Kerja Sama Bidang Kehutanan Indonesia-Amerika Serikat Diperbarui
Oleh
ICHWAN SUSANTO
·2 menit baca
ROMA, KOMPAS — Kerja sama Indonesia dan Amerika Serikat di bidang kehutanan berlangsung sejak 1998 atau 20 tahun lalu. Dua negara itu sepakat memperbarui kerja sama tersebut dengan mempertimbangkan perkembangan pengelolaan kehutanan.
Hal itu mengemuka dalam pertemuan bilateral Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dengan Interim Chief Forest Service United Service Department of Agriculture Victoria Christiansen, Kamis (19/7/2018), di Roma, Italia. Pertemuan bilateral itu dilakukan Siti di sela-sela memimpin Delegasi RI mengikuti Sidang Ke-24 Komite Kehutanan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).
Kerja sama Indonesia dengan AS itu berlangsung efektif sejak 2006. Fokus saat itu pada konservasi dan pengembangan sumber daya manusia kehutanan di Indonesia. Selain itu, ada debt swap atau pembayaran utang Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah AS berupa dana perwalian untuk mendukung kegiatan konservasi hutan tropis, perlindungan, restorasi, dan pengelolaan berkelanjutan di Indonesia.
”Secepatnya kami siapkan proposal tulisan untuk pembaruan letter of intent (nota kesepakatan) dan MOU (nota kesepahaman) dengan AS,” kata Siti seusai pertemuan itu. Perbaruan kerja sama itu ditargetkan selesai September 2018.
Saling belajar
Kedua pihak sepakat saling belajar dari pengalaman masing- masing. Pihak AS pernah mengalami kerusakan hutan dan masih dilanda kebakaran hutan serta terkait hak asasi manusia orang asli. Indonesia mengalami jatuh-bangun pengelolaan hutan dan memperbarui pengelolaan hutan berbasis masyarakat.
Untuk itu, kerja sama yang baru akan menyasar pada kebijakan kehutanan nasional. Ia mengundang pakar dari AS datang ke Indonesia untuk melihat kebijakan baru itu dan menerapkannya. ”Saya mengusulkan bagaimana posisi hutan sebagai katalis dan driving force (kekuatan pendorong) dalam perubahan iklim dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” ujarnya.
Saya mengusulkan bagaimana posisi hutan sebagai katalis dan driving force (kekuatan pendorong) dalam perubahan iklim dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Victoria mengusulkan agar kerja sama ditingkatkan di sisi pendidikan dan pelatihan SDM serta pengelolaan atau perlindungan ekosistem mangrove. Siti mendukung hal itu.
Siti menambahkan, kerja sama dielaborasi dengan strategi Presiden Joko Widodo dalam pemulihan lahan. Program rehabilitasi kini tak berkutat pada jumlah pohon yang ditanam, tetapi target lahan dipulihkan seluas 800.000 hektar per tahun. Namun, sejauh ini KLHK baru mendapat lahan 600.000 hektar, dan sebagian besar adalah bekas kawasan tambang.