Siswa Korban ”Blank Spot” Bersaing Memperebutkan Kursi Kosong
Oleh
Haris Firdaus
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Senin (23/7/2018) pagi, membuka pendaftaran siswa baru untuk mengisi kursi kosong yang ada di kelas VII SMP negeri di kota tersebut. Sejumlah siswa yang sebelumnya tidak diterima di SMP negeri karena menjadi korban blank spot (titik kosong) ikut mendaftar untuk memperebutkan kursi kosong itu.
Berdasarkan pantauan Kompas, sejak Senin pukul 08.00, sejumlah orangtua dan keluarga lulusan SD terlihat mendatangi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta di Jalan Hayam Wuruk, Kota Yogyakarta. Mereka mendatangi salah satu ruangan di kantor tersebut yang digunakan sebagai tempat pendaftaran untuk pengisian kursi kosong.
Setelah mendatangi ruangan tersebut, para keluarga siswa itu langsung diminta memperlihatkan sejumlah syarat untuk pendaftaran mengisi kursi kosong. Mereka yang bisa mendaftar untuk mengisi kursi kosong itu adalah lulusan SD yang sebelumnya telah mendaftar di SMP negeri di Kota Yogyakarta, tetapi tidak diterima.
Untuk bisa mendaftar, mereka harus menyerahkan tanda bukti verifikasi pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun 2018 serta Surat Keterangan Hasil Ujian Sekolah Berstandar Nasional 2018 yang asli.
Salah seorang orangtua siswa korban blank spot, Harjoko (59), mengatakan ikut mendaftarkan sang anak untuk bersaing memperebutkan salah satu kursi kosong yang ada. Harjoko memutuskan mendaftarkan sang anak, Aqila Miranti Kamila (12), untuk mengisi kursi kosong di SMPN 3 Yogyakarta.
”Saya sudah mendaftar ke SMPN 3 karena itu yang paling dekat dengan rumah saya, jaraknya sekitar 1.800 meter,” ujar Harjoko.
Ia menambahkan, saat masa PPDB lalu, sang anak yang mendapat nilai USBN sebesar 248,3 telah mendaftar ke 15 SMP negeri di Kota Yogyakarta. Namun, meski nilainya cukup tinggi, anaknya itu ternyata tidak diterima di ke-15 SMP negeri itu karena kalah bersaing dengan pendaftar lain yang rumahnya lebih dekat.
Tempat tinggal Harjoko di RW 003 Kelurahan Keparakan, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta, memang tergolong wilayah blank spot sehingga anaknya tak bisa diterima di SMP negeri melalui jalur zonasi. Blank spot adalah wilayah tertentu di Kota Yogyakarta di mana lulusan SD yang tinggal di sana tidak bisa diterima di semua SMP negeri melalui jalur zonasi karena kalah bersaing dengan siswa lain yang rumahnya lebih dekat.
Harjoko mengatakan, saat ini anaknya sudah bersekolah di salah satu SMP swasta di Kota Yogyakarta. Meski begitu, sang anak masih ingin sekolah di SMP negeri sehingga ia pun mendaftarkannya untuk memperebutkan kursi kosong yang ada. ”Saya hanya ikhtiar, berdoa, Allah yang menentukan. Gimana nanti takdirnya, saya ikut saja,” ujarnya.
Warga RW 002 Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Muhammad Sofwan (21), juga datang ke kantor Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta untuk mendaftarkan adiknya. Sofwan menyebut, dirinya mendaftarkan sang adik, Muhammad Faza (12), untuk memperebutkan kursi kosong di SMPN 3 Yogyakarta.
Sofwan menuturkan, jarak rumahnya ke SMPN 3 memang relatif jauh, yakni 2.055 meter. Namun, dia menilai, peluang untuk diterima di SMPN 3 lebih besar dibanding SMP negeri lain karena ada tiga kursi kosong di sekolah tersebut.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana mengatakan, saat ini ada sembilan kursi kosong di enam SMP negeri di Kota Yogyakarta. Kursi-kursi kosong itu terdiri dari 3 kursi kosong di SMPN 3, 2 kursi kosong di SMPN 5, serta masing-masing 1 kursi kosong di SMPN 6, SMPN 7, SMPN 11, dan SMPN 13.
Untuk mengisi kursi-kursi kosong itu, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta membuka pendaftaran secara daring pada Senin ini. Setiap pendaftar hanya bisa memilih satu dari enam SMP negeri yang memiliki kursi kosong. Adapun mekanisme seleksinya menggunakan sistem zonasi. Artinya, siswa dengan rumah lebih dekat ke sekolah akan diprioritaskan untuk diterima.
Pendaftaran untuk mengisi kursi kosong akan ditutup pada Senin pukul 12.00. Sementara pengumuman hasil seleksinya akan dilakukan Selasa (24/7/2018) pagi.