SURABAYA, KOMPAS Festival “Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan” yang digelar rutin setiap bulan oleh Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur menjadi pasar potensial yang menggairahkan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Ajang yang diikuti sekitar 130 UMKM di “Kota Pahlawan” ini selalu mencatatkan transaksi lebih dari Rp 2 miliar dalam acara yang berlangsung enam jam itu.
Konsistensi besaran omset itu juga terasa dalam festival yang digelar Sabtu (22/7/2018) lalu. Acara yang berlangsung di Jalan Tunjungan pukul 16.00-22.00 tersebut mencatatkan transaksi lebih dari Rp 2 miliar. “Diperkirakan lebih dari Rp 2 miliar. Perhitungan masih berjalan,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya Antiek Sugiharti, Minggu (22/7/2018) di Surabaya.
Pemerintah Kota Surabaya mengadakan acara rutin bulanan tersebut dengan melibatkan para pelaku UMKM di Surabaya. Pada tahun 2016-2017, Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan digelar tiga kali dalam setahun. Kemudian sejak 2018, acara yang digelar dengan menutup Jalan Tunjungan itu digelar rutin tiap bulan.
Di sepanjang jalan aspal dengan panjang sekitar 500 meter, didirikan stan-stan untuk berjualan produk-produk UMKM, seperti kerajinan tangan dan makanan khas Surabaya, di antaranya pecel semanggi, rawon, dan tahu tek. Ada pula makanan dan minuman kreasi "arek-arek Suroboyo" yang kini jadi oleh-oleh khas dari “Kota Pahlawan”.
Semenjak diadakan tahun 2016, tempat usaha di sepanjang Jalan Tunjungan, yang puluhan tahun tutup, mulai bangkit kembali, terutama toko, hotel, dan depot yang dikelola pelaku UMKM.
“Jadwalnya selalu disesuaikan dengan kedatangan turis asing ke Surabaya agar bisa memberi manfaat kepada pelaku UMKM yang ikut di acara Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan (MMNT),” ujar Antiek.
Salah satu peserta festival, Sufianto Arief (40), mengatakan, ia mampu menjual 714 porsi Sego Soge selama enam jam. Nasi putih disertai sosis, daging sapi, telur, dan aneka bakso yang disiram saus barbeku itu dijual Rp 20.000 setiap porsinya. Selama mengikuti festival kemarin, Arief mencatatkan transaksi lebih dari Rp 15 juta.
Jumlah itu tergolong besar. “Selama tiga kali keikutsertaan di acara ini, penjualan selalu lebih dari 700 porsi. Sama dengan omset saya selama satu bulan,” katanya dengan gembira.
Menurut para peserta, ajang rutin bulanan itu menjadi “surga” bagi pelaku UMKM. Sebab, lebih dari 100.000 pengunjung dari dalam dan luar negeri selalu memadati acara tersebut. Mereka berburu makanan dan hasil kerajinan rakyat.
Transaksi yang terjadi selama festival sangat ramai. “Semoga bisa selalu dilibatkan dalam acara ini, karena animo masyarakat sangat luar biasa,” ucap Arief.
Hidupkan kawasan
Pelaku UMKM lainnya, Rachma Setyawati (45), terkejut dengan animo pengunjung. Pemilik Kedai Rachma yang selama ini mengembangkan beragam camilan terutama klappertaart ini baru pertama berjualan di Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan. Barang dagangan yang dibawa ternyata kurang, karena pesanan yang membludak.
“Acara baru dibuka pukul 16.00, satu jam kemudian dagangan langsung ludes. Akhirnya, saya bolak-balik ke rumah berjarak sekitar 12 kilometer memenuhi permintaan,” ujar Rachma. Selama festival kemarin, ia memperoleh omset Rp 3 juta.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, ajang Mlaku-Mlaku Nang Tunjungan menjadi salah satu upaya untuk menghidupkan kembali kawasan jalan sepanjang 500 meter itu. Semenjak diadakan tahun 2016, tempat usaha di sepanjang Jalan Tunjungan, yang puluhan tahun tutup, mulai bangkit kembali, terutama toko, hotel, dan depot yang dikelola pelaku UMKM.
Risma mengatakan, pelaku UMKM yang bisa mengikuti acara tersebut harus memenuhi standar yang ditentukan Pemerintah Kota Surabaya agar kualitas festival terjaga. Sekitar 9.000 UMKM akan dijadwal secara bergantian mengikuti acara ini agar semua pelaku UMKM bisa merasakan berkah dari Jalan Tunjungan.