Armada Pengebom Air Belum Dimaksimalkan
PALEMBANG, KOMPAS — Badan Nasional Penanggulangan Bencana mengalokasikan lebih dari 10 helikopter untuk memperkuat patroli udara di wilayah Sumatera Selatan pada akhir Juli 2018. Itu untuk mencegah kebakaran lahan jelang Asian Games 2018.
Helikopter akan ditempatkan di sembilan daerah rawan di Sumsel, terutama di empat daerah dekat Kota Palembang, seperti Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Banyuasin, dan Musi Banyuasin.
”Sumsel prioritas lantaran akan menjadi tuan rumah Asian Games,” kata Kepala BNPB Willem Rampangilei saat berkunjung ke Palembang, Jumat (20/7/2018).
Selain Sumsel, daerah tetangga, seperti Riau dan Jambi, juga ditempatkan helikopter. Di Riau dialokasikan enam helikopter, sementara di Jambi dua helikopter. Helikopter juga ditempatkan di Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan masing-masing dua helikopter.
Menurut Willem, pemadaman melalui udara harus diintensifkan karena berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, puncak musim kemarau akan terjadi pada Agustus dan September.
Selain helikopter, kata Willem, penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) juga akan diterapkan di Sumsel. TMC akan diterapkan dua hari ke depan.
Kemarin, Willem memantau kondisi terakhir lahan terbakar. Ia memastikan api sudah padam, tetapi masih menemukan asap. Satu heli diminta berpatroli untuk memastikan api di bawah tanah sudah benar-benar padam.
”Modifikasi cuaca untuk meningkatkan curah hujan dan merekayasa agar asap kebakaran hutan lahan tidak mengarah ke lokasi pelaksanaan Asian Games. Selain operasi udara, operasi darat terus dilakukan oleh satgas darat yang melibatkan personel TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni, sukarelawan, dan swasta,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Kepala Seksi Observasi, BMKG Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Agus Sentosa mengatakan, saat ini sulit menerapkan TMC karena awan hujan sudah sulit ditemui. Kalaupun ada, awan itu tidak di kawasan rawan terbakar.
Kewaspadaan diminta ditingkatkan karena awal Juli sampai September lahan di Sumsel sangat rentan terbakar. ”Di wilayah rawan kebakaran sudah tidak hujan sepuluh hari,” katanya.
Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Selatan Inspektur Jenderal Zulkarnain Adinegara mengungkapkan, pihaknya masih melakukan identifikasi dan verifikasi di lahan terbakar lima hari terakhir, yakni di Kecamatan Pedamaran dan Pedamaran Timur. BPBD Sumsel mencatat, setidaknya luas kebakaran sekitar 360 hektar.
Hujan turun
Di Pekanbaru, hujan yang turun di sebagian besar wilayah Riau pada Kamis malam mampu memadamkan kebakaran lahan dan hutan sepekan terakhir. Kebakaran besar di Desa Lubuk Gaung, Kecamatan Sungai Sembilan, Kota Dumai, yang sulit ditaklukkan, bahkan oleh gempuran bom air dari lima helikopter dalam tiga hari terakhir, juga ikut padam.
”Hujan yang memadamkan kebakaran di Desa Lubuk Gaung. Namun, Jumat pagi masih ada sisa asap di lahan kebakaran. Kami tidak berani mengambil risiko dan langsung mengirimkan helikopter untuk mengebom air untuk pendinginan. Tim darat juga membantu,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau Edwar Sanger.
Saat ini, sebagian besar wilayah Riau cukup aman dari kebakaran atau tidak mudah terbakar. Namun, ke depan curah hujan semakin sedikit dan potensi kebakaran tetap besar.
Membantu pemadaman kebakaran di Sumatera Selatan, kata Edwar, sebuah helikopter jenis MI 172 yang semula beroperasi di Riau diterbangkan ke Palembang. ”Palembang membutuhkan tambahan heli,” katanya.
Di Pontianak, Kalimantan Barat, kebakaran lahan gambut terus terjadi, bahkan titik panas meningkat. Pantauan melalui citra satelit, titik panas Jumat mencapai 210 titik, meningkat dibandingkan hari sebelumnya 124 titik.
Jumat siang, kebakaran lahan terus terjadi di pinggiran Kota Pontianak, di daerah Kecamatan Pontianak Tenggara. Luas lahan terbakar di daerah itu sekitar 1 hektar. Kebakaran itu hanya berjarak beberapa meter dari permukiman penduduk.
”Kami mendapat laporan ada kebakaran sekitar pukul 10.00. Kami langsung menuju lokasi kebakaran,” kata petugas BPBD Kota Pontianak, Munirza.
Titik panas juga masi bermunculan di beberapa wilayah di Kalimantan Tengah. Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran Provinsi Kalteng Darliansjah mengklaim kebakaran itu dapat dikendalikan.
Kebakaran lahan dan hutan bukan hal baru sehingga keberulangan seperti tahun ini dengan alasan apa pun perlu dipertanyakan. Menurut Sutopo, penegakan hukum harus semakin tegas karena hampir 99 persen penyebabnya kesengajaan.
”Jika tidak ada penegakan hukum, setiap tahun akan berulang kasus kebakaran seperti ini. Energi kita habis untuk menangani yang rutin terjadi. Padahal, pencegahan bisa dilakukan,” ujar Sutopo. Dari sisi anggaran, dana cadangan penanggulangan bencana setiap tahunnya Rp 4 triliun. (JUM/IDO/ESA/AIK/AYS/TAN)