JAKARTA, KOMPAS — Gempa berkekuatan M 5,5 yang melanda Kabupaten Solok, Sumatera Utara, pada 14.58 WIB menyebabkan 1 orang meninggal dan 2 orang terluka. Sekalipun kekuatannya relatif kecil, gempa ini pusatnya sangat dangkal sehingga menimbulkan guncangan yang kuat.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan, episenter gempa terletak pada koordinat 1,07 Lintang Selatan dan 100,55 Bujur Timur atau berlokasi di darat pada jarak 15 kilometer arah barat daya Kota Solok, Sumatera Barat, dengan kedalaman hiposenter 14 kilometer.
”Kejadian ini merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang terjadi akibat aktivitas sesar aktif, yaitu Zona Sesar Sumatera (Sumatera Fault Zone) pada segmen Sesar Sumani,” kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono. Dangkalnya pusat gempa menyebabkan percepatan atau guncangannya terasa kuat.
Kejadian ini merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang terjadi akibat aktivitas sesar aktif.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan jenis sesar geser mendatar.
Guncangan dirasakan antara lain di daerah Kota Padang dan Painan dalam skala intensitas II-V Modified Mercalli Intensity (MMI). Guncangan terkuat terjadi di Gunung Talang dengan skala V MMI, Kota Padang III-IV MMI, Bukittinggi III MMI, Padang Panjang dan Padang Pariaman II-III MMI, serta Sawahlunto II MMI.
Menelan korban jiwa
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menambahkan, gempa ini menyebabkan 1 orang meninggal atas nama Bustami (62), warga Nagari Batang Barus, Kabupaten Solok. Korban tertimpa dinding rumah.
Sementara korban luka atas nama Diah (16) dan Bobi (7). Keduanya warga Kapalo Danau Bawah, Nagari Simpang Tanjuang, Kabupaten Solok. ”Selain itu, beberapa rumah dan bangunan rusak. Jumlah pastinya masih pendataan. Tapi kemungkinan tidak banyak,” kata Sutopo.
Menurut dia, umumnya yang mengalami kerusakan adalah rumah dan bangunan sederhana yang tidak memperhatikan kaidah konstruksi tahan gempa. Seperti halnya di rumah penduduk, apalagi di perdesaan, saat membangun tidak memperhatikan konstruksi tahan gempa karena tukang tidak paham, alasan ekonomi, kurangnya pengetahuan masyarakat,” ucapnya.
”Apalagi, hingga saat ini tidak ada keharusan atau peraturan yang mengikat warga saat membangun rumah,” ujarnya. Menurut Sutopo, di Jalur Sesar Sumani ini beberapa kali terjadi gempa merusak, tetapi tidak ada perubahan yang signifikan terkait konstruksi bangunan.
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.