PALEMBANG, KOMPAS - Ulah manusia menjadi penyebab terbesar kebakaran lahan di Sumatera Selatan. Pantauan udara menunjukkan, ada warga yang berdiri di sekitar lahan pertanian yang terbakar, saat patroli dan pengeboman air dilakukan.
Pelaksana Tugas Deputi Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Daerah Yolak Dalimunthe menuturkan hal itu, Sabtu (21/7/2018), di Palembang.
Biasanya, lahan yang terbakar adalah lahan yang telantar dan tidak diurus sehingga dimanfaatkan warga untuk membuka lahan dengan cara membakar.
Menurut Yolak, dibutuhkan kerja sama berbagai pihak termasuk aparat desa untuk menyadarkan masyarakat agar tidak membakar lahan, terutama menjelang Asian Games. ”Peran aparat desa sangat penting karena mereka yang paling tahu titik rawan di wilayahnya,” ujarnya.
Pantauan Kompas, saat mengikuti pemadaman lewat udara di atas lahan yang terbakar di Desa Cinta Jaya, Kecamatan Pedamaran, Kamis (19/7), terlihat sejumlah warga berada di sekitar lokasi kebakaran. Mereka naik perahu masuk kanal karena untuk mencapai lokasi kebakaran belum ada akses jalan.
Karena itu, ujar Yolak, upaya terampuh memadamkan api adalah melalui udara. Senin (23/7) diperkirakan enam helikopter dari BNPB sudah bersiaga memadamkan api jika terjadi kebakaran. ”Menurut rencana, awal Agustus 10 helikopter disiagakan di Palembang agar pelaksanaan Asian Games berjalan lancar,” katanya.
Kepala Dinas Perkebunan Sumatera Selatan Fahrurrozi menuturkan, warga masih ada yang membuka lahan dengan membakar karena dinilai lebih murah daripada pengolahan tanah yang membutuhkan dana sekitar Rp 7 juta per hektar. Namun, sejak ada maklumat bersama Gubernur Sumsel, Pangdam II Sriwijaya, dan Kapolda Sumsel, jumlah kebakaran lahan bisa diminimalisasi.
Diakui, Pemprov Sumsel tidak memiliki anggaran untuk membantu masyarakat membuka lahan. Namun, pemerintah memberikan insentif bagi masyarakat yang tidak membakar saat membuka lahan, berupa pemberian bibit gratis.
Upaya pencegahan kebakaran dilakukan lewat penyuluhan baik kepada masyarakat maupun perusahaan. Meskipun begitu, kebakaran tetap terjadi.
Kepala Polda Sumatera Selatan Inspektur Jenderal Zulkarnain Adinegara mengungkapkan, saat ini pihaknya masih melakukan identifikasi dan verifikasi di lahan yang terbakar. BPBD Sumsel mencatat luas kebakaran sekitar 360 hektar.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumsel Hairul Sobri mengatakan, selama ini, pihak penegak hukum hanya fokus pada pelaku pembakar hutan bukan pada aktor di balik kebakaran. Kebakaran lahan di atas lahan gambut besar kemungkinan didalangi perusahaan yang ingin membuka lahan. ”Dari 1,5 juta hektar lahan gambut di Sumsel, 80 persen sudah ada izin konsesi. Itu menandakan perusahaan turut andil dalam kebakaran lahan di Sumsel,” katanya.
Panglima Kodam II Sriwijaya Mayor Jenderal AM Putranto mengatakan, sudah menerjunkan tim gabungan termasuk intai darat untuk melakukan upaya pencegahan dan antisipasi kebakaran hutan dan lahan di Sumsel. (RAM)