Tiada Bunga untuk Daniel
Daniel (24) tidak sendiri. Tapi ia seolah sendiri dalam keramaian bersama sang ayah, satu-satunya keluarga yang mendampinginya dalam pelantikan perwira remaja TNI dan Polri di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (19/07/2018).
Hari itu, bersama dengan 723 taruna dan taruni, Daniel Robert Basik Basik dilantik oleh Presiden Joko Widodo menjadi perwira remaja TNI dan Polri. Daniel menjadi bagian dari 102 perwira remaja TNI Angkatan Laut. Lainnya adalah 225 perwira remaja TNI Angkatan Darat, 119 perwira remaja TNI Angkatan Udara, dan 278 perwira remaja Polri.
Sesaat setelah upacara pelantikan usai, keluarga yang selama upacara duduk di bawah tenda langsung berhamburan ke lapangan menemui anak dan saudara mereka. Tangis haru pecah di mana-mana. Ada yang sujud syukur di kaki ibunya. Ada yang menangis tiada henti di pundak ayahnya.
Dan senyum bahagia merekah saat dua kekasih berpelukan. Di setiap penjuru, nyaris setiap perwira remaja laki-laki ditemani pacarnya.
Di tengah lautan haru-biru bahagia itu, Daniel menemukan ayahnya, Wilhelmus Basik Basik (64), yang mencari-carinya. Ia langsung memeluk erat Wilhelmus. Tangisnya tumpah. Dan Wilhelmus diam tercekak. Air matanya meleleh.
Tiada kecup sayang dari mama untuk Daniel. Tiada bunga dari pacar untuk Daniel. Hanya ayah tercinta yang berada di sampingnya. Hal ini kontras dengan perwira remaja lainnya yang dikerubungi keluarga berikut pacar.
Ibu Daniel sakit menahun sehingga tidak bisa menempuh perjalanan jauh dari Merauke. Sementara Novita Ndiken, sang pacar yang juga tinggal di Merauke, tak bisa hadir karena jarak.
Ketika giliran berfoto-foto, Daniel pun tak bisa melakukannya. Sebab, tak ada keluarga yang membawa telepon selular untuk Daniel.
Itulah ketidaksempurnaan Daniel dalam peristiwa penting dalam hidupnya hari itu. Toh esensi kebahagiaan Daniel sudah sempurna. ”Tujuan saya sebagai seorang perwira tercapai. Kemudian melihat orang tua bahagia, adalah impian sekaligus motivasi saya,” kata Daniel.
Kebanggaan untuk keluarga
Daniel adalah anak ke-4 dari lima bersaudara dari keluarga petani di Merauke. Karena kondisi ekonomi keluarga, keempat saudaranya hanya lulus SD-SMP. Mereka kini bekerja sebagai petani sebagaimana halnya ayah mereka.
”Kebanggaan ini bukan hanya untuk saya dan orang tua, tetapi juga untuk saudara-saudara saya,” kata Daniel.
Kini Daniel berpangkat letnan dua marinir. Ia akan menjadi komandan pleton di salah satu batalion. Penempatannya masih menunggu surat penugasan beberapa hari lagi. ”Yang jelas saya akan cuti sepuluh hari dulu untuk kembali ke Merauke. Baru setelah itu menjalankan tugas,” kata Daniel.
Dalam pelantikan hari itu, terdapat tujuh perwira remaja TNI AL asal Papua. Hanya Daniel yang berasal dari Merauke. Lainnya berasal dari Jayapura.
Peluang anak-anak Papua dan daerah lain dari kawasan timur Indonesia untuk menapaki jalur hidup yang lebih baik di berbagai bidang sekaligus memberikan sumbangsih kepada pembangunan negara jauh lebih kecil ketimbang mereka yang berasal dari kawasan barat, terutama Jawa dan Sumatera.
Ini adalah buah dari persoalan struktural Indonesia, yakni ketimpangan antarwilayah, mulai dari Jawa-Sumatera dan luar Jawa-Sumatera, barat dan timur, daerah perbatasan dan daerah pusat pertumbuhan ekonomi, sampai daerah kepulauan dan daerah daratan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencakup dimensi kesehatan, pendidikan, dan ekonomi mengonfirmasinya dengan gamblang. Pada 2017, rata-rata IPM Papua dan Nusa Tenggara Timur misalnya, adalah 59,09 dan 63,73. Sementara Daerah Istimewa Yogyakarta dan DKI Jakarta mencapai 78,89 dan 80,06.
Adapun produk domestik regional bruto (PDRB) per kapita pada 2016 di kawasan barat adalah Rp 42,43 juta. Di kawasan timur, nilainya hanya Rp 36,43 juta. Sementara dalam hal angka kemiskinan 2015-2017, kawasan barat mencatatkan 10,26 persen dari total jumlah penduduk. Sementara kawasan timur mencapai 12,05 persen.
Punya kesempatan sama
Setiap anak Indonesia berhak mendapatkan kesempatan atau akses yang sama agar bisa mengembangkan potensinya masing-masing sampai titik optimal. Akses itu harus dibuat merata di semua daerah agar setiap anak Indonesia bisa meraih cita-citanya sekaligus menjadi pilar-pilar tangguh yang menopang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Daniel seperti halnya Lalu Muhammad Zohri (18), juara lari nomor 100 meter U-20 di Finlandia beberapa waktu lalu, adalah talenta Indonesia yang berprestasi dengan latar belakang keluarga dan daerah yang serba terbatas. Adalah kemauan keras dan momentum tepat yang akhirnya mengantarkan mereka sampai di jalannya sekarang.
Model sukses yang ”kebetulan” alias tidak melalui sistem ini tidak cukup untuk membangun Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan kompetitif. Apalagi tantangan ke depan semakin kompleks dan ketat. Kebetulan-kebetulan tidak akan pernah mampu menyediakan sumber daya manusia tangguh secara cukup dan berkelanjutan untuk menopang republik ini.
Presiden Joko Widodo dalam pidatonya pada acara pelantikan, menyatakan, untuk bisa diterima sebagai taruna-taruni, para perwira remaja tersebut pertama-tama harus melalui saringan ketat mulai dari daerah sampai pusat. Selama menjadi taruna-taruni, perjuangan pun sangat berat.
”Saudara harus menjalani gemblengan kawah candradimuka. Di gembleng di Lembah Tidar. Digembleng di Bumi Morokemprangan. Digembleng di Bumi Tetuko. Dan digempleng di Candi Bumi Bhayangkara,” kata Presiden.
Artinya untuk menyediakan patriot-patriot muda bangsa di militer dan kepolisian diperlukan bibit unggul yang minimal sehat dan pintar. Kondisi ini berlaku juga untuk bidang-bidang lainnya. Dengan demikian, Indonesia harus berinvestasi pada sumber daya manusia di seluruh wilayah Indonesia. Ini mencakup antara lain infrastruktur, pelayanan pendidikan dan kesehatan, serta penyediaan nutrisi yang baik.
Membiarkan ketimpangan antarwilayah sama dengan membiarkan Indonesia minim pasokan sumber daya manusia tangguh dan kompetitif. Sebaliknya, mengupayakan akses yang sama di seluruh penjuru Indonesia berarti melapangkan jalan bagi sebanyak-banyaknya anak-anak Indonesia untuk menjadi patriot-patriot yang andal di berbagai bidang.
”Selamat betugas para patriot muda Indonesa. Jagalah kehormatan dirimu sebagai perwira TNI-Polri. Buatlah orangtuamu bangga. Buatlah Indonesia berjaya. Indonesia menunggu darma baktimu,” kata Presiden mengakhiri pidato.