Matahari bersinar sangat terik di Lapangan SKF Arena, Gothenburg, Swedia, saat laga perdana Piala Gothia pada Grup 4 untuk kategori putra U-15 digelar. Di grup itu, tim Liga Kompas Gramedia-SKF Indonesia menjalani laga pembuka melawan Skalborg SK dari Denmark. Panas mentari yang membuat suhu udara di tengah lapangan bersuhu 28 derajat celsius tak mengendurkan semangat para pemain tim LKG-SKF Indonesia.
Anak-anak Indonesia sudah terbiasa bertanding dalam terik matahari sepanas itu, bahkan lebih panas lagi saat mereka menjalani laga-laga Liga Kompas Gramedia Panasonic U-14 musim 2017-2018. Lari cepat, benturan, senggolan, semuanya adalah menu biasa bagi para pemain remaja itu.
Pada laga itu, tim LKG-SKF sangat dominan dan selalu mengurung pertahanan Skalborg. Tidak ada ruang yang diberikan kepada lawan untuk menyerang. Anak-anak Indonesia sudah unggul 15-0 hingga menit ke-45. Laga itu menggunakan sistem waktu 2 x 25 menit sehingga saat kedudukan itu, laga hanya tersisa 10 menit lagi.
Dalam sebuah serangan cepat dari sayap kiri, bek sayap LKG-SKF, Muhamad Al Khadafi, adu sprint dengan gelandang dan bek sayap kanan Skalborg. Khadafi yang berat badannya belum turun ke tingkat ideal pascalibur Lebaran ternyata mampu berlari cepat dan mengungguli keduanya. Tiba-tiba, seorang bek Skalborg terjatuh saat bersenggolan dengan pemain asal Kebayoran Lama, Jakarta, itu. Bukan pelanggaran oleh Dafi, sapaan Khadafi.
Bek asal Denmark itu mengalami kram kaki. Intensitas laga yang dimainkan oleh tim LKG-SKF tidak sanggup dia atasi. Pemain-pemain asal Indonesia terlalu cepat dan sering menyerang bertubi-tubi.
Meskipun bukan pelanggaran dan Dafi dapat terus menyerang, dia justru memilih berhenti dan menolong bek Denmark itu. Dafi mengangkat kaki bek itu dan mendorong telapak kakinya ke arah dalam. Pertolongan awal yang tepat untuk kram pada otot betis.
Kita selalu diajari bersikap sportif dan ”fair play”. Itu yang selalu ditekankan kepada kami dan itu yang kami lakukan.
Wasit memerintahkan pemain itu ke tepi lapangan agar dapat dirawat lebih lanjut oleh tim medis dan laga dapat berlanjut. Remaja Denmark itu kesulitan untuk berjalan keluar. Dafi segera mendukungnya untuk berdiri. Kapten tim LKG-SKF, Muhamad Uchida Sudirman, segera berlari menghampiri dan ikut mengangkat serta memapah bek remaja itu ke tepi lapangan. Seorang pemain Skalborg lainnya juga datang membantu.
Uchida merangkul anak itu dan dengan sabar memapahnya ke tepi lapangan. Kejadian itu mirip dengan tindakan Cristiano Ronaldo saat membantu Edinson Cavani keluar dari lapangan karena cedera pada Piala Dunia 2018, saat Portugal melawan Uruguay.
Dafi dan para pemain LKG lainnya terbiasa membantu lawan yang cedera saat berlaga di Liga Kompas Gramedia.
Tindakan fair play itu segera direspons dengan ucapan selamat dari pembawa acara laga yang mengatakan, tindakan fair play dari pemain-pemain Indonesia itu adalah semangat sejati dari ajang Piala Gothia ini. Para penonton juga bertepuk tangan melihat perilaku sportif dari anak-anak Indonesia itu.
”Anak-anak Indonesia itu punya hati yang baik meskipun mereka mendominasi permainan. Saya suka tindakan itu,” ujar Peter, penonton dari Inggris.
Menurut Dafi, pertolongan pertamanya bagi bek yang terjatuh itu merupakan tindakan spontan. Dafi dan para pemain LKG lainnya terbiasa membantu lawan yang cedera saat berlaga di Liga Kompas Gramedia.
”Kami dibiasakan berperilaku baik dan menolong siapa pun yang membutuhkan. Teman atau lawan tetap harus dibantu,” ucap Dafi.
Uchida juga mengungkapkan hal serupa. Baginya, membantu pemain lawan adalah hal biasa.
”Kita selalu diajari bersikap sportif dan fair play. Itu yang selalu ditekankan kepada kami dan itu yang kami lakukan,” kata Uchida.
Piala Gothia yang disebut sebagai Piala Dunia bagi remaja juga memiliki nilai-nilai yang segaris dengan Liga Kompas Gramedia, yaitu membangun manusia melalui sepak bola. Nilai-nilai kejujuran, patuh pada aturan, solidaritas, rasa hormat, sportivitas, fair play, tidak diskriminasi, dan persahabatan selalu menjadi fokus utama.
Kemenangan dalam pembinaan sepak bola usia muda bukan sebuah tujuan utama, melainkan menjadi manusia yang berkualitas unggul jadi fokusnya.