JAKARTA, KOMPAS – Film pendek merupakan salah satu wadah bagi anak muda Indonesia untuk menyalurkan ide secara bebas. Melalui ruang apresiasi film pendek pula, anak muda bisa mengangkat isu-isu penting di sekitar dan dikonsumsi secara langsung pada masyarakat.
Sutradara dan Produser film, Ismail Basbeth, saat ditemui pada acara pembukaan Viddsee Juree Awards Indonesia 2018, mengatakan, film pendek menjadi salah satu kekuatan film di Indonesia. Banyak talenta muda bermunculan justru dari lingkup kecil tersebut.
“Banyak pembuat film pendek yang aktif membuat ruang-ruang apresiasi dan produksi alternatif. Ruang-ruang inilah yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Masyarakat yang tidak pernah mengakses bioskop sekalipun,” ungkap Ismail, Kamis (19/7/2018).
Menurut Ismail, film pendek bisa memuat tentang konten apapun tanpa keterbatasan. “Film pendek tidak memiliki resiko kendali konten dan isu. Berbeda dengan film panjang yang cenderung melibatkan sumber pendanaan besar,” ujarnya.
Ismail Basbeth didaulat menjadi salah satu juri pada Viddsee Juree Awards Indonesia 2018 yang digelar di Goethe Haus, Goethe Institute, Jakarta Pusat, 19-21 Juli 2018. Acara tersebut merupakan kompetisi film pendek Indonesia dari berbagai genre. Ada 10 film yang akan dikompetisikan.
Sepuluh film yang masuk nominasi terbaik antara lain The Unseen Words, Fantastic Nite, Errorist of Season, Angka jadi suara, Chick-chick, Kuncup, Dewi Pulang, Oleh-oleh, Anak Lanang, dan Lilakno. Semua film akan ditayangkan sebelum diumumkan pemenangnya pada Sabtu, (21/7/2018) malam.
Selain Ismail Basbeth, dua juri lain juga akan menentukan pemenang dari kompetisi film pendek ini. Mereka adalah Anusorn Soisa-ngim, Sutradara dari Thailand dan Sutradara dari Kamboja, Deependra Gauchan.
Ismail mengatakan, dalam pemilihan film pendek terbaik nantinya, ia akan mengedepankan film yang punya nilai urgensi. Kesensitivitasan pembuat film terhadap isu-isu penting di masyarakat sangat dibutuhkan.
“Kalau saya akan memilih film yang tidak hanya bagus secara film making, tetapi juga ada urgensinya bagi masyarakat,” tutup Ismail.
Jembatani kesenjangan
Program Viddsee Juree Awards ini bertujuan menjembatani kesenjangan antara produksi dan distribusi film pendek. Penanggung jawab Viddsee Juree Awards, Dimas Jayasrana, mengatakan, Viddsee Juree ini dari awal dibentuk bukan hanya sebagai kompetisi film. Akan tetapi, even ini juga menjadi transaksi pengetahuan melalui forum-forum.
“Banyak yang tidak percaya industri film pendek ini tidak mampu menghasilkan pendapatan yang besar,” kata Dimas.
Dimas menambahkan, generasi saat ini adalah generasi yang dekat dengan konten-konten pendek. Jika dikelola dengan baik, film-film pendek akan mampu dikemas sebagai sebuah produk ekonomi kreatif.
“Melalui forum-forum diskusi pada even ini, diharapkan para film maker dapat mengetahui bagaimana cara mencari investor karya mereka,” tambah Dimas.
Content Lead Viddsee Juree Awards, Nikki Loke, menjelaskan, ada sekitar 200 film yang dikirimkan sebelum dipilih menjadi 10 terbaik. Film yang sudah dipilih selain memiliki cerita yang baik, juga memiliki konten kuat dari berbagai aspek.
“Film-film yang dipilih antara lain film drama, komedi, dokumenter. Umumnya, film-film ini mengangkat soal isu-isu sosial. Film yang dipilih juga bisa menyuarakan perubahan bagi masyarakat,” kata Nikki. (Fajar Ramadhan)