Jangan Lupakan Krisis Keuangan 2008!
WASHINGTON, RABU — Apa yang ada di benak Anda tentang krisis keuangan tahun 2008? Apakah Anda tahu atau masih ingat dengan peristiwa yang terjadi satu dekade lalu itu? Menarik disimak pemaparan tiga pejabat yang memainkan peran penting dalam memerangi krisis keuangan 2008 itu.
Ketiganya mengingatkan kembali peristiwa krisis keuangan 2008 karena khawatir bahwa pelajaran menyakitkan dari sistem perbankan yang hampir runtuh satu dekade lalu itu mungkin terlupakan. ”Penting kiranya jika orang-orang fokus pada pelajaran yang diperoleh dari peristiwa itu,” kata mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat Henry Paulson.
”Sayangnya saya tidak yakin jika orang mengingat semua yang sejatinya perlu mereka ingat,” kata Paulson.
Paulson berada di posisi menkeu ketika krisis meletus pada musim gugur 2008. Timothy Geithner lalu menggantikan posisi Paulson pada 2009. Duduk di posisi kepala bank sentral, The Federal Reserve (The Fed), adalah Ben Bernanke. Ketiga sosok itu duduk dalam sebuah forum diskusi meja bundar, pekan lalu, dengan tema peringatan 10 tahun krisis keuangan itu.
Mereka adalah sosok-sosok penting yang tahu dan mengalami langsung periode bergejolak, di mana lembaga-lembaga keuangan utama, termasuk Lehman Brothers, Bear Stearns, Fannie Mae, Freddie Mac, dan American International Group, ambruk atau hampir ambruk. Sebuah periode yang menandai krisis keuangan terburuk di AS sejak masa Depresi Besar.
Pada 11 September mendatang, mantan pejabat The Fed, kementerian keuangan dan lembaga lainnya akan bertemu di Brookings Institution di Washington guna membahas tentang krisis itu dan masa selanjutnya. Bakal dilihat lagi apa-apa yang telah berhasil, apa yang tidak, dan apa yang harus dilakukan untuk mempersiapkan kemungkinan krisis berikutnya.
”Kami berharap dapat memberikan beberapa panduan yang berguna–mungkin lebih dari tiga di antara kami ini,” kata Bernanke.
Sejak Presiden Donald Trump menjabat, momentum telah tumbuh dalam pemerintahan dan di antara para pemimpin Kongres AS yang dipegang oleh kubu Partai Republik. Misalnya, perubahan secara hukum pada aturan Dodd-Frank yang disahkan Kongres pada 2010 untuk memperketat celah regulasi pada sebuah kondisi krisis. Legislasi yang diberlakukan tahun ini membuat perubahan sederhana terhadap Dodd-Frank, terutama dalam membebaskan bank-bank yang lebih kecil dari persyaratan ketat.
Sistem yang rentan
Bernanke, Geithner, dan Paulson mengatakan bahwa sejauh ini, pelonggaran bagian-bagian Dodd-Frank mewakili perubahan yang masuk akal. Namun, mereka memperingatkan bahwa semangat deregulasi dapat diterapkan terlalu jauh dan–sekali lagi–membuat sistem keuangan rentan terhadap pengambilan risiko yang berlebihan.
”Kami membiarkan sistem keuangan melampaui perlindungan yang kami tempatkan di masa Depresi Besar dan membuat sistem sangat rapuh dan rentan terhadap kepanikan,” kata Geithner. ”Salah satu pelajaran paling kuat dari krisis itu adalah Anda ingin bekerja sangat keras untuk memastikan pertahanan Anda kuat.”
Krisis 2008 memperdalam resesi yang dimulai pada akhir 2007 dan mengubahnya menjadi kemerosotan terburuk sejak 1930-an, dengan 8,7 juta orang harus rela kehilangan pekerjaan. Meski ekonomi telah berhasil menciptakan 19 juta pekerjaan sejak kondisi terburuk kala itu seiring perbaikan perekonomian lagi sejak tahun 2009, tercatat proses pemulihan yang ada adalah yang terlambat dalam periode pasca-Perang Dunia II.
