Serangan bom dan jerat hukum menjadi cara lawan mengganjal kandidat yang akan turut bertarung dalam pemilu di Pakistan. Suhu politik pun memanas.
DERA ISMAIL KHAN, MINGGU Menjelang pemilihan umum di Pakistan, situasi politik negara itu kian memanas. Seorang kandidat anggota parlemen dari Partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI), Ikramullah Gandapur, tewas karena serangan bom bunuh diri di Khyber Pakhtunkhwa pada Minggu (22/7/2018). Selain menewaskan Ikramullah, serangan tersebut juga menyebabkan 4 orang terluka, 2 di antaranya polisi.
Serangan yang terjadi di Khyber Pakhtunkhwa itu ditengarai merupakan rangkaian dari serangan bom sebelumnya yang menewaskan 149 orang. Ikramullah Gandapur adalah kandidat untuk parlemen Kota Dera Ismail Khan. Menurut polisi, Ikramullah diserang setelah ia meninggalkan sebuah pertemuan yang membahas sejumlah isu politik.
”Ikramullah Gandapur telah tewas dan kami sedang melakukan otopsi,” kata Zahoor Afridi, perwira polisi setempat. Ia mengatakan, penyerang diduga membawa 10 kilogram bahan peledak dalam serangan itu.
Sebelumnya, Ikramullah telah diberi tahu tentang ancaman serius terhadap dirinya. Otoritas keamanan pun telah menugaskan 11 polisi untuk melindunginya. Namun, terkait dengan serangan di Khyber, Zahoor mengatakan, Ikramullah tidak memberi tahu polisi tentang pertemuan politiknya yang digelar pada Minggu pagi itu.
Taliban Pakistan mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Pada tahun 2013, saudara laki-laki Ikramullah, yaitu Israrullah—saat itu menjabat menteri hukum provinsi—tewas dalam serangan bunuh diri di rumahnya.
Kasus narkotika
Selain serangan bom, situasi politik di Pakistan menjelang pemilu juga dipanaskan oleh vonis atas Hanif Abbasi. Ia adalah kandidat dari Liga Muslim Pakistan (PML-N). Partai tersebut merupakan partai mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif.
Pada Sabtu malam, Hanif Abbasi dijatuhi hukuman penjara seumur hidup oleh pengadilan antinarkotika. Kandidat kuat dari PML-N itu diduga terkait dengan kasus penyelundupan obat bius yang terjadi enam tahun lalu.
Sejumlah pengamat menilai vonis yang menjerat Hanif tidak bisa dilepaskan begitu saja dari campur tangan militer dan badan intelijen (ISI). Sebelumnya, Nawaz Sharif pernah mengatakan, para jenderal telah menargetkan partai yang dipimpinnya.
Sabtu lalu, hakim Pengadilan Tinggi di Islamabad, Shaukat Aziz Siddiqui, secara terbuka menuduh ISI memanipulasi keputusan pengadilan.
”ISI sepenuhnya terlibat dalam memanipulasi proses peradilan,” katanya kepada para pengacara di kota Rawalpindi.
Namun, kedua lembaga tersebut membantah tuduhan itu. Pemilu Pakistan akan digelar, pada Rabu (25/7/2018) mendatang.
Keterlibatan militer dan ISI dalam politik jarang dibicarakan secara terbuka karena takut pada dampak yang mungkin terjadi. Sejumlah aktivis pembela HAM telah lama menuduh ISI menculik dan menyiksa aktivis HAM, jurnalis, dan warga yang berani menyuarakan pendapat.
Menjelang pemilu, sejumlah wartawan di Pakistan mengatakan bahwa mereka telah berada di bawah tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari pihak berwenang.
Persaingan
Hampir 106 juta warga Pakistan, termasuk lebih dari 19 juta pemilih baru, akan memberikan suara mereka pada pemilu nanti.
Liga Muslim Pakistan yang mengambil alih kekuasaan pada tahun 2013 mengharapkan mandat baru di bawah pemimpin mereka, Shahbaz Sharif, saudara mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif yang digulingkan.
Penantang terbesarnya adalah Pakistan Tehreek-e-Insaf, yang dipimpin mantan kapten tim kriket nasional, Imran Khan.
Partai Rakyat Pakistan yang dipimpin Bilawal Bhutto Zardari—putra perdana menteri Benazir Bhutto yang tewas dalam sebuah serangan—berpotensi menduduki kursi perdana menteri. Syaratnya, ia harus berhasil membentuk koalisi dengan salah satu pesaingnya dalam pemilu mendatang. (AP/AFP/Reuters/JOS)