Sakit Jemaah Diantisipasi
Sekitar 5.000 calon haji asal Indonesia tiba di Madinah, Rabu. Guna mengantisipasi gangguan kesehatan jemaah, TKHI berkoordinasi dengan sejumlah rumah sakit Arab Saudi.
JAKARTA, KOMPAS – Hingga Rabu (18/7/2018), hari kedua pemberangkatan jemaah calon haji Indonesia, jemaah yang tiba di Madinah, Arab Saudi, mencapai 5.000 orang. Jumlah itu termasuk 4.019 orang yang sudah masuk pemondokan.
Jumlah itu secara berangsur akan terus bertambah seiring gelombang keberangkatan jemaah dari 12 bandara embarkasi di Tanah Air.
Mengantisipasi gangguan kesehatan bagi jemaah yang sulit beradaptasi dengan cuaca ekstrem di Arab Saudi, Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) memantapkan koordinasi dengan sejumlah rumah sakit di Jeddah, Madinah, dan Mekkah.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusup Singka, Rabu, menyatakan, tim medis dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah telah berkoordinasi dengan rumah sakit di Arab Saudi. Langkah itu terkait kemungkinan meminta bantuan jika ada pasien dari Indonesia yang memerlukan pelayanan rujukan.
”Kapasitas KKHI terbatas. Acap kali kami meminta bantuan ke rumah sakit terdekat saat pasien melimpah,” ujar Eka.
Dia menyebutkan, di KKHI Madinah hanya tersedia 50 tempat tidur, sedangkan di KKHI Mekkah hanya 300 tempat tidur. Adapun di Jeddah hanya 15 tempat tidur. Dalam tiap musim haji, terutama menjelang wukuf (puncak haji), pasien melimpah.
Dengan cuaca yang jauh lebih panas dari Tanah Air, yakni mencapai 50 derajat celsius, beberapa penyakit lazim diderita. Di antaranya meningitis (radang selaput otak), infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), dan heat stroke (suhu tubuh di atas normal dan kejang-kejang karena sengatan matahari). Kurangnya kesadaran akan sanitasi membuat jemaah juga rentan diare.
Siaran pers Kementerian Kesehatan menyebutkan, tujuh rumah sakit Arab Saudi bersedia membantu Pemerintah RI dalam melayani kesehatan jemaah haji. Lima di antaranya rumah sakit pemerintah, yakni RS King Fahd, RS Al-Anshor, RS Uhud, RS Miqot, dan RS Wiladah. Dua lainnya rumah sakit swasta, yakni RS Aldaar dan RS Mouwwasat.
Eka mengatakan, Kemenkes juga menyiapkan 70 ton obat untuk semua jenis penyakit untuk di KKHI Madinah dan KKHI Makkah. Obat sebanyak itu dipersiapkan untuk rawat inap, rawat jalan, dan emergensi.
Petugas berangkat
Sementara itu, Rabu kemarin, sebanyak 436 petugas haji Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja Mekkah mulai masuk Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur, Rabu (18/07). Mereka terdiri dari 283 petugas Kementerian Agama dan 153 petugas Kementerian Kesehatan.
Menurut rencana, mereka akan diterbangkan pada Kamis (19/07) ini menggunakan pesawat GA-980 pukul 11.35 WIB, dan dijadwalkan tiba di Bandara King Abdul Aziz Jeddah, pukul 17.30 waktu setempat.
Direktur Bina Haji Khoirizi di sela registrasi petugas mengingatkan, agar tiap petugas dan jemaah memiliki semboyan “Aku ibadah untuk bertugas, bukan bertugas untuk ibadah”. Khoirizi berpesan, agar seluruh petugas dan jemaah membawa sebaik-baiknya bekal ke Tanah Suci yakni iman, sabar dan syukur.
Petugas haji Daker Mekkah ini menyusul 317 petugas Daker Madinah dan Bandara yang telah tiba di Tanah Suci pada Sabtu (14/7) lalu
Rekam biometrik
Di Jakarta, setelah sempat terkendala, sebanyak 11 alat rekam biometrik di Asrama Haji Embarkasi Pondok Gede telah berfungsi normal, Rabu siang. Meskipun begitu, proses rekam biometrik masih lebih lama dari target.
Kepala Panitia Pelayanan Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Pondok Gede Syaiful Mujab mengatakan, proses rekam biometrik satu anggota jemaah ditargetkan hanya memakan waktu 1 menit 20 detik. Namun, sesuai pantauan di lapangan, Rabu, rata-rata satu anggota jemaah calon haji menghabiskan waktu 2 menit hingga 3 menit untuk rekam biometrik.
Pada beberapa anggota jemaah calon haji lansia bahkan proses itu bisa memakan waktu lebih dari 20 menit. Mayoritas jemaah lansia mengalami kesulitan pada proses pengambilan sidik jari karena tangan berkeringat. Tak heran, terjadi penumpukan antrean jemaah calon haji di depan meja rekam biometrik.
Salah satu anggota jemaah haji Kloter V, Runi (65), mengatakan, dirinya sempat kesulitan pada saat pemindaian sidik jari. ”Tadi sempat mengulang beberapa kali karena datanya enggak masuk,” kata Runi.
Hal senada diungkapkan calon haji Kloter V lainnya, Yulianti Sari (43).
(PANDU WIYOGA)