Tiga Inovasi Surabaya Masuk Top 99 Sistem Pelayanan Publik
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Tiga terobosan atau inovasi layanan publik Pemerintah Kota Surabaya masuk Top 99 Sistem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan dan RB) Indonesia. Tiga inovasi yang sudah dinikmati warga Surabaya sejak 2013 mendapat apresiasi dari Tim Panel Independen di Kantor Kemenpan dan RB di Jakarta, Rabu (18/7/2018).
Tiga inovasi itu adalah pertama, pelayanan publik 6 in 1 meliputi pengurusan akta lahir, kematian, perkawinan, perceraian, surat pindah datang, dan pindah keluar secara online atau dalam jaringan. Kedua, inovasi Tahu Panas atau tak takut kehujanan dan tak takut kepanasan, kegiatan perbaikan rumah tidak layak huni melalui program rehabilitasi sosial daerah kumuh. Inovasi ketiga adalah Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, identitas seorang warga itu adalah hak asasi karena warga bisa diakui negara karena identitasnya, bukan yang lain. Oleh karena itu, pihak Pemkot Surabaya selalu memberikan yang terbaik dan termudah untuk masyarakat Surabaya dalam mengurus identitasnya, yakni kartu tanda penduduk (KTP).
Untuk memberi kemudahan kepada warga, kata Risma, pemkot membuat program 6 in 1. Dengan inovasi ini, masyarakat Surabaya bisa mengurus enam hal sekaligus secara online. Keenam dokumen itu adalah akta lahir, kematian, perkawinan, perceraian, surat pindah datang, dan pindah keluar. Melalui inovasi ini, warga otomatis bisa menghemat waktu, tenaga, dan biaya serta tidak perlu lagi datang ke kantor Disdukcapil di Mal Pelayanan Publik Gedung Siola Jalan Tunjungan.
Meski ada inovasi ini, tetap tidak meninggalkan peran serta rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW). Ketika mengurus akta perceraian dan pernikahan, pasti ada surat dan dokumentasinya sehingga apabila lewat gereja, tinggal mengopi surat dari gereja lalu diunggah atau upload ke aplikasi yang telah disediakan Pemkot Surabaya.
”Aplikasi ini sudah bisa diakses melalui mobile App mulai tahun lalu, tapi kalau secara online sudah lama, dulu hanya pakai alat semacam anjungan tunai mandiri (ATM) tapi sekarang cukup pakai telepon seluler,” katanya.
Program yang sudah berjalan sejak 2003 ini terdiri dari perbaikan rumah tidak layak huni dan pembuatan jamban sehat. Tiap tahun terus meningkat dan harus melalui musyawarah dari kampung.
Tahu panas
Inovasi Tahu Panas atau tak takut kehujanan dan tak takut kepanasan merupakan program dari Dinas Sosial Surabaya dalam perbaikan rumah tidak layak huni melalui program rehabilitasi sosial daerah kumuh. Penanganan program ini dilakukan secara terpadu, baik dalam hal perbaikan fisik, lingkungan, sosial, maupun ekonomi masyarakat di lingkungan perkampungan.
”Program yang sudah berjalan sejak 2003 ini terdiri dari perbaikan rumah tidak layak huni dan pembuatan jamban sehat. Tiap tahun terus meningkat dan harus melalui musyawarah dari kampung,” kata Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Supomo.
Sementara inovasi Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda berfokus pada pemberdayaan ibu rumah tangga dari keluarga miskin dan pejuang muda. Tujuan dari Pahlawan Ekonomi ini adalah untuk mengentaskan warga dari kemiskinan. Langkah pemkot dalam inovasi ini untuk menghidupkan mesin kedua atau sumber ekonomi baru dalam rumah tangga, yaitu para istri atau ibu rumah tangga.
Jadi, selama ini semisal suami sudah bekerja sebagai tukang becak, tapi masih saja miskin, maka rumah tangga tersebut perlu digerakkan mesin kedua, yaitu para istri. Dalam hal ini Pemkot Surabaya tak tinggal diam, tetapi membuat program Pahlawan Ekonomi. Pahlawan ekonomi adalah kaum perempuan, terutama dari keluarga miskin, yang diarahkan untuk mengembangkan usaha. Awalnya, pemkot menyasar perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga, mantan mucikari, dan pekerja seks komersial.
Atas pembinaan yang rutin dilakukan Pemkot Surabaya, hingga kini ada 9.000 pahlawan ekonomi di Surabaya yang mendapatkan pendampingan, pelatihan, serta pembinaan dari Pemkot Surabaya dari titik nol hingga benar-benar mandiri.
Bagi kaum muda yang putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang perguruan tinggi tetapi masih memiliki keinginan untuk akses ekonomi lebih baik, Pemkot Surabaya memfasilitasi melalui program Pejuang Muda. ”Mereka diajari pelatihan membuat makanan, kerajinan, dan beberapa pelatihan lain untuk mengembangkan usaha sesuai minat dan pasar,” ujar Risma.
Wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu menjelaskan, peserta Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda itu diberi pelatihan untuk mengembangkan bisnis usaha kecil menengah (UKM), mulai dari pelatihan, hingga pendampingan sampai ke tahap pengemasan, promosi, dan pemasaran produk.
”Mereka ini hanya produknya, untuk pemasaran hampir seluruhnya Pemkot Surabaya, sambil mereka terus dibimbing cara memasarkan melalui banyak kanal, seperti Go Global, Go Digital, dan Go Finance. Jadi, dari hulu hingga hilir tak lepas dari pendampingan pemkot,” ujarnya.
Berbagai terobosan itu dapat mengangkat perekonomian warga Kota Surabaya. Saat ini, pendapatan rendah warga Surabaya yang dahulu 34 persen tinggal 8 persen. Pendapatan menengah semula 40 persen dan pendapatan tinggi 14 persen, sekarang yang tinggi sudah mencapai 41 persen dan sisanya pendapatan menengah.
Program pemberdayaan keluarga tak mampu, dengan mendorong terus untuk mengembangkan usaha sesuai minat dan pasar, otomatis sangat mengangkat dan mengentaskan warga dari kemiskinan. Pendapatan menengah dan bawah pun lantas ikut terkatrol.
Dengan semakin tumbuhnya pelaku UKM di Surabaya dan pelakunya mampu mengikuti selera pasar dan perkembangan teknologi dengan pemasaran melalui jaringan, angka kemiskinan di Kota Surabaya hanya tinggal 5 persen dari yang awalnya sekitar 12 persen.