Agen Perjalanan Wisata Lokal NTT Mulai Mendominasi
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
ENDE, KOMPAS — Agen lokal perjalanan wisata Nusa Tenggara Timur sejak tahun 2017 mendominasi wisatawan yang berkunjung ke NTT. Eksplorasi obyek wisata NTT pun semakin meluas sampai ke pelosok. Sebelumnya, perjalanan wisata ke NTT dikuasai agen dari Bali dan Nusa Tenggara Barat sehingga mereka hanya menjadikan NTT sebagai daerah transit.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Ende Cheely Taso, di Ende, Minggu (22/7/2018), mengatakan, sampai dengan tahun 2016, perjalanan wisata ke Nusa Tenggara Timur didominasi agen perjalanan dari Bali dan Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka menjadikan sejumlah destinasi unggulan di NTT hanya sebagai destinasi transit.
”Mereka hanya kenal Danau Kelimutu dan Komodo di Labuan Bajo, Manggarai Barat. Mereka membawa wisatawan dari Denpasar dan Lombok ke NTT, tidur hanya satu malam, kemudian pulang ke daerah mereka di Lombok atau Denpasar. Lama tinggal wisatawan di NTT pun hanya satu sampai dua hari sehingga kedatangan wisatawan tidak membawa dampak bagi usaha perhotelan, transportasi, restoran, dan masyarakat secara umum,” tutur Taso.
Ternyata NTT memiliki banyak destinasi yang sangat menarik, tidak hanya Kelimutu dan Komodo. Destinasi menarik lain itu hanya bisa diketahui dan dikenali agen perjalanan lokal, terutama agen yang berdiam di daerah itu. Mereka paham secara rinci destinasi unggulan di daerah, yang perlu dikunjungi wisatawan.
Pada akhir 2016, sejumlah agen perjalanan di Flores bertemu di Ende, lalu dilanjutkan di Labuan Bajo dan Bajawa, membahas kerja sama antaragen di semua kabupaten di Flores. Hasilnya cukup menggembirakan. Agen-agen lokal mulai mempromosikan daerah unggulan masing-masing. Mereka lebih proaktif mengajak kerja sama dengan sejumlah agen perjalanan di Denpasar dan Lombok, di samping membangun kerja sama dengan agen perjalanan langsung dari luar negeri.
Kini, hampir semua perjalanan wisata ke semua obyek wisata di Flores, Sumba, Alor, dan Timor didominasi agen lokal. Wisatawan pun lebih lama menetap di NTT, yakni 5-30 hari. Ini jauh lebih lama dibandingkan dengan sebelumnya yang hanya 1-2 hari.
Tidak hanya itu. Semua obyek wisata di setiap daerah di NTT mulai dieksplorasi. Masih banyak juga obyek wisata yang belum dikenal karena belum ada akses jalan ke tempat itu dan belum dipromosikan lebih luas.
Stanislaus Bataona, warga Desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, mengatakan, turis Jepang yang ingin melihat proses perburuan paus oleh nelayan lokal terkadang menetap di penginapan di Lamalera sampai enam bulan. Tidak setiap hari paus muncul di permukaan perairan Lamalera.
”Namun, ada pula wisatawan yang hanya datang memotret kehidupan nelayan Lamalera dan berbicang dengan nelayan setempat. Mereka lalu pulang menginap di Lewoleba, sekitar 45 km. Mereka itu tidak ingin bertahan lama di Lamalera menyaksikan langsung proses perburuan dan penangkapan paus,” kata Bataona.
Jeff Hans (45), wisatawan asal Inggris, di Hotel Flores Mandiri, Ende, saat ditemui beberapa waktu lalu, mengatakan, makin lama berkunjung ke Flores makin menyenangkan.
Selama di Ende, ia tidak hanya menyaksikan Danau Kelimutu yang sudah banyak beredar di media sosial, tetapi juga sejumlah desa wisata dengan berbagai pergelaran budaya setiap hari, air terjun, keindahan pantai, dan keindahan Ende dari puncak Gunung Meja.
Ke depan, Flores dan Sumba jauh lebih terkenal dibandingkan dengan Lombok. Bali masih tetap populer karena keindahan pantai dan keunikan budayanya. Akan tetapi, Flores dan Sumba, khususnya Flores, jauh lebih bervariasi.