Saat Sikap Politik Berubah...
Gubernur Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Bajang M Zainul Majdi banyak disorot setelah ia menyatakan mendukung Presiden Joko Widodo di Pemilu 2019.
”Seorang manusia yang terbiasa bertindak dengan satu cara tidak akan pernah berubah, ia pasti runtuh”. Demikian tulis ahli strategi politik dari Italia, Niccolo Machiavelli (1469-1527) dalam bukunya berjudul The Discourses.
Hal itu ditulis Machiavelli, setelah melihat keberhasilan sejumlah tokoh Romawi, seperti Fabius Maximus yang mampu mempertahankan negerinya dengan mengalahkan pasukan Kartago yang dipimpin Hannibal Barca. Menariknya, kemenangan itu diraih Fabius dengan menghindari taktik agresif.
Keberhasilan Fabius itu dinilai Machiavelli sebagai buah dari keterbukaan Fabius untuk melakukan perubahan.
Perubahan kini juga terlihat di sejumlah tokoh dan elite politik menjelang Pemilu 2019. Gubernur Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Bajang (TGB) M Zainul Majdi adalah salah satu tokoh yang ”mengejutkan” karena mendukung Joko Widodo untuk maju kembali di Pemilu 2019. Padahal, dia anggota tim sukses Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Pemilu 2014.
Langkah yang diumumkan TGB M Zainul Majdi pada awal Juli itu tentu mengundang polemik, terutama dari sisi politik.
Dalam acara Satu Meja The Forum, Senin (16/7/2018), di Kompas TV, TGB M Zainul Majdi menyampaikan kepada Pemimpin Redaksi Harian Kompas Budiman Tanuredjo bahwa deklarasi dukungannya kepada Presiden Jokowi murni didasari atas pencermatannya terhadap kesungguhan Presiden membangun Indonesia, termasuk NTB.
Ketika menjadi anggota tim sukses Prabowo Subianto-Hatta Rajasa di Pilpres 2014, ia mengungkapkan, hal itu didasari permintaan salah satu tokoh nasional kepada dirinya. Saat itu, dia juga menganggap visi dan misi Prabowo-Hatta relevan dengan kebutuhan bangsa.
”Selesai kontestasi 2014, ya, selesai dukungan itu. Setelah itu, saya lakukan pencermatan lagi, dan beliau (Jokowi) dalam empat tahun ini sungguh-sungguh bekerja untuk hadirkan yang terbaik sehingga saya mendukung Jokowi untuk periode kedua,” tutur TGB M Zainul Majdi di episode bertema ”Manuver TGB, Akal Sehat atau Siasat?”.
Dalam acara itu, hadir sebagai panelis adalah Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PDI-P Ahmad Basarah, Wasekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono, dan Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research Center Djayadi Hanan.
TGB M Zainul Majdi mengapresiasi kesungguhan Presiden Jokowi untuk menyelesaikan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika di Lombok Tengah, NTB, yang telah berjalan selama 29 tahun. Peresmian Mandalika itu ditandai dengan unggahan video blog Jokowi bersama TGB M Zainul Majdi, 21 Oktober 2017.
”Saya merasakan satu periode tidak cukup karena pembangunan di mana-mana dengan biaya ratusan triliun rupiah. Perlu beri kesempatan tuntaskan pembangunan untuk kemaslahatan kita,” kata TGB M Zainul Majdi yang juga Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar cabang Indonesia.
Rasional
Latar belakang dukungan Zainul Majdi kepada Jokowi dinilai sebagai hasil perhitungan rasional. Sebagai gubernur NTB, kata Djayadi, TGB M Zainul Majdi dianggap telah mengalami sendiri hasil pemerataan pembangunan yang dilakukan Jokowi. Selain itu, sebagai tokoh politik, ia juga dinilai rasional untuk mengincar posisi lebih tinggi setelah mengakhiri masa jabatan dua periode sebagai gubernur NTB, 17 September mendatang.
Ngabalin berharap tidak ada lagi pihak yang mempertanyakan langkah politik TGB M Zainul Majdi.
Meskipun TGB M Zainul Majdi merupakan kader Partai Demokrat, Rachland menegaskan, pernyataan politiknya tidak mencerminkan sikap partainya. Partai Demokrat masih menimbang berbagai dinamika politik jelang pendaftaran Pilpres 2019, seperti bergabung ke kubu Jokowi, Prabowo, atau membuka peluang membuat poros ketiga.
Sementara itu, Ferry menduga perubahan arah politik TGB M Zainul Majdi salah satunya dipengaruhi pemeriksaan dirinya oleh Komisi Pemberantasan Korupsi, Mei lalu. Pemeriksaan itu terkait penyelidikan kasus dugaan penyimpangan divestasi saham PT Newmont Nusa Tenggara yang kini bernama PT Amman Mineral Nusa.
Namun, TGB M Zainul Majdi membantah tuduhan itu. ”Saya lahir bukan dari keluarga penakut. Saya bukan orang yang mencari proteksi untuk kepentingan saya,” ujarnya.
Adapun Basarah menuturkan, PDI-P masih memberi ruang kepada Jokowi untuk mencermati perkembangan politik menjelang pendaftaran Pilpres 2019 pada 4-10 Agustus. ”Presiden Jokowi tidak akan terburu-buru mengumumkan (cawapres) sampai konstelasi politik terbaca di atas meja. Seandainya tidak terpilih, kami berharap Tuan Guru tetap mendukung Jokowi,” ujarnya.
Secara tersirat, TGB M Zainul Majdi tak menampik jika menjadi wakil presiden. Ketika ditanya arah langkah politiknya setelah 17 September; tetap di NTB atau berlabuh ke Istana, ia singkat menjawab, ”Ke mana pun Allah menakdirkan.”