Saatnya Bermain di Luar Rumah
Malam Bulan purnama adalah saat yang ditunggu-tunggu bagi anak-anak yang lahir sebelum tahun 1990-an. Saat itulah, mereka bisa bebas bermain atau dolanan dan berlarian di luar rumah dengan teman-teman sekitar. Orangtua pun seringkali ikut berkumpul, mengawasi anak-anak bermain sembari bercengkerama dengan tetangga.
Dolanan yang dimainkan pun beragam, mulai dari petak umpet, bentengan, boi-boian, gobak sodor atau permainan apapun yang bisa dimainkan dalam penerangan yang kurang. Jaringan listrik saat itu yang terbatas membuat penerangan di luar rumah lebih banyak mengandalkan cahaya Bulan. Kondisi itu membuat permainan yang mengutamakan fisik lebih banyak dipilih karena lebih mudah dimainkan.
Namun, suasana saat terang Bulan itu kini sulit ditemukan. Bermain di luar rumah saat malam menjadi sesuatu yang dianggap tak lazim karena masa itu dianggap sebagai waktu belajar. Tayangan yang beragam memancing anak-anak untuk betah duduk di depan televisi. Bahkan dengan hadirnya teknologi informasi, anak-anak makin malas beringsut dari gawainya.
Suasana saat terang Bulan itu kini sulit ditemukan. Bermain di luar rumah saat malam menjadi sesuatu yang dianggap tak lazim karena masa itu dianggap sebagai waktu belajar.
Selain itu, makin jarang rumah dengan halaman luas yang bisa dimanfaatkan anak-anak untuk bermain. Halaman rumah pun kini banyak yang disemen atau dipasangi paving block hingga mengurangi kenyamanan bermain.
“Di zaman dulu, saat Bulan purnama masih banyak anak bermain di luar rumah karena hanya itulah hiburan anak-anak,” kata pendiri Kampoeng Dolanan di Simokerto, Surabaya, Jawa Timur Mustofa Sam, Senin (23/7/2018).
Budaya itu mulai bergeser secara perlahan karena tergantikan oleh aktivitas yang lain, mulai dari menonton televisi, bermain gawai atau internet hingga bentuk-bentuk hiburan dan permainan teknologi yang lain.
Di sisi lain, pengetahuan anak-anak tentang dolanan sangat kurang. Orangtua sebenarnya masih memiliki pengetahuan tentang dolanan anak namun tidak mewariskannya kepada anak-anak mereka. Orangtua saat ini umumnya berorientasi untuk mengejar prestasi akademik anak, menyekolahkan anak pada full day school, atau mengikutkan anak pada berbagai les tambahan.
“Seharusnya, pendidikan semasa kecil berimbang, antara akademik dan bermain karena fitrah anak-anak adalah bermain dan bersenang-senang,” tambah Mustofa.
Bagi anak, dolanan atau permaianan tradisional memiliki banyak manfaat. Bukan hanya membuat fisik lebih aktif, dolanan mengajarkan anak sikap sportif, cermat, jujur, dan disiplin. Dolanan juga melatih ketekunan anak, belajar bekerja sama, responsif, peduli, dan kepemimpinan. Dolanan juga bisa melatih motorik anak dan membangun spiritualitas anak.
Dolanan mengajarkan anak sikap sportif, cermat, jujur, dan disiplin. Dolanan juga melatih ketekunan anak, belajar bekerja sama, responsif, peduli, dan kepemimpinan.
Meski demikian, Mustofa mengingatkan, sama dengan teknologi, dolanan pun perlu bijak dimainkan. Saat ingin mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak, maka orangtua dituntut mampu menyampaikan nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tersebut.
Dolanan juga tetap memiliki risiko, seperti terluka atau justru menimbulkan pertengkaran anak. Di situlah orangtua perlu bijak bersikap dan menjelaskan kepada anak karena dari kesalahan atau masalah yang muncul, anak-anak tetap bisa belajar hal-hal yang positif untuk membangun mentalnya.
Langit malam
Bulan purnama akan terjadi pada Jumat (27/8/2018). Saat itu, akan bertepatan dengan tanggal 15 Zulkaidah (Dzulqa’dah) 1439 Hijriah dalam kalender Islam atau 15 Sela 1951 Dal dalam Kalender Jawa.
Ketika itu, Bulan akan bersinar terang sejak awal malam hingga pagi menjelang. Bulan akan berwarna kuning cerah yang meneduhkan. Meski Bulan terang, sejumlah benda langit lain masih berpeluang untuk teramati, mulai dari planet, bintang, atau sejumlah rasi terang.
