Geladak Tambahan Kapal di Danau Toba Diminta Dibongkar
Oleh
Nikson Sinaga
·2 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Kementerian Perhubungan memeriksa kelaikan 170 kapal dari sekitar 400 kapal di Danau Toba. Temuan terbanyak adalah penambahan geladak kapal sehingga diminta dibongkar. Selain itu, minimnya alat keselamatan.
”Pemeriksaan kelaikan kapal ini untuk meningkatkan standar keselamatan pelayaran di Danau Toba. Ini akan dilakukan berkala,” kata Kepala Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara M Zein Siregar di Medan, Rabu (18/7/2018). Pemeriksaan itu dilakukan lembaga ad hoc (sementara) Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan Sumatera Utara, dan dinas perhubungan kabupaten.
Empat kapal berkapasitas 250 orang, 40 mobil, dan 40 sepeda motor sedang dikerjakan di Danau Toba.
Pembenahan pelayaran di Danau Toba dalam rangka evaluasi tenggelamnya Kapal Motor Sinar Bangun saat berlayar dari Pelabuhan Simanindo di Kabupaten Samosir menuju Pelabuhan Tigaras di Kabupaten Simalungun, Senin (18/6/2018).
Dalam tragedi itu, 164 penumpang hilang, 21 orang selamat, dan tiga orang tewas. Kapal diduga tenggelam di antaranya karena kelebihan muatan yang ditandai penambahan geladak kapal.
Evaluasi pemerintah, kata Zein, pelayaran di Danau Toba harus dibenahi total. Semua kapal harus diperiksa kelaikannya secara berkala.
Temuan petugas, hampir seluruh kapal kayu tradisional di Danau Toba sebenarnya hanya diberi izin membuat satu geladak. Namun, para pemilik menambah dua atau tiga geladak.
Selain itu, perlu ada otoritas pelabuhan atau syahbandar yang sehari-hari mengawasi dan mengeluarkan surat izin berlayar sebelum kapal berangkat. Selama ini, hal itu belum dilakukan di Pelabuhan Danau Toba.
Menurut Zein, kendala pengawasan pelayaran Danau Toba adalah banyaknya pelabuhan dan minimnya jumlah petugas. Hasil inventarisasi, setidaknya ada 41 pelabuhan di perairan Toba.
Nantinya, hanya beberapa pelabuhan yang akan ditetapkan sebagai pelabuhan resmi. Pemerintah masih mengkaji mana pelabuhan yang akan ditetapkan sebagai pelabuhan resmi. ”Pelabuhan di luar pelabuhan resmi harus ditutup,” katanya.
Demi meningkatkan pengawasan, Kementerian Perhubungan juga membentuk lembaga baru tingkat direktorat, yakni Direktorat Penyeberangan Sungai dan Danau. Sebelumnya, level lembaga itu subdirektorat.
Bupati Samosir Rapidin Simbolon mengatakan, empat kapal berkapasitas 250 orang, 40 mobil, dan 40 sepeda motor sedang dikerjakan di Danau Toba. Kapal berukuran besar itu punya standar keselamatan lebih baik. ”Satu kapal diperkirakan beroperasi November 2018. Tiga kapal lagi ditargetkan tahun depan,” katanya.
Kapal pertama akan melayani angkutan dari Pelabuhan Ajibata di Simalungun ke Pelabuhan Ambarita di Samosir. Ia berharap, peningkatan standar keselamatan yang dilakukan pemerintah bisa mengembalikan kepercayaan publik pada pariwisata Danau Toba.