JAKARTA, KOMPAS - Kalangan petani tebu meminta pemerintah menugaskan Perum Bulog segera menyerap gula petani. Gula hasil giling di pabrik-pabrik gula PT Perkebunan Nusantara yang menumpuk tiga bulan terakhir diperkirakan mencapai 500.000 ton.
Ketua Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil di Jakarta, Rabu (18/7/2018), berharap gula petani sudah dapat diserap pekan ini. "Jangan sampai pedagang memborong gula petani. Setelah itu, baru kebijakan turun dan menguntungkan pedagang," katanya.
Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro mengatakan, Menteri BUMN Rini Soemarno akan segera membuat surat penugasan ke Bulog untuk menyerap gula petani. "Masih menunggu risalah rapat di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian semalam (Selasa malam)," kata Wahyu.
Rapat koordinasi itu menyetujui penggunaan dana cadangan stabilitas harga pangan (CSHP) sebagai konpensasi jika Bulog rugi saat menyerap dan menjual gula petani. Selain itu, sebagian tunggakan sekitar Rp 1 triliun dana CSHP tahun 2017, berdasarkan hasil audit BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan), segera diproses untuk dibayarkan kepada Bulog.
Sebelumnya, Menteri BUMN usul agar pemerintah menugaskan Bulog mengimpor gula mentah (raw sugar). Dengan demikian, Bulog punya stok yang cukup untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan gula baik di tingkat konsumen dan produsen.
Gula mentah
Seusai rakor koordinasi Selasa malam, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, pihaknya meminta Kementerian BUMN menghitung kebutuhan gula mentah impor yang dapat diolah oleh pabrik gula milik PTPN, termasuk Perum Bulog dan PT Rajawali Indonesia.
Menurut Darmin, dana CSHP bisa dipakai jika Bulog rugi saat menyerap dan menjual gula petani. "Tentunya, (kerugian) perlu diaudit dulu oleh BPKP, " katanya.
Wahyu menambahkan, pihaknya masih menghitung kebutuhan gula mentah yang bisa diolah pabrik gula PTPN, termasuk Bulog melalui anak usaha PT Gendhis Multi Manis (GMM) dan PT Rajawali Nusantara. Di sisi kapasitas, PG PTPN masih dapat mengolah gula mentah impor setelah selesai mengolah tebu petani, perkiraannya 120.000 ton sampai akhir tahun.
Wahyu menambahkan, Kementerian BUMN meminta agar sebagian kerugian yang sudah diaudit BPKP bisa segera diproses untuk dibayarkan ke Bulog.
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Tri Wahyudi Saleh menambahkan, Bulog punya anak usaha PT GMN yang mengolah tebu petani. Penyerapan tebu mencapai 70 persen.