Saat Bulan baru terbit di ufuk timur, Venus mulai tergelincir di arah barat. Warnanya yang kuning cerah membuatnya mudah dikenali. Di atas kepala ada Jupiter dan di arah timur terdapat Saturnus, dua obyek langit yang juga cukup mudah dikenali. Di dekat Bulan yang baru terbit, akan terdapat bulatan kecil berwarna merah, planet Mars.
Di arah selatan, ada rasi Layang-layang, Ikan Pari atau juga disebut Gubug Penceng. Bentuknya yang persis seperti layang-layang membuatnya mudah dikenali. Sedangkan di dekat rasi Layang-layang itu, ada dua bintang terang yang merupakan Alfa Centauri (Rigil Kentaurus) dan Beta Centauri (Hadar), dua bintang yang dalam mitologi Jawa dikenal sebagai Lintang Wulanjar Ngirim.
Sementara rasi bintang zodiak yang mudah diamati antara lain Scorpius dan Sagittarius. Rasi lain yang juga mudah diamati, meski tidak termasuk rasi zodiak, adalah rasi Orion atau yang lebih dikenal di Jawa dengan sebutan Lintang Luku atau Waluku. Orion akan terlihat di ufuk timur pada saat menjelang pagi.
Selain berbagai obyek menarik itu, langit malam juga akan diwarnai dengan gerhana Bulan total yang terjadi pada Sabtu dinihari hingga menjelang Matahari terbit. Meski tahapan gerhana sudah akan terjadi pukul 00.15 WIB, namun fase totalitas gerhana baru akan terjadi pukul 02.30 WIB hingga pukul 04.13 WIB. Gerhana Bulan yang terjadi kali ini merupakan gerhana Bulan total terlama di abad ke-21 dengan durasi fase totalitas gerhana mencapai 1 jam 42 menit 57 detik.
Gerhana Bulan yang terjadi kali ini merupakan gerhana Bulan total terlama di abad ke-21 dengan durasi fase totalitas gerhana mencapai 1 jam 42 menit 57 detik.
Gerhana kali ini terjadi saat Bulan berada di titik terjauhnya dari Bumi (apogee) sehingga disebut Bulan mini (minimoon). Meski ukurannya lebih kecil 14 persen dibanding ukuran Bulan pada gerhana Bulan 31 Januari lalu, namun perbedaan ukuran itu akan sulit dibedakan.
Saat gerhana Bulan total, Bulan akan berwarna merah kehitaman karena gerhana kali ini termasuk gerhana Bulan sentral. Piringan Bulan akan melintasi titik pusat dari bayang-bayang inti Bumi atau umbra. Menjelang subuh, fase totalitas gerhana akan berakhir dan warna Bulan akan perlahan-lahan berubah kembali jadi kuning cerah.
Selain itu, saat puncak gerhana, juga akan terjadi hujan meteor Delta Aquariid. Meski Bulan purnama akan membuat cahaya meteor sulit diamati, namun peluang mengamati meteor yang mencapai 10-20 meteor per jam itu tetap terbuka, khususnya saat gerhana Bulan total berlangsung.
Bersamaan dengan gerhana Bulan total itu juga akan terjadi oposisi Mars atau kesegarisan antara Matahari, Bumi dan Mars. Konfigurasi benda langit saat terjadi oposisi Mars itu mirip konfigurasi saat terjadi gerhana Bulan, yaitu Matahari, Bumi, Bulan. Oposisi itu akan membuat Mars terlihat sangat terang. Selama gerhana, posisi Mars akan berada di dekat Bulan.
Banyak obyek langit menarik dan mudah diamati akan membuat Bulan purnama pada Jumat malam atau malam Sabtu nanti jadi saat yang baik untuk menghabiskan malam di luar rumah. Bukan hanya bermain dolanan, namun juga bisa untuk bercengkerama dengan teman, keluarga dan tetangga. Selain semua itu, malam Bulan purnama nanti juga bisa dimanfaatkan untuk mengenal obyek-obyek langit malam.
Banyak obyek langit menarik dan mudah diamati akan membuat Bulan purnama pada Jumat malam atau malam Sabtu nanti jadi saat yang baik untuk menghabiskan malam di luar rumah.
Untuk bisa menikmati malam purnama itu, masyarakat hanya perlu berbekal baju hangat untuk mengantisipasi suhu dingin. Gerhana Bulan total akan terjadi saat dinihari dan saat ini sedang puncak musim kemarau, masa ketika suhu udara akan turun. Makanan-minuman hangat juga bisa membuat Anda lebih nyaman berada di luar rumah pada malam hingga dinihari.
Jadi, selamat menikmati langit Jumat malam!