Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mendorong pemuda Asia dan Afrika lebih berani mengambil peran. Salah satu kuncinya adalah melalui pengembangan pendidikan.
Ponorogo, Kompas Pendidikan adalah kunci untuk mencapai kemajuan dan peradaban. Di tengah dinamika relasi antarnegara di dunia, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengatakan, bangsa-bangsa Asia dan Afrika harus menyatukan kekuatan dan potensi yang dimiliki, terutama untuk menghadapi berbagai tantangan, konflik, kemiskinan, keterbatasan infrastruktur, dan akses pada pendidikan.
Di depan peserta International Conference on the Role of Afro-Asian Universities in Building Civilizations, yang digelar Minggu (22/7/2018) di Pondok Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo, Menlu Retno mengatakan, ”Abad ke-21 harus menjadi abad kejayaan negara Asia dan Afrika.”
Menurut Menlu Retno, semangat Deklarasi Bandung tahun 1955 masih sangat relevan untuk membangun Benua Asia dan Afrika yang maju dan sejahtera.
Untuk membangun peradaban Asia dan Afrika, Menlu Retno membeberkan peran vital pendidikan dan universitas dalam mempersiapkan generasi muda Asia dan Afrika. Menurut dia, peran vital itu adalah pendidikan harus bisa menjadi jawaban untuk mendorong nilai-nilai perdamaian dan toleransi, khususnya di dunia yang dipenuhi ketidakpastian.
Perang vital kedua adalah bahwa pendidikan adalah instrumen utama dalam mempromosikan nilai-nilai demokrasi dan good governance di mana negara di Asia dan Afrika masih mengalami defisit demokrasi. Dan ketiga, pendidikan harus menjadi kendaraan bagi upaya menyebarkan semangat kewirausahaan demi kemandirian ekonomi.
Dalam pernyataan pers yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri disebutkan, melalui kemandirian ekonomi, bangsa- bangsa Asia-Afrika akan dapat bersaing dan mengatasi ketertinggalan di kancah ekonomi global, sebut Menlu Retno LP Marsudi.
Komitmen Indonesia
Dalam kesempatan pertemuan tersebut, Menlu Retno menegaskan komitmen politik luar negeri Indonesia untuk memperkuat kerja sama dengan negara-negara Afrika. ”Kebijakan luar negeri Indonesia berupaya menerjemahkan kedekatan politik menjadi kerja sama ekonomi konkret yang saling menguntungkan dengan negara-negara Afrika,” kata Menlu Retno.
Dalam kesempatan itu, Menlu Retno juga kembali mengingatkan perlunya bangsa Asia-Afrika terus memperkuat dukungan untuk kemerdekaan Palestina.
”Saya mengajak Universitas Asia-Afrika mendukung perjuangan Palestina melalui pendidikan bagi generasi muda Palestina,” kata Menlu Retno.
Konferensi Afro-Asian Universities diselenggarakan di kampus Universitas Darussalam, Gontor, pada 22-23 Juli 2018. Konferensi dihadiri wakil dari sejumlah perguruan tinggi di negara Asia dan Afrika, seperti Mesir, Pakistan, Malaysia, Brunei Darussalam, Sudan, Chad, Thailand, Bangladesh, Korea, dan Australia.
Sebelum membuka acara, Menlu Retno diajak Pimpinan Pondok Modern Gontor KH Hasan Abdullah Sahal dan Rektor Unida Dr Amal Fathullah Zarkasy melihat lingkungan pondok dan Universitas Unida. (*/JOS)