Kopi Java Mocha, yang menjadi produk andalan Gabungan Kelompok Tani Gunung Kelir, Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, banyak diminati pelaku usaha pariwisata. Kopi bubuk produksi Gapoktan Gunung Kelir, yang selama ini banyak diekspor, kini dapat dinikmati tamu dan pengunjung wisatawan di sejumlah destinasi wisata di Kabupaten Semarang, seperti di Bandungan, Ungaran, Kopeng, dan sekitarnya.
”Sudah enam bulan ini, sejumlah pengusaha hotel dan restoran di wilayah Kabupaten Semarang mulai ikut memasarkan dan menjadikan kopi Java Mocha sebagai minuman khas ataupun suvenir bagi wisatawan yang berkunjung dan menginap di kawasan wisata,” ujar Ketua Gapoktan Gunung Kelir Ngadiyanto saat ditemui di Kedai Ndeso Kopi Sirap, Kecamatan Jambu, Kamis (19/7/2018). Kedai kopi ini terletak langsung di kawasan kebun kopi rakyat yang berlokasi di tepi jalan utama lintas Semarang-Magelang.
Ngadiyanto bersama Kepala Fungsional Penyuluh Dinas Pertanian, Perikanan, dan Pangan Kabupaten Semarang Iswanto dan sejumlah penyuluh perkebunan di wilayah Semarang tengah menerima sekitar 20 petani dari 5 kabupaten di Jawa Tengah di Kedai Ndeso Kopi Sirap. Para petani itu akan mengikuti sekolah lapang mengenai budidaya kopi, proses pengolahan, hingga penanganan pascapanen di kawasan kebun kopi rakyat Gunung Kelir mulai 19-22 Juli mendatang.
Ngadiyanto mengatakan, kopi bubuk yang diminati oleh pelaku wisata terutama kopi bubuk robusta kualitas utama. Pihaknya menyediakan 5-7 kilogram untuk sekali kirim ke sejumlah hotel dan restoran dalam dua minggu. Belum lama ini, ia juga menyediakan kopi bubuk dalam kemasan 0,2 kilogram sebagai suvenir bagi wisatawan yang menginap di hotel-hotel di destinasi wisata di Kabupaten Semarang.
Untuk perluasan pemasaran dalam negeri, Gapoktan Gunung Kelir masih rutin mengirim pasokan kopi kering atau green bean untuk mitra di Bekasi dan Jakarta. Jumlah pasokan lumayan berkisar 1-2 ton per bulan sesuai dengan permintaan dari mitra. Sementara sebagian produk kopi diekspor, sebagian masih melalui PT Taman Delta Indonesia, yang berkedudukan di Kota Semarang.
Suraji, seksi pemasaran Gapoktan Gunung Kelir, Jambu, mengatakan, Kedai Ndeso Kopi Sirap kini sudah melahirkan sekitar 10 barista, tiga di antaranya perempuan. Para pengelola kedai itu merupakan anak-anak muda yang lahir dari keluarga petani kopi di Sirap, Jambu.
Sekarang ini, petani di Sirap bersiap melakukan panen raya kopi, yang diperkirakan akan mulai berlangsung pertengahan Agustus mendatang. Kondisi saat ini, iklim sangat mendukung tanaman kopi sehingga produksi panen tahun ini bisa meningkat. Pada posisi normal, dengan luasan tanaman kopi mencapai 600 hektar, diperkirakan produksi bisa lebih dari 1 ton per hektar.
Salah satu barista perempuan di Kedai Ndeso Kopi Sirap, Gunung Kelir, Anisa (18), menuturkan, pengunjung kedai kopi yang berada di tengah kebun kopi rakyat ini semakin meningkat. Ada tiga jenis kopi yang disukai oleh penikmat kopi yang datang ke kedainya, yakni rasa robusta, arabika, dan kopi lanang (peaberry).
”Kalau saya mampir ke Kedai Ndeso Kopi Sirap ini, biasanya saya hanya perlu menikmati kopi arabika saja. Aroma kopi arabika memang khas, terlebih lagi yang diseduh oleh kawan-kawan peracik kopi di kedai ini. Rasa aroma yang kuat sangat terasa bila mencicipi kopi arabika, selalu muncul rasa kecut di awal, kemudian rasa pahitnya menyelinap di sela-sela tenggorokan beberapa detik kemudian,” ujar Sunarno, penikmat kopi asal Ungaran, Kabupaten Semarang.