”Untuk Melupakan Lapar, Kami Minum Air Sebanyak-banyaknya”
Oleh
ELOK DYAH MESSWATI
·4 menit baca
CHIANG RAI, RABU — Dua belas anak laki-laki anggota tim sepak bola Wild Boars dan pelatih mereka yang diselamatkan dari goa Tham Luang yang banjir di Mae Sai, Thailand utara, Rabu (18/7/2018), meninggalkan rumah sakit. Mereka tampil di hadapan publik untuk pertama kalinya dalam siaran langsung televisi ”Thailand Moves Forward” yang disiarkan ke seluruh dunia dari kota Chiang Rai mulai pukul 18.00 waktu setempat.
Dalam tayangan langsung di Channel News Asia, anak laki-laki yang berusia 11 tahun hingga 16 tahun itu mengenakan kaus putih bergambar Wild Boars (Babi Hutan) warna merah duduk berjajar dalam dua barisan. Pelatih mereka, Ekkapol ”Ake” Chantawong (25), duduk di sisi paling kiri depan. Bersama mereka turut hadir pula beberapa dokter rumah sakit yang merawat mereka, SEAL Angkatan Laut Thailand, dan juga otoritas lokal Chiang Rai.
Anggota tim Wild Boars tersebut tampak sehat dan ceria saat mereka menjawab pertanyaan mengenai bagaimana mereka bertahan selama sembilan hari dalam kegelapan dan tanpa makanan. Mereka terperangkap dalam goa sejak 23 Juni karena hujan deras mengakibatkan goa banjir. Semula mereka berencana hanya satu jam saja di kompleks goa, tetapi kemudian terperangkap.
Akhirnya mereka ditemukan oleh anggota tim penyelamat internasional, yakni dua penyelam Inggris, pada 2 Juli. Beberapa opsi evakuasi muncul, termasuk bertahan dalam goa selama empat bulan sambil menanti musim hujan berhenti, mengajari mereka berenang dan menyelam, hingga akhirnya mereka berhasil dievakuasi semua pada 10 Juli.
Sekumpulan orang penuh sesak menyambut anak-anak tersebut setelah mereka keluar dari rumah sakit di Chiang Rai. Mereka menyaksikan anak-anak itu menyepak bola kaki di lapangan darurat kecil sebelum mengambil tempat duduk mereka dan mulai menjawab pertanyaan wartawan.
Keajaiban
Ketika ditanya bagaimana mereka bertahan hidup selama sembilan hari tanpa makanan dan dalam kegelapan, anggota Wild Boars, Adul Sam-on (14), menjawab bahwa mereka bisa berhasil keluar dari goa dengan selamat itu merupakan keajaiban.
Tim Wild Boars tidak memiliki makanan sama sekali karena makanan kecil (snack) yang mereka beli telah mereka habiskan saat berlatih sepak bola sebelum berangkat ke goa tersebut.
”Saat terperangkap dalam goa karena air banjir makin tinggi hingga 3 meter, saya tetap tenang dan mengatakan kepada mereka bahwa besok air akan surut dan sebaiknya malam ini beristirahat dengan mencari tempat yang lebih tinggi,” kata Ake.
Esok harinya, ternyata air tak kunjung surut. Menurut Ake, pada hari kedua dan kelima mereka masih berusaha untuk mencari jalan keluar goa, tetapi kondisi fisik mereka kian lemah. Mereka pun memilih bertahan di area tinggi dekat Pattaya Beach karena di sana ada tetesan air dari stalaktit di sisi goa.
”Rasa airnya seperti air normal. Jadi, kami minum air itu. Untuk melupakan rasa lapar, saya minum air itu sebanyak-banyaknya,” kata seorang anak.
Karena jalan keluar tidak segera ditemukan, untuk menghemat energi, Ake menyarankan anak-anak tersebut untuk melakukan meditasi agar bisa melupakan rasa lapar mereka dan menguatkan mental mereka. Mereka kemudian memutuskan untuk bertahan di tempat itu karena ada sumber air minum dan menunggu untuk ditemukan tim penyelamat.
Tim dokter yang menangani mereka mengatakan bahwa semua anak dan pelatihnya berada dalam kondisi kesehatan fisik dan mental yang baik setelah memulihkan diri selama satu minggu di rumah sakit. Pemimpin junta militer Thailand, Prayut Chan-O-Cha, Rabu kemarin, mendesak media agar ”berhati-hati dalam mengajukan pertanyaan yang tidak penting” yang dapat menyebabkan trauma pada anak-anak tersebut.
Tak akan melupakan
Ketika menyinggung soal anggota SEAL Angkatan Laut Thailand, Samarn Kunan (38), yang meninggal karena kehabisan oksigen, anak-anak tersebut menyampaikan rasa dukacita yang mendalam mereka kepada keluarga yang ditinggalkan. Mereka telah menuliskan isi hati mereka mengenai pengorbanan Kunan dalam sebuah lukisan wajah Kunan dalam ukuran besar yang kemudian dibacakan oleh anggota tim yang termuda. Mereka tidak akan melupakan jasa besar Kunan dalam menyelamatkan hidup mereka.
Untuk ke depan, mereka berencana akan belajar sebaik-baiknya, mendapatkan pendidikan yang bagus, serta berupaya mewujudkan cita-cita mereka. Beberapa orang di antaranya belum tahu hendak menjadi apa ketika besar nanti. Sebagian dari mereka mengatakan ingin menjadi pemain sepak bola. Mereka juga meminta maaf kepada orang tua mereka dan semua pihak yang telah mereka repotkan dalam evakuasi mereka.
Upaya penyelamatan tim sepak bola dan pelatih mereka itu menarik perhatian media global dan ratusan jurnalis. Banyak wartawan telah meninggalkan lokasi, tetapi kegembiraan kembali muncul di kota Chiang Rai yang biasanya sepi menjelang munculnya anak-anak itu di layar televisi.
Raja Maha Vajiralongkorn telah mengizinkan untuk menggelar sebuah pesta di Royal Plaza, sebuah lapangan umum di kota Bangkok, sebagai ungkapan terima kasih kepada warga Thailand dan warga asing yang telah terlibat dalam penyelamatan tersebut. (AFP/REUTERS)