SORONG, KOMPAS- Untuk memperkuat kapasitas dan kemampuan perempuan, pemerintah Indonesia dan Fiji menjalin kerjasama. Akan ada pertukaran pelatih dari Indonesia ke Fiji atau penggiat perempuan dari Fiji ke Indonesia untuk saling belajar.
Seleima D. Veisamasama, Duta Besar Republik Fiji untuk Indonesia serta Komisioner Tinggi untuk Singapura, Sabtu (21/7) di Sorong, Papua Barat menjelaskan, kerjasama itu sudah dimulai sejak 2014. Ada nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara pemerintah Fiji dan Indonesia.
Nota kesepahaman itu, lanjut Veisamasama, ditandatangani antara Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dari kedua negara. Adapun MoU itu juga sudah diperbaharui tahun ini. Tepatnya saat kunjungan Menteri PPPA Indonesia, Yohana S. Yembise ke Fiji bulan Juni lalu.
Dalam kaitan kerjasama itu, jelas Veisamasama, akan ada pertukaran keahlian dan kemampuan. Sejumlah pelatih atau ahli di bidang pertanian khususnya pertanian hidroponik dan pengembangan rumput laut dan produk turunannya dari Indonesia akan datang ke Fiji.
"Kami perlu sekali belajar dari Indonesia tentang pertanian ini," jelas Veisamasama yang datang ke Sorong bersama 34 duta besar dan perwakilan kedutaan negara sahabat, serta 3 perwakilan organisasi internasional untuk mengikuti Diplomatic Tour 2018, acara dua tahunan yang digelar Kementrian PPPA bersama Kementrian Luar Negeri.
Kerjasama di bidang pelatihan pembuatan barang-barang kerajinan juga akan dilakukan. Para pengrajin dari Indonesia khususnya dari Papua akan dikirim ke Fiji.
"Antara Papua dan Fiji memiliki kesamaan barang-barang bentuk kerajinan," ujar Veisamasama.
Agustina Erni, Deputi Menteri PPPA bidang Kesetaraan Gender juga menjelaskan, dalam kunjungan Menteri PPPA ke Fiji diketahui produk-produk kerajinan buatan pengrajin Fiji belum sehalus dan serapih pengrajin Papua. Untuk itu dimungkinkan akan ada pengiriman pengrajin Papua ke Fiji.
Pertukaran lain yang akan dilakukan adalah Indonesia akan mengirim tenaga ahli ataupun penggiat perempuan untuk belajar tentang pengelolaan pusat pelatihan perempuan di Fiji. Nantinya hasil belajar ke Fiji akan dikembangkan ke Indonesia.
Dijelaskan Veisamasama, pusat pelatihan itu dikembangkan oleh komunitas masyarakat. Di sana, masyarakat Fiji diajari bertani dan sejumlah ketrampilan.
Menurut Agustina, pembelajaran di pusat pelatihan itu akan bisa diterapkan di sekolah perempuan di Waropen, Papua yang saat ini sudah berjalan. Hasil pembelajaran mengenai pengelolaan pusat pelatihan perempuan akan diterapkan di sekolah itu.
Dengan model kerjasama dan saling berbagi pengetahuan antara Fiji dan Indonesia, lanjut Agustina, diharapkan menjadi pembuka pintu bagi pemberdayaan dan penguatan perempuan di kedua negara.