Makan Ikan Turunkan Angka Kematian
Kampanye makan ikan semakin mendapat dukungan ilmiah. Penelitian terbaru ilmuwan Amerika Serikat dan China menunjukkan, makan ikan secara teratur dapat menurunkan angka kematian karena sejumlah penyakit. Namun, ikan yang dimakan adalah ikan yang tidak tercemar dan tidak digoreng.
Hasil penelitian berjudul “Hubungan Ikan dan Asupan Asam Lemak Omega-3 Rantai Panjang dengan Mortalitas Penyebab Spesifik dan Mortalitas Total: Analisis Prospektif 421.309 Individu” itu dimuat dalam Journal of Internal Medicine edisi 17 Juli 2018, yang juga dipublikasikan sciencedaily.com 18 Juli 2018.
Beberapa peneliti yang terlibat di antaranya Y Zhang dan P Zhuang dari Universitas Zhejiang, China, serta ND Freedman dan CC Abnet dari Institut Kanker Nasional, AS.
Latar belakang penelitian ini karena adanya pedoman diet yang berlaku merekomendasikan makan ikan secara teratur. Namun, hubungan ikan dan asam lemak tak jenuh omega-3 rantai panjang atau long‐chain omega‐3 polyunsaturated fatty acids (LCn‐3 PUFAs) dengan mortalitas atau angka kematian masih belum jelas.
Menurut Zhang dan kawan-kawan, penelitian ini bertujuan menguji hubungan ikan dan asupan LCn-3 PUFAs dengan angka kematian total dan angka kematian dengan penyebab spesifik.
Responden penelitian adalah sebanyak 240.729 pria dan 180.580 wanita peserta studi diet kerja sama Institut Kesehatan Nasional (NIH) AS dan Asosiasi Pensiunan AS. Mereka diteliti secara prospektif selama 16 tahun. Asupan makanan yang dikonsumsi peserta dinilai menggunakan kuoesioner sejarah diet NIH yang divalidasi.
Sebanyak 54.230 pria dan 30.882 wanita meninggal selama masa penelitian tindak lanjut 16 tahun tersebut
Hasil penelitian tersebut adalah konsumsi ikan dan asupan LCn-3 PUFAs yang lebih tinggi secara bermakna berhubungan dengan angka kematian total yang lebih rendah.
Rinciannya, total angka kematian pada pria memiliki 9 persen lebih rendah. Pada pria, angka kematian karena penyakit jantung turun sebesar 10 persen. Tingkat kematian karena kanker yang lebih rendah 6 persen. Kematian karena penyakit pernapasan pada pria lebih rendah 20 persen. Angka kematian karena penyakit hati kronis turun 37 persen pada pria.
Pada wanita, angka kematian total lebih rendah 8 persen setelah memakan ikan secara teratur. Angka kematian karena penyakit jantung turun 10 persen. Angka kematian karena penyakit alzheimer turun 38 persen.
Konsumsi ikan goreng tidak terkait dengan kematian pada pria, sedangkan secara positif terkait dengan kematian karena semua penyebab, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan pada wanita. Asupan LCn-3 PUFAs berhubungan dengan angka kematian karena penyakit jantung yang lebih rendah pada pria (15 persen) dan wanita (18 persen).
“Konsumsi ikan dan LCn-3 PUFAs terkait erat dengan kematian yang lebih rendah dari penyebab utama. Temuan kami mendukung pedoman konsumsi ikan, sementara disarankan konsumsi ikan tanpa digoreng,” tulis Zhang dan kawan-kawan dalam kesimpulan penelitiannya.
Penelitian tentang khasiat LCn-3 PUFAs pada kesehatan juga telah dilakukan, seperti dilakukan oleh Sekikawa A dan Kuller LH dari Universitas Universitas Pittsburgh, serta Doyle MF dari Universitas Vermont, AS.
Ringkasan hasil penelitian berjudul “Temuan Terbaru dari Lcn-3 PUFAs pada Studi Perbandingan Aterosklerosis dan Penyakit Jantung Koroner di Negara-Negara Barat dan Jepang” itu dimuat dalam jurnal Trends in Cardiovascular Medicine tahun 2015. Aterosklerosis atau penebalan karena plak lemak di pembuluh darah adalah penyebab utama penyakit jantung koroner.
Hasilnya, uji klinis acak jangka panjang LCn-3 PUFAs pada penyakit jantung koroner di antara pasien berisiko tinggi yang dilakukan di negara-negara Barat semuanya gagal menunjukkan manfaat klinisnya.
Dalam kontras yang mencolok, uji klinis LCn-3 PUFAs pada penyakit jantung koroner yang dilakukan di Jepang, yang merupakan kombinasi pencegahan sekunder dan primer, menunjukkan penurunan yang signifikan sebesar 19 persen.
Alasan untuk perbedaan hasil di Barat dan Jepang ini adalah karena terdapat perbedaan besar dalam dosis LCn-3 PUFAs yang diberikan di negara Barat (300-900 miligram per hari) dan Jepang (1.800 mg per hari). Selain itu karena latar belakang asupan diet LCn-3 PUFAs lebih rendah di negara Barat, yaitu kurang dari 300 mg per hari di negara-negara Barat dan lebih dari 1.000 mg per hari di Jepang.
Pengamatan ini menunjukkan bahwa dosis lebih tinggi dari LCn-3 PUFAs di negara-negara Barat mungkin dapat melindungi jantung. Di Jepang, LCn-3 PUFAs bersifat anti-aterogenik atau dapat melunturkan plak lemak di pembuluh darah.
Karena manfaat kesehatan ini, pemerintah di banyak negara mengkampanyekan gerakan makan ikan. Di Indonesia, kampanye makan ikan gencar dilakukan Meteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Seperti dikutip Harian Kompas 27 Juni 2016 di halaman 17, Susi mengemukakan, produk ikan mengandung omega-3 yang baik bagi tubuh. Produk ikan air laut dan air tawar memiliki manfaat bagi kesehatan. Untuk itu, program gemar makan ikan perlu lebih digalakkan, khususnya untuk generasi muda yang dalam masa pertumbuhan.
Susi mendorong masyarakat untuk gemar makan ikan. Selain kandungan dalam ikan yang sangat bermanfaat, harga ikan juga jauh lebih murah ketimbang harga daging sapi.
Susi mencontohkan, harga ikan tengiri saat ini Rp 60.000 per kilogram (kg). Sementara harga daging sapi lebih dari dua kali harga ikan, yakni mencapai Rp 130.000 per kg. ”Daripada makan daging sapi 1 kilogram, lebih baik makan ikan 2 kilogram. Ikan lebih mengenyangkan dan sehat. Jatah makan juga bisa ditambah karena kita bisa beli lebih banyak,” ujar Susi.
Saat ini, konsumsi ikan penduduk Indonesia rata-rata 40 kg per kapita per tahun. Diharapkan konsumsi ikan bisa terus meningkat hingga 70 kg per kapita per tahun.
Maki kita makan ikan secara teratur.