Latihan militer maritim terbesar di dunia, Rim of Pacific (Rimpac), berlangsung antara lain di area latihan Pohakuloa, di Big Island, Kepulauan Hawaii, Amerika Serikat. Untuk mencapai tempat itu, wartawan, Kamis (19/7/2018), pertama-tama terbang dengan Hercules C-130 selama 40-an menit dari Pangkalan Marinir AS di Semenanjung Pulau Oahua, Kepulauan Hawaii. Oahua merupakan tempat Honolulu, ibukota Negara Bagian Hawaii, berada.
Tiba di pangkalan militer di Pohakuloa di dataran tinggi, angin bertiup kencang dan udara terasa dingin meski matahari bersinar terik. Bentang alam daerah itu ialah savana. Sejauh mata memandang, terlihat hamparan rumput kering. Di kejauhan berdiri kokoh gunung kehijauan, sementara langit biru bersih terbentang di atasnya.
Perjalanan dilanjutkan dengan mobil lebih kurang 30 menit menuju area tenggara di Big Island. Di sejumlah tempat di tepi jalan, terhampar lava kering.
Rombongan, yang meliputi beberapa mobil dengan pengendaranya ialah anggota Marinir AS, pertama-tama berhenti di lokasi latihan menembak yang menjadi tempat tentara Filipina berlatih. Wartawan Filipina turun untuk meliput mereka. Perjalanan dilanjutkan 10 menit menuju lokasi latihan menembak lainnya, yang merupakan tempat Marinir TNI Angkatan Laut serta Sri Lanka mengasah kemampuan.
Angin dingin terasa di kulit saat Kompas turun dari mobil dan berjalan kaki menuju lokasi anggota Marinir Indonesia berlatih. Hamparan kerikil dan pasir vulkanik mendominasi area ini. Sejumlah anggota Marinir menutup wajah dengan kain, sementara seragam lapangan loreng hijau melekat di tubuh. Dua motor milik TNI Angkatan Laut terparkir di dekat mereka. Ada pula bendera Marinir berwarna merah, berkibar terkena angin kencang.
Sebanyak 215 personel tempur Marinir TNI Angkatan Laut mengikuti Rimpac 2018, dengan 187 orang di antaranya berlatih di Pohakuloa. Sisanya, yakni 28 personel, berasal dari unit Kavaleri Marinir dan berada di tengah lautan di atas KRI Makassar bersama sejumlah kendaraan pendarat LVT-7. Adapun jumlah total anggota militer Indonesia yang mengikuti Rimpac 2018 ialah 615 orang. Selain anggota Marinir, tentara RI yang terlibat dalam Rimpac 2018 merupakan pelaut TNI AL.
Datang dengan KRI Makassar pada 12 Juli, anggota Marinir di Pohakuloa berlatih hingga 22 Juli. Menurut Pasiops Mayor (Mar) Khaerul Bakti, di Pohakuloa, kegiatan mereka meliputi latihan menembak dengan senapan serbu SS1, menembak reaksi saling melindungi, menembak dalam kondisi tertekan (tergopoh-gopoh, terluka, dan sebagainya), serta menembak dengan senjata otomatis GPMG-SMR.
Untuk pasukan Intai Amfibi Marinir, latihan meliputi menembak jitu bersama Marinir AS, pengintaian bersama pasukan AS, serta latihan bersama unit tentara Australia. Digelar pula latihan menembak artileri bantuan bersama Marinir AS. Menurut Khaerul, tentara RI diharapkan dapat mempelajari teknik-teknik baru yang dimiliki tentara asing.
Dari Pohakuloa, anggota Marinir akan melakukan latihan serbuan puncak pada 29 Juli di sebuah kawasan di Pulau Oahua. Kegiatan di Pohakuloa tak ubahnya pemanasan untuk mencapai keberhasilan pada puncak latihan Rimpac itu.
Beberapa hari sebelum puncak latihan, ratusan Marinir di Pohakuloa akan kembali dibawa ke KRI Makassar dengan kendaraan angkut amfibi untuk persiapan pendaratan besar-besaran bersama Marinir negara-negara lain di Pulau Oahua. Perwira Staf Satgas Rimpac Letnan Kolonel (Mar) Sabrowanto, berharap keikutsertaan Marinir TNI AL ditingkatkan pada masa mendatang.
Rimpac 2018, tanggal 27 Juni-2 Agustus, diikuti oleh 25 negara dan 25.000 personel. Selain mengirim KRI Makassar, Indonesia juga mengerahkan KRI Raden Eddy Martadinata.
Kacang merah
Dari Pohakuloa, tempat latihan menembak sejak Perang Dunia II, rombongan wartawan berbagai negara menuju Bandara Kona di sisi barat laut Big Island. Wartawan dibagikan kantung paket makanan tempur dalam perjalanan satu jam di mobil. Menunya lengkap. Ada kacang merah, roti, biskuit manis, daging cincang, hingga permen karet.
Dari Bandara Kona, rombongan terbang lagi dengan Hercules C-130 menuju Pulau Lanai, Hawaii. Sesampainya di Bandara Pulau Lanai, rombongan yang juga meliputi sejumlah tentara Angkatan Laut AS itu bersiap naik helikopter Sikorsky CH-53E Sea Stallion. Rombongan 26 orang ini dibagikan helm lengkap dengan penutup telinga dan pelindung mata. Masing-masing orang mendapatkan pula pelampung, dilengkapi tabung oksigen mini.
Penerbang helikopter Marinir AS menjelaskan cara mengoperasikan pelampung. Di tengah landasan pacu di bawah terik sinar matahari, ia memberikan penjelasan sambil membolak-alik buku petunjuk. Mungkin apa yang dilakukannya semacam pemberitahuan petunjuk keselamatan yang disampaikan pramugari dalam penerbangan sipil.
Penerbangan sekitar 40 menit berakhir di atas geladak HMAS Adelaide milik Australia di tengah Samudera Pasifik. Rombongan disambut petugas yang mengarahkan ke mana harus bergerak. Para wartawan dan tentara AS lalu berbaris di sebuah area di atas geladak. Tak lama kemudian, lantai baja area itu turun ke bawah, membawa rombongan ke "perut" kapal.
Truk-truk besar diparkir di dalam HMAS Adelaide. Kapal induk helikopter kelas Canberra ini bisa mengangkut hingga 110 kendaraan militer, 1.400 orang, dan menyediakan 6.000 porsi makanan per hari. Sebanyak 12 helikopter juga dapat bertengger di geladaknya. Tersedia fasilitas kesehatan lengkap: ruang operasi, ruang gawat darurat, apotek, dan laboratorium.
Rombongan disambut hangat oleh para perwira HMAS Adelaide dan dibawa ke ruang istirahat yang sejuk, lengkap dengan sajian kue, buah, jus, dan air putih dingin. Buah anggur segar serta potongan kiwi hijau menghapus lelah setelah pagi-pagi berangkat dari Pangkalan Udara Marinir AS di Hawaii. Lega rasanya.