Ombak tinggi menyebabkan kapal terbalik dan tenggelam. Tiga kejadian kapal tenggelam di Jember, Jawa Timur, dan Pandeglang, Banten, menyebabkan delapan orang tewas.
BANYUWANGI, KOMPAS - Kapal nelayan Joko Berek berpenumpang 21 orang terbalik setelah diterjang ombak. Sebanyak 6 orang tewas, 8 orang selamat, dan 7 orang hilang dalam peristiwa tersebut.
Peristiwa terbaliknya kapal nelayan Joko Berek terjadi di perairan Pelawangan, Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Kamis (19/7/2018) sekitar pukul 08.15. Kapal Joko Berek terbalik sekitar 50 meter dari muara Pelawangan.
Kapal tersebut semula hendak bersandar ke dermaga seusai mencari ikan. Namun, saat hendak masuk ke wilayah Pelawangan, kapal terdorong ombak dari belakang.
”Kapal lantas berputar 90 derajat. Saat itu ombak besar kembali menerjang dan menghantam lambung kiri kapal sehingga kapal langsung terbalik,” kata Heru Widagdo, Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jember.
Semula 5 orang ditemukan tewas di sekitar lokasi kejadian dan 9 orang ditemukan selamat. Namun, seorang korban selamat bernama Dirman (50) akhirnya meninggal saat dibawa ke rumah sakit. Korban adalah pemilik sekaligus nakhoda kapal Joko Berek yang karam.
Heru menduga jumlah korban hilang masih dapat bertambah karena pihaknya belum mengetahui jumlah pasti penumpang kapal.
”Tidak mudah mencari korban tenggelam di sekitar perairan Pelawangan. Ombak di Pelawangan saat ini sedang tinggi, 1,5 meter hingga 3 meter,” kata Heru.
Saat ini, tim evakuasi yang terdiri dari TNI/Polri, Badan SAR Nasional, dan sejumlah sukarelawan terus berupaya mencari korban.
Ulil Albab, warga setempat, mengatakan, perairan Pelawangan terkenal rawan kecelakaan laut. Pasalnya, ombak di Pelawangan tinggi dengan kontur pantai yang bertebing.
Di Pelawangan ada dua bukit tebing yang menjadi pintu bagi kapal nelayan yang akan masuk-keluar dermaga atau laut. Ombak yang menabrak tebing bisa membuat arus berputar sehingga turut memutar arah kapal.
”Para nelayan harus bisa menghitung waktu yang tepat untuk menentukan ombak tenang saat kapal berada di antara kedua tebing,” ujarnya.
Kapal terbalik
Pada hari yang sama, di Kabupaten Pandeglang, Banten, dua kapal motor (KM) terbalik akibat gelombang tinggi saat hendak menuju Muara Binuangeun. Peristiwa itu menyebabkan 2 orang tewas dan 2 orang lainnya hilang.
Kejadian pertama menimpa KM Orange yang membawa rombongan peneliti dari Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor. Saat hendak masuk Muara Binuangen dari Pulau Tinjil di perairan Banten selatan pukul 14.10, kapal dihantam ombak sehingga kapal terbalik dan penumpang tercebur ke laut.
Direktur Kepolisian Perairan Kepolisian Daerah Banten Ajun Komisaris Besar Nunung Syaifuddin mengatakan, korban meninggal adalah Ny Atiah (50) dan Ny Emah (55), keduanya juru masak kapal. Nakhoda dan seorang awak kapal selamat. Adapun 20 penumpang kapal, termasuk 7 peneliti dari Amerika Serikat dan Thailand, juga selamat.
Peristiwa kedua menimpa dua nelayan pencari ikan yang menaiki KM Barokah. Kapal tenggelam sekitar pukul 07.30 dan hingga Kamis sore keduanya belum ditemukan. (GER/BAY)