Hari Minggu (22/7/2018), dua kelompok massa dengan pilihan politik berbeda sama-sama berunjuk rasa di Kota Medan, Sumatera Utara. Pendukung Presiden Joko Widodo dengan pendukung ”#2019GantiPresiden” berunjuk rasa di tempat yang berdekatan, hanya dipisahkan jarak 100 meter di sekitar Masjid Raya Al Mashun, Medan. Namun, unjuk rasa berjalan tertib, tak ada gesekan di antara kedua kelompok tersebut. Aparat keamanan pun praktis tak terlalu banyak menguras tenaga mengamankan aksi tersebut.
Kedua kelompok massa yang masing-masing terdiri dari sekitar 1.000 orang itu berunjuk rasa dari pagi hingga tengah hari. Mereka dijaga ketat 1.040 personel gabungan dengan kendaraan water canon, barakuda, dan penembak gas air mata.
”Kami melakukan penjagaan ketat hingga massa dari kedua kelompok membubarkan diri. Pengamanan dua aksi ini menjadi perhatian kami karena keduanya berbeda aspirasi dan dilakukan di tempat yang sangat berdekatan. Kami sudah menawarkan kepada kedua kelompok untuk melakukan aksi di tempat atau waktu berbeda, tetapi mereka sudah telanjur mengundang anggotanya,” kata Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Medan Komisaris Besar Dadang Hartanto.
Personel gabungan yang terdiri dari aparat Polrestabes Medan, Kodim 0201/BS Medan, dan Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Medan pun sudah melakukan pengamanan ketat sejak Minggu pagi. Mereka memisahkan massa di dua tempat yang berbeda meski berdekatan. Ruas Jalan Sisingamangaraja dan Jalan Masjid Raya pun ditutup total dari lalu lintas kendaraan.
Pendukung Presiden Jokowi yang tergabung dalam Aliansi Jokowi Dua Periode dan relawan Jokowi Sumut diberikan tempat di Jalan Masjid Raya yang berada di sisi utara Masjid Raya dan di halaman Istana Maimun. Sementara massa dari relawan #2019GantiPesiden diminta mengambil tempat aksi di Jalan Sisingamangaraja di sisi timur Masjid Raya.
Personel gabungan pun tampak berjaga di perempatan jalan yang memisahkan massa tersebut. Mereka membuat pagar betis hingga empat lapis di masing-masing massa. Para personel tampak dilengkapi tameng dan pentungan. Di antara kedua kubu aksi kampanye itu pun disiagakan kendaraan water canon, barakuda, kawat berduri, dan penembak gas air mata.
Kedua massa pun melakukan aksi kampanye dengan berorasi, membentangkan spanduk, dan mengibarkan poster. Massa pendukung Jokowi mengenakan kaus didominasi warna putih bertuliskan ”#2019TetapJokowi”. Sementara kelompok lain mengenakan kaus putih dengan tulisan ”#2019GantiPresiden”.
Jargon mereka itu pun diteriakkan berulang-ulang oleh orator masing-masing kelompok dari atas truk yang dilengkapi pelentang suara. Karena jarak di antara kedua kelompok sangat dekat, orasi masing-masing pihak pun terdengar sampai ke pihak lain.
Ketua Umum Sekretariat Bersama Relawan Jokowi Sumut, yang juga mantan Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi, dalam orasinya menyampaikan beberapa isu, seperti pembangunan jalan tol, rel kereta api, dan bandara. Pembangunan infrastruktur dinilai cukup pesat dalam pemerintahan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
”Kita bisa lihat saat ini saudara kita di Indonesia bagian timur menikmati bahan bakar minyak dengan harga sama dengan daerah lain,” kata Erry.
Orator relawan #2019GantiPresiden, yang juga anggota DPRD Kota Medan dari Partai Gerindra, Ihwan Ritonga, menyatakan bahwa masyarakat saat ini sengsara karena harga bahan pokok, seperti beras, daging ayam, dan telur ayam, melambung tinggi. Harga bahan bakar minyak juga terus naik.
Massa dari kedua kelompok pun mulai membubarkan diri sekitar pukul 12.30. Aparat kepolisian mengarahkan massa dari kedua kelompok pulang dari jalan berbeda. Beberapa orang yang terpaksa melewati kelompok massa lain dikawal aparat. ”Yang paling rawan bergesekan itu memang saat massa membubarkan diri karena bisa saling bertemu. Karena itu, kami masih kawal ketat sampai mereka di jalan-jalan,” kata Dadang.
Belajar dari Medan, hiruk-pikuk para pendukung Jokowi dan mereka yang ingin agar Pemilu 2019 bisa mengganti presiden tak seharusnya memecah persatuan. Tak seharusnya beda pandangan politik memutuskan persaudaraan. Politik itu memang semestinya begini, boleh berbeda pandangan, tetapi tetap menjaga persatuan dan memperpanjang persaudaraan.