Senyum manis sprinter muda Lalu Muhammad Zohri (18) merekah ketika tiba di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang pada Selasa (17/7/2018) pukul 23.15. Sambil membawa bendera merah putih di punggungnya, Zohri terus memberikan senyuman dan sesekali menunduk sambil mengusap air matanya.
Ia menerima karangan bunga, jaket Asian Games, bendara merah putih, penghargaan, dan berbagai hadiah dengan senyum bahagia. Zohri juga menyambut keluarga dan orang-orang yang telah membantu karirnya, salah satunya pelatih di Pelatnas atletik Eni Nuraeni dengan suka cita.
Zohri merupakan atlet asal Karang Pansor, Pemenang Barat, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Ia mengukir sejarah dengan menjadi sprinter pertama Indonesia yang meraih medali emas pada nomor lari 100 meter di Kejuaraan Dunia Atletik U20 IAAF 2018 di Tampere, Finlandia, Kamis (12/7/2018).
Ia berlari pada lintasan kedelapan pada final di Stadion Ratina, Tampere, bersaing dengan tujuh sprinter junior terbaik dunia. Lalu finis terdepan dengan waktu 10,18 detik.
“Terima kasih kepada pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia yang telah mendoakan saya,” tutur Zohri mengawali sambutannya. Ia juga mengucapkan terima kasih atas bantuan Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI).
Zohri mengaku tidak menyangka akan menjadi juara dunia karena ia hanya menduduki posisi keempat pada seleksi babak final. Namun, ia tetap fokus dan optimis, serta selalu berdoa pada Tuhan.
Ketika melihat papan skor, ia terkejut menjadi juara. Zohri segera bersujud mengucapkan syukur kepada Tuhan. Zohri berharap agar polemik tentang pencarian bendera merah putih segera dihentikan.
Terkait dengan renovasi rumah, Zohri berharap rumahnya yang lama tetap dipertahankan. “Rumah tersebut menjadi kenangan bagi kehidupan masa lalu saya,” tuturnya sambil menitikkan air matanya dan ia tidak ingin melanjutkan kata-katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Zohri merupakan anak yatim piatu. Ia hidup bersama kakaknya, Baiq Fazilah. Mereka mendiami gubuk sederhana seluas 6 meter x 8 meter peninggalan orangtuanya.
Gubuk tersebut berdinding gedek dan papan yang sebagian lapuk, beratapkan genteng dan asbes yang sudah bolong di sana-sini. Untuk mencapai gubuk di tengah kampung itu harus melalui gang-gang yang sempit (Kompas, 14/7/2018).
Tanpa sepatu
Pelatih di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) Nusa Tenggara Barat (NTB) Komang Budagama menceritakan, Zohri ditemukan pada Desember 2015 dalam kejuaraan daerah. “Saat itu, ia berlari tanpa sepatu,” ujar Komang.
Komang melihat potensi luar besar ada dalam diri Zohri. PPLP NTB pun merekrut Zohri untuk mengikut berbagai kejuaraan di Jakarta dan Jawa Tengah, serta Papua. Pada 2017, Zohri masuk pelatnas.
Saat ditemukan, cari lari Zohri masih belum sempurna. “Ia berlari agak bengkok-bengkok dan belum stabil seperti layang-layang terbang,” kenang Komang.
Dari beberapa latihan, Zohri dapat memperbaiki cara berlari dengan benar. Ia berani melawan rasa sakit saat latihan. Semua program latihan diikuti oleh Zohri dengan penuh semangat dan motivasi yang tinggi.
Komang menuturkan, Zohri merupakan seorang yang rendah hati. Ketika berjuang di Finlandia, ia selalu minta doa restu kepada Komang. Saat menjadi juara dunia pun, Zohri tetap minta doa dan mengucapkan terima kasih kepada Komang. “Jangan sombong, jadilah Zohri yang seperti biasa,” pesan Komang.
Terkait dengan kualitas pembinaan usia muda di tingkat kabupaten/kota, Deputi 3 Bidang Pembudayaan Olah Raga Kementerian Pemuda dan Olahraga Raden Isnanta memberikan tanggapan. “Ada banyak potensi luar biasa yang sering ditemukan dalam lomba lari di tingkat kabupaten/kota,” tutur Raden.
Akan tetapi, potensi mereka belum dapat dikembangkan secara optimal karena keterbatasan anggaran dan fasilitas di PPLP. PPLP belum dapat memberikan asupan gizi sesuai standar. Selain itu, lintasan lari yang dimiliki PPLP belum memenuhi standar.
Meskipun demikian, PPLP tidak perlu memiliki fasilitas sesuai standar karena sifatnya sebagai penanaman karakter. “Ketika potensinya terlihat, mereka dapat dibawa ke lintasan lari yang sesuai dengan standar,” ujar Raden.
Tantangan
Tantangan besar segera menanti Lalu. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi berharap Zohri tetap didampingi karena karirnya masih panjang. Dalam waktu dekat, Zohri akan berlaga di Asian Games.
Dalam gelaran tersebut, tantangan Zohri lebih besar karena lawannya merupakan atlet senior. Imam menginginkan agar segala polemik yang tidak baik segera dihentikan. “Semoga Zohri dapat berhasil di Asian Games dan pada Olimpiade,” ujarnya.
Sekretaris Umum PB PASI Tigor Tanjung menambahkan, pada Asian Games, Zohri akan melawan atlet senior yang memiliki rekor lebih baik dari dia. Oleh karena itu, Zohri tidak akan dibebani dengan ekspektasi yang terlalu tinggi.
Mereka berharap Zohri tetap rendah hati. Karir Lalu masih panjang. Doa dan dukungan masyarakat Indonesia selalu dibutuhkan Zohri.