JAKARTA, KOMPAS — Bagi Amerika Serikat, Indonesia adalah pasar produk pertanian nomor satu di Asia Tenggara. Meski demikian, Amerika Serikat ingin menambah ekspansi ekspornya ke Indonesia.
AS berharap bisa meningkatkan ekspor produk pertaniannya ke Indonesia. Saat ini, Indonesia mencatat surplus 3 miliar dollar AS dalam neraca perdagangannya dengan AS.
Berdasarkan data Departemen Pertanian AS (USDA), nilai ekspor produk pertanian AS ke Indonesia mencapai 2,9 miliar dollar AS pada 2017, naik 8 persen dari tahun sebelumnya. Komoditas dengan nilai ekspor tertinggi adalah kedelai, yakni 922 juta dollar AS.
Konselor Pertanian Kedutaan Besar AS Chris Rittgers menyebutkan, saat ini Indonesia mengantongi surplus 3 miliar dollar AS terhadap AS. ”Ekspor Indonesia ke AS 6 miliar dollar AS, sedangkan ekspor AS ke Indonesia 3 miliar dollar AS,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (18/7/2018).
Oleh karena itu, menurut Under Secretary for Trade and Foreign Agricultural Affairs USDA Ted McKinney, AS ingin meningkatkan kerja sama perdagangan Indonesia-AS di sektor pertanian.
”Kami coba mencocokkan kebutuhan eksportir kami dengan importir Indonesia. Harapannya, Indonesia-AS bisa saling meningkatkan kualitas perdagangan masing-masing,” ujarnya.
Ted datang ke Indonesia dalam rangka misi dagang AS pada 16-19 Juli 2018. Pihaknya memboyong 24 perusahaan dan asosiasi sektor pertanian untuk dipertemukan secara bisnis.
Hingga kini, ada 150 pertemuan bisnis yang sudah berlangsung. ”Kemungkinan akan mencapai lebih dari 200 pertemuan hingga akhir (misi dagang),” lanjut Ted.
Terkait produk ekspor Indonesia ke AS, Ted berharap kualitasnya ditingkatkan, seperti nanas dan karet. Chris menambahkan, selain dalam bentuk kaleng, nanas juga dapat diekspor dalam bentuk buah segar.
Secara prinsip kerja sama bisnis, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan, tidak ada masalah terhadap misi dagang AS tersebut. ”Kerja sama bisnis dapat dilakukan dengan negara mana pun tanpa ada pembatasan,” ucapnya saat dihubungi, Rabu.
Terkait perang dagang dan evaluasi generalized system preference (GSP) AS, Ted mengklaim, misi dagang ini tidak ada hubungannya dengan dua isu itu. Saat dikonfirmasi, Oke Nurwan juga mengatakan, belum ada pembahasan yang mengarah ke topik tersebut.