Harga Minyak dan Perang Dagang Hantui Pelaku Pasar
Oleh
BENNY DWI KOESTANTO
·3 menit baca
HONGKONG, SELASA -- Kekhawatiran perihal suplai yang bertambah telah menekan harga minyak di pasar global dan menyebabkan penurunan harga saham-saham perusahaan energi, Selasa (17/7/2018). Kelindan kekhawatiran itu bertambah dengan meningkatnya tensi perang dagang Amerika Serikat dengan mitra-mitra tradisionalnya, terutama dengan China.
Setelah mencapai harga tertingginya dalam kurun waktu tiga setengah tahun pada awal bulan ini, harga minyak mentah justru kemudian turun hampir 10 persen dari level puncaknya. Pada perdagangan Selasa, harga minyak NYMEX WTI turun 0,10 persen ke level 67,99 dollar AS per barrel, sementara minyak Brent naik 0,13 persen ke level 71,93 dollar AS per barrel.
Permintaan minyak dikhawatirkan tergerus pula sebagai akibat dari perang dagang AS-China, plus berita tentang ekspor minyak oleh Libya pascapenutupan ladang minyaknya baru-baru ini. Itu semua mengemuka hanya beberapa pekan setelah produsen utama minyak, seperti Arab Saudi, Rusia dan OPEC, sepakat perihal produksi minyak harian mereka.
Merujuk kabar dari AS, otoritas di negeri itu menyatakan, Washington dapat memanfaatkan cadangan minyak strategisnya untuk menekan harga minyak. Pada saat yang sama muncul spekulasi bahwa Riyadh tengah menimbang-nimbang peningkatan produksinya bagi negara-negara di Asia.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, Senin, mengindikasikan bahwa pemerintahan Trump dapat mengizinkan beberapa pengecualian terkait larangan pembelian minyak Iran.
“Hal-hal itu sangat tampak seperti reaksi lanjutan terhadap potensi adanya peningkatan pasokan,” kata Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas Global di TD Securities di Toronto, mengutip media Bloomberg News.
"Kombinasi dari efek sisi penawaran dan potensi permintaan yang lebih sedikit sebagai akibat dari perang dagang yang kita lihat mendorong orang untuk mengambil posisi analisa lebih panjang terkait harga minyak sekarang."
Data menunjukkan penurunan saham yang dialami perusahaan-perusahaan energi CNOOC dan PetroChina yang turun lebih dari tiga persen di Hong Kong. Penurunan harga juga terjadi pada harga saham Woodside Petroleum lebih dari dua persen di Sydney, dan Inpex yang terdaftar di Tokyo kehilangan lebih dari satu persen. Pasar saham Hong Kong melorot sekitar 1,1 persen dan pasar saham Sydney ditutup lebih rendah 0,4 persen.
Kekhawatiran pasar terus terjadi atas perkembangan terbaru perang dagang yang terasa semakin pelik, terutama antara China dan AS. Sebagaimana diwartakan, kedua pihak mengajukan pengaduan-pengaduan di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Pada awal pekan ini, Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan tentang efek perang dagang yang terjadi antara dua negara dengan tingkat perekonomian terbesar sejagat itu.
"Risiko bahwa ketegangan perdagangan saat ini meningkat lebih lanjut--dengan efek buruk pada kepercayaan, harga aset, dan investasi--adalah ancaman jangka pendek terbesar bagi pertumbuhan global," kata kepala ekonom IMF Maurice Obstfeld. (AFP)