kepolisian agar pelaku tidak ‘bermain’ saat Asian Games,” lanjutnya.
Menurut Adrianus, tindakan tegas tentu oleh polisi dimungkinkan sepanjang penyebab dan kondisinya memang proporsional.
“Kalau ada yang tewas dan ditembak (sebagai bentuk tindakan tegas kepolisian), maka mestinya kepolisian punya justifikasi kuat. Kalau tidak, kan bakal kena praperadilan, terkena sangkaan melakukan pelanggaran HAM dan bisa diadukan ke Ombudsman,” paparnya.
Kriminolog UI Kisnu Widagso mengungkapkan, pendekatan keras atau hard approach polisi terhadap pelaku kejahatan akhir-akhir ini adalah sebuah pilihan strategi karena sumber daya polisi terbatas. Polisi baru saja sibuk mengamankan mudik, kemudian mengamankan Pilkada, dan sekarang tiba-tiba kejahatan jalanan marak sehingga tindakan keras adalah sebuah keniscayaan.
Menurut Kisnu, tindakan keras polisi dapat membuat pelaku kejahatan gentar sehingga mereka akan berpikir untuk melakukan kejahatan. Apabila sumber daya polisi tak terbatas, Kisnu yakin polisi akan menggunakan pendekatan selain kekerasan.
Operasi cipta kondisi di wilayah Polda Metro Jaya masih berlangsung sampai 3 Agustus. Ada kemungkinan jumlah penjahat yang “didor” berkurang, tetapi bisa juga malah bertambah.
Diharapkan tindakan keras polisi tidak cuma membuat pelaku kejahatan jalanan tiarap sampai Asian Games berakhir, lalu setelah hajatan besar itu mereka kembali beraksi. Semoga saja tidak.