Pertumbuhan pendapatan warga pun tergolong lesu darah. Ketidakpuasan ekonomi yang dihasilkan, yang disebabkan oleh melebarnya ketimpangan keuangan, dinilai turut berkontribusi pada kemenangan Presiden Trump pada pemilihan presiden terbaru. Demikian pula pemulihan yang lemah memicu reaksi balik gerakan-gerakan populis di negara-negara lain juga.
”Krisis keuangan, terutama yang besar, cenderung diikuti oleh reaksi penduduk; itu pasti terjadi pada 1930-an,” kata Bernanke mengacu pada munculnya Hitler di Jerman dan gerakan fasis lainnya.
Namun, Bernanke menyarankan bahwa beberapa tren yang mengganggu–dari memburuknya ketimpangan pendapatan hingga kurangnya mobilitas ke atas ke wabah opioid–kembali lebih jauh dari tahun 2008.
”Perubahan-perubahan yang dibawa oleh teknologi dan globalisasi membuat banyak orang telantar di banyak komunitas dan tidak ada upaya yang memadai untuk menangani pemindahan ini,” kata Bernanke.
Pesan dari kesalahan
Ketiganya sepakat bahwa salah satu kesalahan mereka selama krisis adalah kegagalan mereka menjelaskan secara terbuka soal mengapa miliaran dollar AS dalam dana talangan diberikan kepada bank-bank besar, yang eksekutifnya mampu menyimpan bonus besar mereka meskin mereka menjalankan lembaga yang menyebabkan krisis.
Atas hal itu, ketiganya menegaskan bahwa mereka tidak punya pilihan selain menggunakan uang pembayar pajak untuk menstabilkan lembaga keuangan–uang yang pada akhirnya dibayar–karena satu-satunya alternatif adalah membiarkan seluruh sistem perbankan runtuh, dengan konsekuensi yang jauh lebih buruk bagi negara.
”Publik marah; mereka ingin melihat kami, jika tidak menghukum bank, (kemudian) memberi batasan pada bonus,” kata Paulson. ”Saya benar-benar tidak efektif karena orang Amerika mengerti bahwa apa yang kami lakukan adalah untuk mereka dan bukan untuk Wall Street.”
Paulson dan yang lainnya menyatakan keprihatinan tentang defisit anggaran besar yang sekarang diproyeksikan dan akan menimpa selama dekade berikutnya; serta tentang pembatasan yang dikenakan pada Fed, kementerian keuangan dan Federal Deposit Insurance Corp dalam mengelola krisis di masa depan. Undang-undang Dodd-Frank membatasi kemampuan Fed, kementerian keuangan, serta lembaga federal lainnya untuk membuat jenis pinjaman darurat bagi bank-bank bermasalah sebagaimana yang mereka lakukan pada 2008.
Namun, mereka juga mencatat bahwa pejabat pemerintah menghadapi rintangan yang sulit pada 2008. Mereka terutama harus mengatasi krisis dengan undang-undang usang yang tidak sesuai untuk mengelola bank-bank raksasa yang membutuhkan dana talangan. Pejabat pemerintah juga menghadapi Presiden George W Bush yang lumpuh dan Kongres yang terpolarisasi secara politik.
Pada saat yang sama, Geithner berkata, ”Kami mendapat manfaat dari dua presiden dari dua pihak yang berbeda pada saat yang sangat berbahaya bekerja bersama dan satu set institusi yang bersedia bekerja dengan sangat kooperatif.”
Kolaborasi semacam itu, kata Geithner, diperlukan untuk mengelola ancaman ekonomi yang signifikan. ”Kita perlu menemukan cara politik untuk membawa tingkat kekuatan dan kreativitas yang luar biasa yang sama ke berbagai tantangan menakutkan lainnya yang dihadapi ekonomi Amerika,” katanya. (AP)